6.Enam

870 42 7
                                    

Happy Reading❤

"Kayaknya lo yakin mau menang", Ucap Annie sambil mengambil bola basket itu, lalu tangannya mengisyaratkan salah satu dari mereka maju.

" Siapa yang mau lawan gue? "Ucap Annie santai.

" Gue. "Ucap Alfa dan melangkah menuju tengah-tengah lapangan basket. Semua orang menyingkir, membiarkan mereka tanding basket.

Dimas maju, lalu menyerobot peluit dari salah satu siswa, ia yang akan menjadi wasitnya.

Anne dan Alfa, saling berhadapan dengan tatapan tajamnya, sebelum bermain, Dimas menatap Anne dengan pandangan sulit diartikan.

"An? "

"Hm? " Hanya itu respon Anne

"Alfa kapten basken. "

"Gue nggak pernah berubah pikiran. "

Peluit ditiup tanda permainan dimulai. Dimas melempar bola basket itu tepat ditengah-tengah untuk sengaja diperebutkan.

Semuanya melongo melihat Anne begitu lincah. Kehebatannya bermain basket bahkan mampu menyaingi kemampuan Alfa. Keduannya beromba-lomba untuk mencetak point. Anne dengan sangat mendribble bola lalu memasukkanya ke ring. Tingginya yang tidak jauh dari Alfa memudahkannya untuk itu.

Shit! dia bukan cewek biasa!

Alfa kewalahan menghadapi Anne. Point juga imbang! Gila, semua orang takjub akan hal itu. Mereka tak percaya ada satu-satunnya cewek yang bisa menyaingi kemampuan Alfa dan Julian dalam bermain basket.

Dimas langsung menghentikan permainan dirasa keduannya tidak ada yang mengalah. Keduannya juga sudah bermandian keringat.

"Stop! Nggak ada yang kalah nggak ada yang menang!. "Seru Dimas.

Alfa menatapnya sinis. " Lo hanya perlu kasih kita waktu buat nyetak satu point lagi, setelah itu bisa ditentuin siapa pemenangnya. "

"Lo yakin? " Tanya Dimas lagi. Tadinya ia menghentikan permainan ini karna kasihan dengan Alfa. Ia tak ingin melihat sahabatnya itu menerima kekalahan. Untuk jaga-jaga saja. Karena dilihat kemampuan Anne itu sangat hebat.

Alfa mengangguk yakin. Permainan dimulai lagi, untuk menentukan pemenang, siapa yang duluan mencetak point, maka itulah yang akan jadi pemenang.

"Hah?! "Sorak semua orang yang sedang melihat itu.Mereka kaget bukan main ketika Anne berhasil mencetak point. Alfa kalah cepat dari Anne!

Suasana lapangan menjadi riuh. Teriakkan kebanggaan untuk Anne berkumandang dengan ramainnya. Anne melangkah untuk menghadapi Alfa yang menahan amarahnya.

"See ... lo kalah Alfa Pamungkas. " Ledek Anne senyuman manis.
"Ketua geng Devil ... kalah. "

Anne bertepuk tangan dua kali. "Ah, ini kayaknya kekalahan pertama kali buat lo, ya?"

Dimas maju ke arah Alfa lalu merangkulnya untuk menyalurkan kekuatan. Alfa jelas syok akan hal ini. Seumur-umur cowok itu tak pernah mengalami kekalahan.

Anne terkekeh mengejek.
"Gimana? Nih? Ketua geng lo sanggup gue kalahin. "

"Hati-hati An ketika Al kalah kali ini. Bukan berarti dia kalah lagi nanti. " Pesan Dimas penuh peringatan. Ia yakin Alfa tak akan diam nantinya.

Bibir Anne menyeringai lalu mengangkat jempolnya, sepersekian detik kemudian ia membalikkan jempolnya untuk mengejek Alfa yang sudah kalah.

"congrats on your first loss! " Hina Anne lalu berbalik menuju Jesika.

"Fuck you Anne ... " Alfa mengumpat dengan nada pelan.

Jarak Anne dan Alfa sudah sejauh sepuluh meter, langkah Anne berhenti ketika mendengar suara lirih itu. Jangan terkejut, telinga Anne memang sangat tajam. Pergerakan sekecil apapun dan perkataan sekecil apapun ia bisa mengetahuinya.

Bibir Anne menyeringai lalu berbalik menatap Alfa sinis. "Kurang keras ngumpatnya! "Sindir Anne membuat Alfa dan Dimas kaget. Mereka terkejut karena Anne mendengar umpatan lirih itu bahkan ketika jarak mereka sudah semakin jauh.

Anne terkekeh geli lalu mengangkat satu jari tengahnya ditunjukkan oleh Alfa.

" Ini baru fuck you! "Sinis Anne sambil mengangkat jari tengah tangan kirinnya tinggu-tinggi di udara. Jari tengah lentik milik Anne mengacung penuh keberanian membuat amarah Alfa tambah berkobar. Kuku yang panjang dan juga tajam itu dibaluti oleh kutek berwarna merah gelap.

Senyuman sinis tercetak dibibir Anne. " Fuck you Alfa Pamungkas! "Teriak Anne dengan lantang membuat semuannya yang ada disana tersentak kaget sekaligus tercengang dengan kepanjangan Anne dengan ketua geng paling sangar.

Jesika hanya meringis melihat keberanian Anne. Ketua geng nomor satu sampai bisa diremehkan begitu. Dari dulu karakter Anne memang tak pernah berubah.

*******


Bersambung...








 AnnieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang