1. Then vs Now

867 103 36
                                    

Abian sama Legina mulai pacaran di semester tujuh perkuliahan. Pas mereka lagi sama-sama magang. Keduanya satu kampus tapi beda prodi. Abian jurusan Arsitektur, Legina jurusan Psikologi. Nggak sengaja waktu itu Abian sedang ikut bosnya ke sebuah startup di Jakarta Selatan. Ada proyek renovasi di ruang belakang kantor itu. Dan ternyata itu adalah ruangan divisi dimana Legina magang.

Kebetulan lagi Legina menjadi intern yang meng-handle urusan tersebut selama proses pengerjaannya, sehingga intensitas pertemuan dia dan Abian pun semakin sering pula. Kerap kali bertemu slash ngobrol dengan nyaman ujung-ujungnya ya mereka pacaran.

Lalu seperti yang pernah dibahas pada prolog, hubungan Abian dan Legina berjalan awet. Tanpa ada putus-nyambung. Meski masalah tentu juga hadir sebagai bumbu dalam sebuah hubungan.

Masalah paling sering yang mereka ributkan adalah kalau Abian sedang kehilangan suatu barang. Dari jaman pacaran, Abian orangnya teledoran. Suka hilang barang entah apa aja itu. Dan Legina selalu menjadi orang yang menemukannya.

Dulu setiap Abian heboh karena barangnya hilang, doi akan selalu ngomong dengan panik ke Legina. Dalam kesan tingkat urgensi mengalahkan status warning gunung meletus dari broadcast BMKG.

"Gi kamu liat fd aku nggak? Sumpah tadi aku simpen di saku ini tau, kok sekarang gak ada?! Mampus mana file kerjaan aku di sana semua. PPT sempro buat minggu depan juga! Mampus udah! Mampus! Mampus! My life is done!!"

Abian meracau sambil meraba-raba saku celana jeansnya sekilas. Effort mencari = 0, effort mengeluh nan mendramatisasi keadaan = 1.

Kalau udah begitu Legina adalah versi sembilan puluh derajat dari Abian. Dengan kalem dan tanpa banyak cincong, dia akan langsung membantu Abian mencari barangnya. Mulai dari menggeledah meja, kursi hingga ke isi tas si lelaki dengan cermat. Tak lama kemudian, voila. Barangnya ketemu.

"Nih," Legina menyodorkan flashdisk itu pada sang empu, "makanya lain kali cari dulu. Kebiasaan deh kamu, langsung panik aja."

Itu reaksi Legina jaman masih pacaran.

Pas udah nikah...

"Bian, kamu nyari apaan sih sampai lemari bajunya berantakan gini?!"

"Kemeja batik aku, kamu liat gak? Besok aku ada meeting sama kepala dinas PU, ngomongin proyek pembangunan air minum. Harus pake itu, Gi! Aduh kemana dah bajunya! Di saat penting banget ilang, astagfirullah!"

"Udah nyari yang bener belom? Masih nggak ketemu?"

"Iya, Egi iya sumpah gak ada! Gila sih. Parah banget. Besok loh mau dipake. Jam tujuh pagi! Gilaaa!!!"

Legina akhirnya turun tangan, menggeser pelan deretan kemeja Abian yang tergantung di lemari. Lalu voila. Ada.

Abian heran sih. Legina punya kekuatan super seperti apa sampai semua barang Abian yang hilang bisa dia temukan dalam waktu kurang dari semenit.

Kala itu Legina langsung melirik Abian dengan tatapan tajam dan sarat tendensi, "Ini apa? Ada kan?"

Abian mencoba membela diri, "Tadi nggak ada loh, Egi. Serius, udah aku cari-"

"Makanyaaa," Legina menyela tak sabar, "biasakan kalau nyari sesuatu itu pake mata sama tangan ya, Abian! Bukan pake mulut doang! Gini nih kalau cuma pake mulut, padahal ada tapi kamu bilang nggak ada. Cari dulu baru ngomong. Ngerti gak?!"

"O-oke...."

Galak. Legina setelah menikah jadi lebih galak dan demen ngomel, kalau sama Abian. Di luar sih tetap kalem. Dan sebenarnya Abian tidak termasuk dalam predikat suami-suami takut istri. Tapi Abian mengerti kalau cewek lagi marah, hal paling benar yang dilakukan cowok adalah 'diam'. Selain biar tidak capek berdebat, Abian juga aslinya cinta kedamaian.

[✔️] BlueberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang