Kembali ke tanah Jakarta. Kembali pada rutinitas macet dan hectic-nya Ibu Kota. Juga kembali menetap di rumah tercinta. Libur telah usai berganti semangat baru lagi.
Keluarga Abian pun memulai pagi dengan semangat, seperti biasanya...
"Biiii udah dibilangin handuk basah itu di gantung pake hanger jangan ditaro di atas kasur! Kan kasurnya jadi lembab!"
"Ini juga odol kalo siap dipake tuh ditutup lagi. Trus nekannya itu dari ujung bukan di tengahhh!"
"Abiaan kamu denger gaakkk?! Jangan diem aja, dijawabb. Emang aku ngomong sama angin?!"
"Iyaaa, hanibadisuityku. Maafkan kekhilafan kakanda ya duhai adindaaa," balas Abian akhirnya.
Muncul-muncul dari dalam kamar, Legina langsung menghampiri sang suami yang sedang merakit tamiya bersama Ara di ruang tengah. Legina berkacak pinggang.
"Adinda siapa? Aku Legina!" sungutnya.
Abian yang masih fokus ke kegiatannya lantas menjawab lagi, "Allahu ya tauuu, salah mulu dah. Itu panggilan sayang orang Melayu, Egi."
"Tapi kamu kan orang Minang?"
"Boleh kita skip aja gak sih? Kamu mau buka konferensi meja bundar buat bahas ginian juga gak bakal ketok palu ujungnya, Yang. Tidak bermanfaat untuk di debat."
"Dari pada yang kamu kerjain dari tadi ini, apa coba manfaatnya?" Legina menunjuk detil-detil tamiya yang berserakan di karpet, "Ara aja bosen nungguin kamu selesai ngerjain itu."
"pah ngapain mah?"
Seakan mendapat percikan bensin, Legina ngegas lagi, "Tuh kan liat, Ara nya bingung."
"Nanti kalau udah jadi Ara pasti terkesima deh. Tungguin, Ra. Ini mahakarya Papa bentar lagi selese."
Abian kalau lagi gabut emang suka melakukan kegiatan yang meribetkan diri. Contoh, merakit mainan. Berkedok untuk Ara padahal Legina tau persis itu hobinya pribadi. Makanya mainan Ara tuh banyak yang kecowo-cowoan kayak mobil-mobilan dll ketimbang boneka berbi. Kelakuan siapa lagi kalau bukan Bapaknya.
"Udah ah, selesein satu aja abis itu beresin, Bi. Abis makan siang kan kita mau pergi," ingat Legina.
"Iya yang iyaaa."
Beberapa hari setelah balik dari Padang, Abian dan Legina baru saja mendapat kabar gembira dari tetangga sebelah. Pagi tadi Rio mengabari pada Abian kalau Zefa sudah melahirkan. Dari info Rio, Zefa melahirkannya di malam hari tapi sejak siang kemarin mereka memang sudah stay di rumah sakit.
Terus terang Legina gak sabar mau liat debaynya Zefa. Kalau udah gede dia bisa jadi temen mainnya Ara kan mengingat di gang perumahan mereka tidak terlalu ramai anak kecilnya. Alasan mengapa biasanya Ara lebih suka main di taman bermain kompleks.
Usai merampungkan segala urusan rumah, keluarga Abian pun cabut ke rumah sakit. Meski Abian masih belum menyelesaikan rakitannya, tapi tak apa lah di tunda dulu. Dari pada sang Ibu Negara mengamuk lagi.
"Gimana Ze rasanya lahiran?"
Pertanyaan awalan Legina begitu bertemu dengan Zefa di ruang bersalinnya langsung saja dibalas gadis itu dengan sambat. Kalau bisa Zefa mungkin ngeluarin meme 'kamu nanyea' dulu ke Legina sebelum jawab.
"Parah Gi, parah banget! Kapok gue nggak lagi-lagi deh."
Legina tertawa, lalu dia mencoba menenangkan dan bilang kalau katanya lahiran yang kedua gak akan sesakit yang pertama. Meski tetap saja, Zefa instan menolak mentah-mentah argumen itu dengan tegas. Ya, wajar saja sih. Terkenang dulu Legina pun demikian ketika baru selesai melahirkan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Blueberry
FanficThe daily marriage of Abian and Legina. Side story from Playlist: Camaraderie [BIHI x JENYONG Collaboration] written on: Jan 6, 2022 - Dec 24, 2022. ©RoxyRough