10. Ambisi dan Perubahan

249 48 15
                                    

"Serius, Pak? Saya?"

Rasanya bagai mimpi. Legina tidak pernah menyangka momen seperti ini akan terjadi di hidupnya. Ketika direktur perusahaan memanggil Legina pagi ini dan tiba-tiba membawa kabar bahagia. Legina akan di promosikan menjadi Manager HRD.

"Iya, kamu tau kan Ibu Santi, Manager kita yang sebelumnya itu berencana pensiun bulan depan. Nah saya gak kepikiran orang lain yang pantas menggantikan dia mengemban jabatan ini selain kamu. Saya juga udah liat gimana kinerja kamu belakangan ini, serta rekomendasi dari Bu Santi sendiri. Maka dari itu saya akan sangat senang kalau kamu mau menerimanya."

"Mau, Pak! Ini adalah suatu kehormatan untuk saya."

"Bagus. Saya tau kamu orangnya sangat gigih. Selamat ya, Gina," Pak Direktur menyodorkan tangannya mengajak berjabat. Legina tentu langsung menyambutnya, "Saya tunggu kerja-kerja hebat kamu selanjutnya."

"Siap, Pak. Terimakasih banyak."

Gak bohong Legina happy banget. Sekeluarnya dari ruang bos senyuman enggak pernah surut dari paras itu. Sampai dia tiba di kubikelnya dan lalu tiba-tiba ada banyak ledakan kecil dari konfeti mini yang dibawa teman-temannya.

"Wihh selamat ya Mbak Gina! Ibu manager kita! Kapan mau pindahan, Bu? Saya bakal dengan senang hati membantu membereskan ruangan Ibu." sahut salah satu rekannya.

Gelak kecil dari Legina mengudara, "Aduh ntar dulu deh. Saya masih linglung haha tapi makasih yaa semua."

"Mbak Gina kalau butuh ajudan, saya siap Mbak."

"Saya juga mbak."

Lagi, hanya tawa mendominasi. Beberapa rekan kerjanya memang senang berkelakar begitu. Ah, ini adalah hari yang baik. Maka Legina juga memutuskan untuk pulang tepat waktu hari ini sebab tak sabar ingin cepat-cepat berbagi dan merayakan kabar bahagia ini bersama Abian dan Ara.

Sesampainya di rumah Legina menemukan Abian yang sedang serius menelepon. Saking sibuknya lelaki itu sampai meminta istrinya yang bergebu hendak bercerita untuk menunggu. Legina sempat mendengar obrolan Abian dengan Fadil—salah satu tangan kanannya—dan memang keliatannya agak serius.

"Lusa gue ke lokasi deh. Lo tolong follow up ke mandor sama Mbak Noza nya ya. Ada beberapa trouble juga kemarin tuh, kita omongin di sana aja ntar sekalian. Oke, Dil. Thank you."

Selesai itu baru lah Abian ngelirik Legina, "Sorry, apa tadi, Gi?"

"Proyek kamu aman?" Legina malah ganti pembahasan. Karena kayaknya mood Abian lagi gak baik. Jadi Legina memilih untuk memperbaiki mood suaminya dulu saja.

Abian dengus. Ada masalah sih pasti, "Kemaren kan ujan mulu ya jadi kayaknya ada water spoil di beberapa titik. Ntar aku selesein deh. Harusnya bisa kelar minggu ini tapi ya gara-gara itu... ck, selalu aja ada peristiwa alam yang menghambat deadline."

Legina tau, Abian tuh tipe orang yang overthinking dan gampang down. Kalau ada masalah gini-gini Legina selalu stand by ngasih dia support biar Abian gak lost banget. Karena itu Alana bilang, Abian beruntung milikin Legina.

Abian berantakin rambutnya gundah. Terus Legina langsung gerak buat benerin rambut Abian yang udah gak karuan.

"I'll help you okay, Bi? Calm down. What can i do for you now, hm?"

"I don't know. My minds wanna explode."

"Duar gitu ya kalo kata Ara?"

"Sayang, read a room. I'm not in mood to play around."

[✔️] BlueberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang