Nine

545 24 21
                                    

Huuaaa senengnya ternyata ada yang nungguin cerita ini. \:-D/

Update cepet.
Happy reading!!! :)

----------------------------------------

Author POV

"Yasmine?"

Yasmine terkejut melihat orang dihadapannya.

Kenapa ia bisa tau namaku?

"Iyaa?"

"Ah aku hanya ingin mengembalikan ini"

Jamil mengeluarkan sebuah dompet dari saku jasnya. Ya, pria itu adalah Jamil.

"Ini punyamu"

"Ah iya betul kemarin dompetku hilang, terima kasih banyak"

Yasmine mengambil dompet yang diberikan oleh Jamil, dan langsung membukanya.

"Hmm.. tidak ada yang kuambil"

"Iya aku percaya itu" ucap Yasmine sambil tersenyum, dan baru pertama kalinya Jamil melihat Yasmine tersenyum, manis sekali batin Jamil.

"Aku hanya senang, barang berharga yang aku miliki telah kembali" ucap Yasmine sambil memegang foto ia dan keluarganya.

"Mas menemukannya dimana?"

Ia melihat kearah Jamil.

"Kemarin kita bertabrakan di daerah pertokoan, apa kau ingat??"  Yasmine masih terus berpikir.

"Kemarin aku sudah memanggilmu, tapi kau terlihat sangat tergesa-gesa, dan-- hmm aku yang menolongmu kemarin didalam gang itu" 

Jamil sebenarnya tak enak jika membicarakan bahwa dia yang menolongnya. Tapi Yasmine belum ingat sama sekali pikir Jamil.

"Ah iya aku ingat, terima kasih sekali lagi kau mau menolongku, maaf soal kemarin"

Yasmine masih dapat melihat luka lebam berwarna biru keunguan dikening dan sudut bibir pria itu. Ia sungguh merasa sangat tak enak.

"Sama-sama, tidak apa-apa memang seharusnya begitu bukan? Jika melihat seseorang dalam kesulitan?"  Yasmine hanya tersenyum. Baik sekali orang ini.

"Hmmm.. aku Jamil"  Jamil mengelurkan tangannya untuk berkenalan.

Yasmine hanya menelengkupkan kedua tangannya lalu mendekatkannya kedada.

"Ah maaf" Jamil segera menarik kembali uluran tangannya.

"Kenapa kau keluar dari rumah sakit? Apakah lukamu sudah membaik?"

"Ah kau tau kalau aku dirumah sakit?  Alhamdulillah, luka ini sudah tidak apa-apa"

Yasmine memegang keningnya yang diperban.

"Ya aku tau, aku yang membawa mu kerumah sakit, kau pingsan saat akan keluar dari gang itu"

Jadi bukan Daffa yang membawaku kerumah sakit? Alhamdulillah. Aku tidak mempunyai hutang apa pun dengannya. Tapi aku berhutang pada pria ini.

"Hmm.. terima kasih mas, jadi merepotkan mu lagi"

"Tidak papa, sama sekali tidak merepotkanku"

Mereka sudah berbincang hampir 10 menit di teras rumah Lena. Di teras memang tidak ada kursi, hanya ada sebuah meja kecil disudut yang ditaruh pot bunga diatasnya.

Kenapa dia tidak menawariku masuk, sungguh pegal sekali aku jika harus  berdiri terus seperti ini.

"Kau tinggal sendiri disini??"

"Aku-"

Ucapan Yasmine terpotong karena ada suara motor yang masuk kehalaman rumah. Lena datang.

"Aku tinggal bersama sahabatku, itu dia"

Jamil melihat kearah halaman depan.

"Assalamualaikum" 

Lena menaiki tangga kerumahnya sambil membawa dua kantung besar hasil belanjaannya siang ini.

"Eh ada tamu, maaf Mas siapa ya?"

"Aku Jamil" Jamil mengulurkan tangannya, Lena menyimpan kantung belanjaannya, lalu  menerima uluran tangan Jamil.

"Lena" ucapnya sambil tersenyum.

"Ah, kenapa kau tak tawari dia masuk dan duduk di dalam?" Bisik Lena.

Sebenarnya bukan bisikan karena Jamil masih dapat mendengarnya dengan jelas.

"Aku tidak enak Len, aku sendirian dirumah, masa membawa masuk pria yang baru kukenal sepuluh menit yang lalu! Tapi walau sudah kenal pun aku tak akan menawarinya masuk. Tidak baik"

"Ahh benar juga kau, tapi sekarang sudah ada aku" Lena hanya tertawa.

"Kalau begitu silahkan masuk Mas Jamil"

"Terimakasih"

Mereka pun masuk kedalam dan duduk diruang tamu.

Selamatlah kakiku dari kram.

"Hmm bagaimana kau bisa mengenal Yasmine dan tahu alamat rumah ku??"

"Aku yang menolong Yasmine kemarin,  dan alamat rumahmu aku dapat dari dompetnya yang terjatuh"

"Ohh terima kasih banyak, kau mau membantu sahabatku" ucap Lena sambil tersenyum, Yasmine hanya menunduk.

Lena menanyakan pada Jamil semua mengenai kejadian kemarin yang Yasmine alami.

Obrolan itu hanya Jamil dan Lena yang terlibat, sedangkan Yasmine hanya memperhatikan Lena lalu sesekali menunduk. Sedangkan Jamil sambil mendengarkan Lena berbicara sesekali ia melirik kearah Yasmine.

"Siapa Daffa itu?"

"Dia-"

Yasmine mencolek lengan Lena dan berbisik "tidak usah kau beri tahu Len!"

"Hmm... dia hanya pria gila"

"Ah maaf aku sampe lupa, kau mau minum apa? " tawar Lena.

"Tidak usah terima kasih, aku harus kembali kekantor" Jamil melirik arlojinya yang menunjukan  pukul 13.15 

"Kalau begitu aku pamit, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" ucap Yasmine dan Lena bersamaan.

Jamil masuk kedalam mobilnya, ia melihat kearah Yasmine sebentar sebelum melajukan mobilnya.

Didalam perjalanan kekantornya Jamil hanya tersenyum senang. Rasanya ia tenang dan bahagia jika telah melihat gadis itu.

Kenapa aku jadi begini??  Ucap Jamil tertawa.

Ia bahkan telah lupa akan jam makan siangnya. Rasa lapar itu sudah hilang ketika bertemu gadis itu.

Sesampainya di kantor ia segera melangkahkan kakinya memasuki lift. Karena sangat senangnya ia telah bertemu Yasmine, ia tak sadar ada orang lain selain dirinya di dalam lift.

"Hai Jamil"

Tbc.....

------------------------------------------

Hihii maap yaa kalo ngegantung (lagi) >.<
*ngumpet*

Makasihh yang selalu nunggu cerita ini. Peluk atu-atu ({}) :D

Jangan lupa vommentnya yaa^^

Wanna next part???

Part 10 on editing :D

Baca juga ya Meet the Old Friend, butuh saran dan masukannya juga.

Thanks for reading. ;)

-10 April 2015

YASMINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang