Ten

508 27 19
                                    

Happy reading!! :))

-------------------------------------

Author POV

"Hai Jamil"

Jamil membalikan badannya kebelakang.

"Kau?!"

"Yaap"

"Sedang apa kau disini?"  Tanya Jamil ketus

"Aku hanya ingin melihat-lihat"

Jamil sangat geram pada wanita ini.

Lihat saja dia memakai pakaian pun tak bisa! Pakaiannya sangat ketat, rok pensil  pendek berwarna hitam dan kemeja putih lengan pendek.
Aku yakin kemeja itu pasti sengaja dibuat ketat!!

"Ini kantor bukan museum!"

Jamil sangat tidak ingin bertemu dengan wanita ini lagi. Wanita pilihan mamanya yang akan dijodohkan dengannya. Viola.

"Hmm.. karena mulai besok aku akan bekerja disini juga"

Jamil membelakakan matanya

terkejut.

"Apa?!"

"Bekerja disini Jamil" Viola mengulang sambil tersenyum.

"Siapa yang menyuruhmu kerja disini?!"

"Mom Diana"

Mom? Bahkan dia sudah memanggil momku dengan sebutan 'mom'? Mom sungguh kelewatan!

Jamil telah sampai dilantai empat, dimana ruangannya berada, tetapi wanita itu pun ikut keluar dari lift. Dan melangkah dengan cepat agar mensejajarkan dirinya dengan Jamil.

"Di sebelah mana ruanganmu Jamil?"

"Aku tidak punya ruangan!"

Memang benar Jamil tak memiliki ruangan karena dia hanya karyawan biasa. Ia satu ruangan dengan sepuluh karyawan lainnya.

"Kalau begitu sebelah mana mejamu?"

Jamil berhenti, "Memangnya mau apa, haah?!"

"Ya biar lebih mudah jika aku sudah bekerja disini dan ingin bertemu denganmu dan main ke mejamu"

Jamil sungguh sebal dengan wanita bertopeng tebal disebelahnya ini.

"Ini kantor! Bukan tempat bermain!"

"Lagipula aku tak ingin bertemu denganmu!" Jamil berjalan cepat, ia sekarang harus pergi ketempat lain lebih dulu yang bukan ruangannya, agar Viola tak tahu dimana ruangan dan meja Jamil yang sebenarnya.

"Jamil tunggu! Kau mau kemana?"

"Bukan urusanmu!"

Jamil tetap berlalu tanpa memedulikan Viola yang masih berusaha mengejarnya.

Jamil kembali turun ke lantai bawah, ia sengaja melewati tangga karena wanita itu pasti tidak kuat jika berjalan melewati tangga dengan high heels dua belas centi miliknya.

Jamil sudah berjalan dengan tenang ketika ia sudah dapat melihat Viola tak mengikutinya lagi.

Ia mengeluarkan hp di saku celananya.

Lalu ia mendial sebuah nomor.

"Halo"

"Hai Jamil"

"Mom kenapa mempekerjakan wanita itu disini?!"

"Siapa maksud kamu?"

"Siapa lagi kalau bukan Viola!"

"Ohh, dia itu punya nama Jamil. Lagi pula agar kalian lebih dekat dan bisa saling mengenal satu sama lain"

Jamil hanya membuang napas kesal.

"Aku tidak suka padanya!"

"Kau tak boleh seperti itu nak. Dia itu calonmu Jamil"

"Bukan! Dia bukan calonku! Dia calonmu mom!" Setelah mengucapkan itu Jamil langsung memutus sambungan telponnya.

Sebenarnya siapa yang akan menjalin hubungan? Aku atau mom?!

Jamil masuk kembali kedalam lift, lalu berjalan menuju ruangannya.

Syukurlah gadis itu tidak ada.

***

"Dia baik sekali ya Yas"

"Iya"

"Siapa tadi namanya? Aku lupa"

"Jamil"

"Ah iya! Semoga bertemu dengannya lagi ya" Lena menuangkan nasi goreng buatannya kepiring.

"Untuk apa bertemu lagi??"

"Ya dia bisa membantumu jika pria gila itu kembali"

Lena memberikan sepiring nasi goreng pada Yasmine, lalu duduk dihadapannya.

"Dia itu bukan tokoh pahlawan di film-film yang punya telepati jika ada yang kesulitan. Kau ini aneh saja Len!" Yasmine tertawa.

"Kau tidak boleh seperti itu, dia itu pria yang baik, ia menolong mu kemarin, dia menemukan dompetmu lalu ia kembalikan. Aku yakin kita akan bertemu dengannya lagi!"

"Percaya padaku!"

"Ya lagipula dompet itu tidak berarti baginya. Dia memiliki mobil yang cukup mewah, jadi untuk apa ia mengambilnya. Uang segitu mana mungkin diliriknya Len!"

"Ya memang uang dan dompet itu  tak berarti baginya, tapi ia tahu kalo dompet itu sangat berarti bagimu. Mana mungkin ia rela-rela membuang waktunya demi mengembalikannya padamu! Dia memang baik, sangat baik!"

Benar juga apa yang diucapkan Lena, dia memang pria yang baik, tidak mungkin ia rela menolongku beberapa kali.

Yasmine tersenyum mengingatnya.

"Kau memikirkannya ya?"

"Ah tidak!"

"Lalu kenapa kau senyum-senyum sendiri haah??" Goda Lena.

"Ah kau ini, ayo makan keburu dingin nanti nasi gorengnya!"

"Hahaa iya"

Heh kau ini pandai sekali mengalihkan pembicaraan Yas! Hahaa...

Tbc...

---------------------------------

Jangan lupa vomment ya! ^^

Thanks!! ({}) :))

- 15 April 2015

YASMINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang