Part 3

14.3K 1.4K 46
                                    

Ashel mendengus kesal saat membaca pesan Watsapp yang baru saja masuk di ponselnya.

"Papa, gabisa jemput Acel. Acel pulang sendiri ya? Naik angkot"

Padahal semalam, Ayahnya bilang akan menjemputnya setelah pulang sekolah. Sebagai ganti karena tadi pagi tidak bisa mengantarkan Ashel berangkat sekolah. Ashel melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Pukul 14.30.

"Ehh, dedek yang tadi pagi. Ketemu lagi nih kita." Ashel tersentak kaget mendengar suara seseorang saat ia baru saja tiba di halte sekolah. "Mau pulang ya?" Celetuk Gracio yang kini berjalan mendekati Ashel.

Mana sih ini angkot, buruan kek elah. Batin Ashel dalam hati.

"Mending pulang sama abang aja yuk." Aran mencoba memegang tangan Ashel lalu di tepisnya begitu saja. "Galak benerr."

"Lo bau sih, Ar. Makanya doi kagak mau." Badrun ikut menimpali sambil tertawa.

Adel yang bersandar di tiang halte hanya bisa menatap mereka dingin. Datar. Tidak ada ekspresi senyum sedikitpun.

Ashel berjalan keluar halte. Siapa tau ada angkot yang berhenti di depannya. Agar supaya ia bisa pergi dengan cepat dari tempat itu dan tidak di ganggu lagi oleh senior-seniornya.

"Mau gue anter pulang?" Ashel tersentak kaget begitu mendengar suara seseorang yang kini sudah berada di sampingnya.

"Ga perlu. Aku bisa pulang sendiri."

"Yaudah."

Eh tapi, kalo aku masih disini otomatis bakal di ganggu sama cowok2 itu. Batin Ashel. "Eh, boleh deh." Ralatnya tanpa pikir panjang lagi.

Adel menaikkan satu alisnya. Lalu mengambil kunci motor di saku jaketnya. Menghidupkan motor ninja hitamnya yang dia parkir di dekat halte. Motor itu melaju dan behenti di depan Ashel. Sementara Ashel berdiri bingung.

"Buruan"

"Aku duduknya gimana?"

"Duduk cowok aja. Emang lo bisa duduk nyamping?" Di tunjuknya rok pendek Ashel dengan dagu. "Pegangan biar ga jatoh." Titahnya saat Ashel sudah duduk nyaman di atas motor Adel.

Ashel mengangguk. Kedua tangannya berada di samping pinggang Adel. Berpegangan jaket kulit milik Adel.

***

"Kasih tau gue arah jalannya."

Ashel mencondongkan tubuhnya ke depan. "Hah, apa? Gak dengerrr."

Adel membuka kaca helmnya. "Rumah lo dimana?" Ulangnya lagi.

"Ohh.. lurus aja, nanti ada minimarket sebelum perempatan terus belok kiri. Rumah cat warna putih depannya ada taman bunga."

Setelah mendengar penjelasan Ashel, Adel kembali menutup kaca helmnya dan segera menarik gas motor sampai membuat Ashel hampir jatuh kalau tidak memegang pinggang cewek itu. Adel tersenyum tipis.

Adel melambatkan laju motornya sambil melirik kaca spion kanan. Cengkraman kuat Ashel di pinggangnya ikut terlepas saat motor Adel melaju dengan pelan.

Setelah menempuh kurang lebih 15 menit, akhirnya motor itu sampai juga di depan rumah Ashel. "Makasih ya?" Ucapnya sambil menata rambutnya yang sedikit berantakan.

"Sama sama."

"Masuk dulu, Del"

Cewek itu menggeleng. "Tau nama gue darimana?"

"Itu." Ashel menunjuk nametage yang ada di dada kanannya. Tertulis : R. Fidela Adel

"Oh" Adel melirik nametage-nya.

Adel Kemudian menutup lagi kaca helemnya yang sempat tadi ia buka lagi. "Gue duluan."

"Hati2 di jalan."

Tanpa disadari oleh keduanya, ada satu sosok yang sedaritadi mengintip di balik jendela rumah.

"Ehh yaampun mommy, ngangetin aja loh." Saat berada di dalam rumah, Ashel langsung di sambut mamanya. "Mommy ngapain ih? Ngintip Acel ya?"

"Itu tadi siapa? Pacar kamu?"

"Temen Acel, momm. Dia cewek kok"

" Cewek kok Ganteng gitu. Pacar juga gapapa kok hehe."

"Apaan sih momm, udah ah Acel mau mandi dulu." Setelah mecium tangan mamanya, Ashel langsung bergerak ke kamar. Lalu bersih-bersih kemudian rebahan. Hari ini adalah hari sangat melelahkan sekali untuk gadis berambut panjang dan berdagu cantik itu.

Cewek KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang