Part 16

11.5K 1.2K 83
                                    

"Non, buka pintunya, Non" tidur lelap Adel terpaksa di usik oleh suara ketukan didepan pintu kamarnya yang memaksa cewek itu mengerang dan menutup kepalanya dengan bantalnya. Acara bolosnya untuk tidur seharian ternyata gagal. "Non Adel buka pintunya, ada telepon dari Bapak." Suara Bi Olla terus saja berteriak. Mau tidak mau membuat Adel melempar bantalnya dengan jengkel. Cewek itu bangkit dari ranjang dan jalan menuju ke pintu.

"Apa sih, Bi?" Bentak Adel begitu pintu sudah terbuka. "Berisik! Saya ngantuk. Mau tidur." Katanya memberitahu, karena memang Bi Olla yang membangunkan Adel setiap pagi. Menyiapkan sarapan dan membereskan rumah.

"Bapak telepon. Mau ngomong sama Non Adel." Bi Olla menyerahkan ponsel rumah tanpa kabel ke tangan Adel. Cewek itu sempat menghela nafas  menatap telefon itu dengan ogah-ogahan sebelum akhirnya meraih dan menempelkannya ke telinga. "Hmm?" Adel berdehem.

"Kamu dimana? Guru telefon papa katanya kamu bolos lagi? Kenapa kamu selalu nyari masalah? Uang dari papa memangnya kurang?"

Adel bersandar di tembok samping pintunya dengan mata setengah terpejam, sampai Bi Olla ikut geleng-geleng kepala. Mendengar kata demi kata dari Ayahnya tidak ada satupun yang menempel ke telinga. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. "Udah ngomongnya?" Hanya itu balasan Adel. "Kalau udah, saya tutup." Tanpa kata-kata, di putuskan sambungan itu secara sepihak. Dan di serahkannya lagi teflon itu ke Bi Olla.  "Besok lagi kalau dia nelpon, jangan di angkat."

Mendapat peringatan seperti itu, membuat Bi Olla yang tadi melihat ke wajah majikannya kini tertunduk dan mengiyakan apa yang barusan di peringatkan Adel.

Meskipun Ayahnya sering menelfon, tapi sampai sekarang Adel belum tahu keberadaan Ayahnya. Hidup dengan siapa dan bagaimana keadaanya. Bahkan Adel tidak peduli dengan itu. Sejak perpisahan itu dan sejak kebahagiaan keluarganya hancur berkeping-keping.

"Non Adel mau makan dulu? Bibi masakin ya."

"Nggak laper."

"Nanti sakit loh, Non. Bibi lagi yang kena marah. Bibi bikinin pecel lele ya?"

Adel terdiam selama tiga detik sambil menatap Bi Olla tanpa kedip. "Di bilang enggak ya enggak. Ngeyel banget sih." Adel geram. "Gue mau istirahat. Gausah di ketok lagi." Kemudian, di banting pintu kamarnya kuat-kuat sampai Bi Olla yang berada di depan pintu tersentak kaget.

Sambil kembali berbaring di ranjang, mata Adel yang menatap langit kamarnya segera menoleh ke ponsel di samping kepala begitu merasakan getaran. Di raihnya ponsel itu ada sebuah pesan chat dari Aran.

"Gue tunggu di tempat biasa ya. Bareng Gracio sama Badrun juga. Bosen di rumah."

Adel menyunggingkan senyum, akhirnya menemukan cara untuk mematikan rasa bosan yang melanda.

"Oke setengah jam lagi gue otw."

Sent. Pesan terkirim. Adel segera beranjak bangkit dari ranjangnya dan menuju ke kamar mandi.

***

Pengurus Osis lagi-lagi kerja rodi. Acara  sekolah akan di laksanakan seminggu yang akan datang. Dan masih banyak lagi hal yang harus di persiapkan. Terutama masalah sponsor dan bintang tamu. Akhirnya, hari ini mereka terpaksa pulang sedikit malam. "Gimana kalau kita undang JKT48 aja buat jadi bintang tamu?"

"Lo ada nomornya manjemennya?" Tanya Zee pada Geby yang memberi usul.

"Gampang. Temen gue ada kok."

"Sip. Itu lo yang urus ya. Nanti kalau udah fix kasih tau gue, tinggal ngatur jadwal. Tampilnya abis acara aja biar jadi penutup acara."

"Okedeh."

Cewek KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang