Part 4

13.7K 1.4K 20
                                    

Keesokan harinya, Ashel datang kesekolah dengan tepat waktu. Ia tidak mau kejadian kemarin terulang lagi. Cukup sehari itu saja ia terlambat kesekokah. Ia pun turun dari mobil Ayahnya dan berlari masuk ke gerbang sekolah. Begitu menginjakkan kaki di gerbang, ia melihat Kathrine yang berjalan tak jauh darinya.

"Kath--" baru saja ia akan teriak memanggil temannya, tiba tiba saja ia mendengar suara keras dari belakangnya. Ashel mendadak terdiam begitu melihat sepeda motor milik Adel tidak sengaja di tabrak oleh seseorang yang sama-sama mengenakan seragam SMA 48 Jakarta.

"ANJING!! Teriak Adel sambil menoleh ke belakang. Wajahnya memerah. Lampu belakang motornya pecah berkeping keping. Setelahnya, Adel menjatuhkan motornya dengan sia-sia. Hingga terdengar bunyi keras akibat benturan motor dengan lantai.

"Lo yang anjing! Apa? Mau jadi jagoan?" Balas orang yang menabrak Adel. "Gue gak takut sama lo!" Ancamnya. Ashel melihat badge kelas cowok itu. Anak kelas duabelas.

Adel langsung mendekati anak itu, tangannya sudah terkepal keras bagaikan batu yang siap untuk di lemparkan. Segera ia meninju perut cowok itu hingga tersungkur di aspal. "Gausah nyari masalah sama gue ANJING!!" Pukulan keras kembali melayang ke wajah sang lawan.

Adel terus memukuli perut cowok itu habis-habisan. Tanpa di duga, dari arah depan muncul segerombolan anak yang ternyata itu adalah gerombolan sang lawan. Mereka semua beraksi cepat dan melepas helm milik Adel dan ingin  balas memukulinya. Namun, sebelum Adel mendapatkan pukulan balasan, Gracio, Badrun, dan Aran datang dan  dengan cepat melerai mereka semua.

"Udah stop, Del!" Aran menahan Adel yang tampak emosi. "Lo udh cukup banyak masuk BK. Lo mau di DO?"

Adel terdiam. Namun sorot matanya masih melihat ke arah cowok itu.

Adel melepas paksa tangan Aran yang menempel di bahunya.

"Lo buruan minta maaf!" Bentak Gracio kepada cowok yang tadi tidak sengaja menabrak motor Adel.

"Dih. Ngapain? Orang gue gak sengaja."

"Udah. Udah. Drun, bawa Adel masuk. Dan lo, gue peringantin Sekali lagi sama lo, kalau sampai gue denger lo ribut sama Adel lagi, gue jamin lo gak bakalan bisa hidup tenang." Ancam Aran.

Keadaan semakin kacau. Anak-anak yang tadinya ingin masuk kelas, mendadak ikut menonton adegan kekerasan itu. Bagi mereka hal begini sayang banget kalau tidak di tonton.

Di lain sisi, Ashel tampak terdiam di tempatnya, dengan wajah pucat pasi setelah melihat adegan hantam menghantam tepat di depan matanya. Seumur hidup, ini adalah kali pertama ia menyaksikan adegan seperti ini. Tiba-tiba saja semua gelap dan Brukk.

Ashel pingsan.

***

Kelopak mata Ashel mengerjap perlahan hingga warna yang semula gelap kini terlihat terang. Lalu terdengar ringisan dari arah sampingnya, membuat Ashel menoleh dan melihat Adel. Tubuh Ashel menegang, ia menarik tubuhnya ke ujung kasur untuk membuat jarak dengan sosok di sampingnya.

"K..kamu?"

"Udah baikan?" Ucap Adel sambil melempar kapas di tangannya ke kotak sampah samping meja.

"Kamu ngapain disini?"

"Emangnya gaboleh? Gue juga masih siswi disini."

"Bukan gitu.."

"Lo gak papa?" Tanya Adel sambil memperhatikan wajah pucat Ashel.

"Harusnya aku yang nanya begitu, kamu gak papa? Di keroyok orang sebanyak tadi?"

Adel mendorong kursinya sedikit ke belakang. "Segitu mah gak ada apa-apanya"

"Segitu juga banyak loh, Del. Gila ya, kamu cewek, masa berantemnya sama cowok?"

"Dia yang mulai duluan." Adel menoleh ke pintu UKS, di lihatnya Amir muncul dari balik pintu.

"Aku ke kelas aja deh." Ashel berniat bangun dari tidurnya namun mendadak terhenti saat tangan Adel menahan bahu Ashel. Sempat membuat tertegun sampai akhirnya ia pasrah.

"Disini aja. Istirahat."

"Tapi aku ada kelas."

"Sehari gak belajar, ga bikin lo tolol."

Mendengar panggilan Adel, Amir segera masuk ke dalam UKS dan melihat Adel mengeluarkan uang seratusribuan. "Tolong beliin teh anget satu."

"T...tapi, aku mau.." belum juga selesai bicara, Amir sudah mendapat pelototan tajam dari Adel. "He, iya..iya. aku ke kantin." Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, akhirnya Amir pasrah dan lebih memilih nurut ke Adel ketimbang harus mengambil resiko besar jika berurusan dengan tim Adel.

Hening yang cukup lama.

Hanya terdengar bunyi jarum jam yang berdetak dan suara samar-samar teriakan murid lain di luar sana.  Ashel yang sibuk dengan pikirannya, begitu juga dengan Adel yang menggerakkan jarinya di atas lutut hingga suara berat Adel memecah keheningan  "Lo kelas berapa?"

"Sebelas IPA 2."

"Oh, IPA 2? Sekelas sama Marsha dong?" Adel menggukkan kepala tetapi raut wajahnya seperti memikirkan sesuatu.

Berhubung kemarin hanya sekedar mengantarkannya pulang, tetapi hari ini Adel berkesempatan untuk lebih kenal lagi dengan sosok siswi yang beberapa hari lalu telah menggoda pikirannya.

Amir kembali ke kelas. Dengan sebuah gelas  berisi teh hangat di tangannya. Adel meraihnya. " kembaliannya lo ambil aja." Lalu Adel berdiri dari duduknya, menaruh segelas teh tersebut di atas meja samping ranjang. "Gue keluar dulu, Jangan lupa diminum."

"Makasih ya?"

Adel hanya mengangguk lalu berbalik meninggalkan Ashel seorang diri.


***

Cukup lah ya hari ini 4 part yang mimin publish. Besok slow update yaa. Mimin udah mulai masuk kantorr soalnya . Thanks buat yang udh mau bacaa. Jangan lupa votenya. Share juga ke temen2 kalian.

Cewek KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang