Setelah pulang sekolah, Adel menyempatkan diri untuk ke perpustakaan. Sebuah keajaiban dunia baru tipe murid seperti Adel yang mau melangkahkan kakinya ke tempat yang tidak pernah dia datangi. Maka tidak heran penjaga perpus memasang tampang sangar begitu Adel memasuki perustakaan, takut kalau Adel berbuat rusuh.
Bu Michelle selaku penjaga perpus mendongak begitu ada Adel berdiri di depannya. "Kenapa?"
"Buku Biologi dimana?" Tanyanya datar. Tanpa basa basi, langsung to the point.
"Disana, di pojok. Kamu cari aja." Tunjuknya pada rak pojok.
Adel mengikuti arah pandang Bu Michelle, perjaga perpus yang memiliki badan bohay.
"Itu disana! Di pojok!!" Teriak Bu Michelle gemas karena Adel bukannya berjalan ke pojok malah ke arah lain.
"Dih, jorok banget perpus. Gak pernah di bersihin pasti." Celetuk Adel santai
"Nyindir saya? Kamu kira saya gak penah bersihin?"
Adel berlalu, meninggalkan penjaga itu yang masih saja ngomel tidak jelas.
"Ashel, kamu taruh bukunya di meja ya. Nanti biar saya yang nyusun ke rak."
Adel mengangkat wajah mendengar Bu Michelle sedang berbicara dengan seseorang. Dia melihat Ashel masuk ke perpustakaan sambil membawa beberapa buku.
"Ssttt...ssstt...sssttt.." Adel mendesis sampai Ashel yang berada di rak depannya mengintip melalui sela-sela buku, di lihatnya Adel ada di deretan rak belakang sampai membuat Ashel menyipitkan mata, mengira halusinasi.
"Adel?"
"Hai." Sapanya sambil senyum lebar. "Bantuin nyari buku Biologi dong. gak nemu daritadi." Pintanya. "Minta tolong sama tuh penjaga seksi tapi gak mau nunjukkin." Bisik Adel.
Ashel akhirnya mengangguk. Dia mendekati Adel dan mencari buku yang sedang di carinya.
Hanya butuh beberapa menit saja Ashel sudah menemukan buku itu. Biologi kelas duabelas sesuai dengan permintaan Adel. "Tumben ke perpus? Kesambet setan apaan?"
"Emangnya harus kesambet dulu biar bisa masuk perpus?"
Ashel tertawa geli.
"Sibuk gak? Ajarin dong. Mumpung mau belajar"
Ashel melirik Adel. "Enggak sibuk kok."
"Yaudah, nanti pulangnya bareng. Belajar di rumah aku aja."
"Tapi jangan sore-sore banget pulangnya."
Adel tersenyum lebaarr. "Siap. Bisa di atur."
*****
Ashel duduk di ruang tamu rumah Adel. Cewek itu mengedarkan pandangannya dan Adel sedang mandi di kamarnya karena katanya hari ini panas banget. Ashel melihat Bi Olla muncul sambil membawa segelas es teh.
"Ini mbak, minum dulu."
"Makasih ya, Bi."
Bi Olla lantas duduk di hadapan Ashel. Mempehatikan wajahnya. "Mbak yang namanya Ashel ya?"
Mendengar namanya disebut, Ashel mengernyit dan mengangukkan kepala. "Iya Bi, kenapa?"
"Bener ternyata." Bi Olla menggut-manggut seperti tersadar sesuatu. "Tapi mbak-nya jangan bilang-bilang ke Non Adel ya."
Ashel tertawa geli. "Emang kenapa?"
"Bibi pernah nemuin bunga mawar di dalem kulkas, terus ada suratnya di tulis buat Ashel. Tapi bunganya gak pernah di ambil sampe layu. Waktu bibi tanya kenapa belum di kasih, katanya belum siap mental mau ngasih bunganya ke mbak Ashel."