Suasana kelas XI IPA 2 sudah terlihat sangat sepi dan sudah pulang meninggalakan sekolah. Hanya menyisakan Ashel dan Kathrine di dalam. Ashel duduk berhadapan dengan Kathrine, menarik nafas panjang dengan hidung yang memerah. Menahan tangisnya sejak tadi pagi. Meskipun pada akhirnya airmata itu turun di pipinya. "Aku putus sama Adel." Katanya dengan suara parau.
Kathrine tampak terkejut, tapi detik berikutnya Kathrine berusaha untuk bersikap tenang. Tidak ingin membuat Ashel semakin sedih. "Kenapa?" Tanya Kathrine hati-hati. Biasanya cewek kalau lagi sakit hati, tingkat sensitifitasnya bisa naik level. "Gara-gara apa?"
"Hp aku ketinggalan waktu acara kemarin. Adel nelfon sampe puluhan kali. Aku harus gimana, Kath?" Ashel terdengar putus asa. "Kamu tau kan aku belum pernah pacaran. Ini pertama kalinya. Aku harus apaa?"
"Bukan cuma lo doang yang butuh di mengerti, Shel. Lo seharusnya tau. Dia juga butuh di mengerti."
Ashel menunduk. "Aku yang terlalu sibuk dan egois. Aku tau kok. Kamu mau nyalahin aku, kan?"
Kathrine menggeleng. "Siapa bilang? Enggak kok. Ngapain juga gue nyalahin sahabat gue sendiri? Tapi gue juga gak bakal nyalahin Adel, dia juga gak salah. Tiap orang punya cara berfikirnya masing-masing Shel dalam menyikapi masalah. Putus nyambung dalam pacaran itu adalah hal biasa. Kenapa? Karena kalau dalam suatu hubungan mulus-mulus aja tanpa adanya rintangan, kita gak akan pernah tau kalau sebenernya kecewa itu saling menguatkan."
***
Sampai pukul 23:30 malam, Ashel meringkuk di atas ranjang kamarnya sambil memutar-mutar ponselnya untuk menghilangkan rasa aneh yang terjadi di dadanya. Bahkan tumpukan novel yang berada di atas kasurnya tampak sia-sia.
Jari Ashel membuka room chat Watsapp, berharap ada pesan masuk dari Adel untuknya. Ashel tidak berharap lebih, hanya mengucapkan selamat malam sebagai pertanda bahwa hubungan mereka telah berakhir.
Patah hati karena cinta memang rasanya sakit sekali.
Ashel hanya pernah merasakan sakit hati lewat tokoh-tokoh novel yang pernah ia baca, sampai akhirnya sakit hati itu bukanlah fiksi. Sakit hati akan kecemburuan. Sakit hati karena putus hubungan dan sakit hati yang mengajarkan bahwa setelah jatuh, seseorang bisa bangkit kembali.
Mengetahui bahwa tidak ada chat yang masuk, Ashel menenggelamkan wajahnya dalam dekapan bantal, di keluarkan seluruh airmata yang sejak tadi pagi sudah di tahannya sampai akhirnya dia jatuh tertidur dengan airmata mengering sendiri di pipi.
Airmata itu sudah terhenti keesokan harinya, dan menyisakan sembab di kelopak mata Ashel sampai mommy Ashel yang mengetahui pertama kali. Beliau tampak kaget. Buru-buru Ashel mencari alasan. "Semalem abis baca novel sedih, Ma. Makanya sampe nangis terus ke bawa tidur." Begitu katanya dan beruntung kedua orang tuanya percaya.
Jika biasanya Ashel semangat untuk sekokah, entah kenapa hari ini dia terlihat sangat lesu. Malas sekali kakinya melangkah ke halaman sekolah. Ashel menundukkan wajahnya dalam-dalam, menyembunyikan mata sembabnya dengan poni panjangnya. "Ashel." Ashel tersentak kaget mendengar seseorang memanggil namanya. Tepat di depannya! Itu suara kak Aran!! OMG!! 😱
"Del, Ashel nih. Mau di anterin ke kelas nggak?" Aran teriak kepada Adel yang baru saja menampakkan batang hidungnya.
Begitu dilihatnya Adel muncul di gerbang, Ashel mempercepat langkahnya bahkan bisa di bilang sedang menghindar.
Adel memperhatikan Ashel tiga detik dan langsung berjalan masuk, tanpa sekalipun menyapa cewek itu. Aran sampai di buat melongo. "Woi, Del. Lo kenapa sihh?"
"Shel, mending lo hibur Adel, deh. Dia masih kelihatan terpukul. Adel tuh sayang banget sama Ibu---"
Ashel ikut berlalu, tidak mendengarkan kata-kata Kakak kelasnya itu.