Part 15

10.8K 1.2K 51
                                    

Biasanya rutinitas Ashel tiap malam minggu adalah baca buku di kamar. Tapi untuk hari ini, rutinitas itu di alihkan oleh kedatangan Adel yang tiba-tiba. Datang kerumah dengan mengenakan kaos oblong putih dan jaket hitam, meminta izin pada ibu dan ayah Ashel untuk membawa anaknya jalan-jalan. Biasanya ayah Ashel termasuk tipe yang protektif dalam urusan beginian.

Ashel juga terkejut waktu tahu Adel datang kerumahnya. Malam ini Adel tidak membawa motor, melainkan mengemudikan mobil sedan. Dengan alasan dingin kalau malam-malam naik motor.

Adel membawanya ke sebuah restoran mewah bergaya bintang lima. "Yuk, turun." Adel memarkirkan mobilnya dan segera turun.

"Kok bawa aku kesini?" Tanya Ashel dengan kernyitan di dahinya.

"Aku pengen ngenalin kamu."

"Ngenalin ke siapa?" Ashel tersentak. "Aku pake baju ginian loh." Baju Ashel memang tergolong santai, bukan dress yang biasanya di pakai orang-orang yang pergi ke restoran mewah.

Adel tertawa lucu. "Kamu pake apa aja tetep keliatan cantik kok, Shel." Puji Adel terang-terangan.

"Halah. Buaya nih Adel nih."

Adel tertawa lagi. "Masuk aja dulu. Nanti juga tau mau ketemu siapa."

Ashel menggeleng, tapi genggaman tangan Adel akhirnya meluluhkan hati Ashel. Dia di bawa masuk ke dalam. Suasana asing menyambut Ashel. Suasana yang riuh dengan suara piano. Orang-orang terlihat berpakaian gaun di dalam restoran. "Del, balik aja yuk, Del? Bawa aku ke warung pecel lelemu aja deh, jangan kesini."

"Ada aku kok, tenang aja."

"Adel? Lo dateng?" Seorang cewek cantik berambut lurus panjang muncul di depan Adel. Gadis itu memakai gaun putih dengan make up natural di wajahnya. Dia adalah Chika, Sepupu Adel.

Jangan di tanya bagaimana ekspresi Ashel saat ini. Dalam hati dongkol juga karena Adel tidak bilang akan membawanya ke restoran mahal.

"Ini siapa, Del?"

"Belahan jiwa gue." Jawab Adel enteng sekaligus dramatis.

"Gak usah sok puitis." Cewek itu mencubit lengan Adel. "Nenek sama Kakek udh nungguin. Yuk gue anterin."

"Kamu biasa aja, Sayang. Jangan gugup gitu." Bisik Adel ke Ashel.

"Del, balik yuk."

"Nggak bisa, Shel. Udah terlanjur kesini. Yuk buruan." Adel memaksa Ashel sampai akhirnya mereka berdua berdiri di hadapan seorang kakek tua yang kira-kira berumur 70 tahunan. Terlihat dari rambutnya yang sudah memutih. Memandangi Adel dengan tatapan terkejut dan juga cewek di sampingnya dengan tatapan meneliti begitu juga dengan nenek tua di sampingnya.

"Adel." Seorang wanita dengan wajah yang mulai mengeriput terkejut melihat Adel. "Nenek kira kamu gak mau ketemu lagi. Ini siapa yang kamu bawa?"

"Tukang las, Nek."

"Gila lo. Ngaco bener kalau ngomong." Chika menyikut Adel.

"Shel, kenalin diri kamu dong." Adel melirik Ashel bangga.

"Saya Ashel, Nek. Temennya Adel---"

"Pacar." Koreksi Adel dengan cepat.

"Pacar?" Tanya kakeknya kaget. Lalu kakeknya melirik cewek bergaun pink itu yang duduk di hadapannya.

"Hai, Shel. Ketemu lagi kita." Fiony menjulurkan tangannya dan Adel mengamit tangan itu. "Gue kira lo gak dateng, Del. Walaupun gak nyangka lo datengnya gak sndirian."

Adel berdehem menanggapi.

"Gue beliin jam nih, oleh-oleh dari Amerika." Fiony menyerahkan sebuah kotak kecil jam bermerk.

"Thanks." Hanya satu kata itu yang di tanggapi Adel. Tidak lebih dan berkesan dingin.

Ashel duduk di samping Adel, jadi kambing congek yang bingung harus melakukan apa. "Udah berapa lama pacaran sama Adel?" Tanya nenek Adel.

"Baru kemarin, Nek." Jawab Adel ceplas-ceplos.

"Nenek tanya pacar kamu."

"Sama aja. Adel kan pacarnya Ashel juga."

"Sekolah dimana?"

"Satu sekolah sama Adel, Nek." Jawab Adel ragu-ragu.

Pertemuan keluarga itu berlangsung selama satu jam. Ashel menyimpulkan hasil percakapan antara dirinya dan keluarga Adel. Penuh tata krama, tapi kok cucunya malah begini?

Selesai makan, Adel izin pulang lebih awal kepada yang lainnya untuk membawa Ashel kembali ke rumah. Sesampainya di mobil, Ashel terlihat lega. "Lain kali kalau ada acara ginian, bilang dong." Cetus Ashel kesal. "Aku malu banget tauu. Sodaramu pada dandan cantik semua."

Adel tidak menanggapi kata-kata Ashel. Adel justru tersenyum geli, menikmati ekspresi Ashel sambil sesekali fokus ke jalanan.

"Itu tadi Fiony keliatannya udah akrab banget sama keluarga kamu."

"Kakeknya temen baik kakek. Dia juga tinggal sama kakek nenek kalau ke Jakarta."

Adel lalu menepikan mobilnya di pinggir jalan. Berhenti di depan gerobak penjual kerak telor. "Bang, kerak telornya dua ya." Pesan Adel dari jendela mobil yang terbuka.

"Aku udah kenyang, tauu."

"Iya, ini syarat aja. Karena tadi aku bawa kamu ke acara keluarga. Sekarang waktunya buat berduaan. Anggep aja kencan malam minggu."

Mata Ashel beralih menatap Adel dan geleng-geleng kepala.

Adel menghela nafas. "Senin aku ga masuk."

"Kenapa?"

"Mau bolos."

"Bolos terus. Kapan belajarnya? Udah kelas dua loh."

Adel terdiam kemudian merubah posisi duduk, Memutar badannya ke samping kiri tepat menghasap Ashel. "Shel."

"Iya?" Ashel bersuara tapi tidak melirik Adel. Cewek itu melirik jendela ke arah si abang yang sedang membuat kerak telor dengan semangat.

"Tadi itu pertama kali ketemu sama kakek nenek, setelah 3 tahun mutusin enggak pengen ketemu lagi."

Tatapan Ashel beralih menatap Adel penuh dengan tanda tanya. "Kenapa?"

"Gak berani."

"Maksutnya?"

3 detik berikutnya Adel tidak menjawab. Hanya sepasang matanya yang menatap Ashel. Tatapan yang mengisyaratkan bentuk terimaksih tanpa suara. "Aku peluk, boleh?" Belum sempat Ashel menjawab, Adel sudah maju terlebih dahulu karena pertanyaan yang di lempar sebelumnya hanya bentuk formalitas saja. Ashel tidak berkutik, pelukan itu begitu mendadak.

Bibir Ashel terkatup rapat. Sepasang lengan milik Adel kini mengurungnya dalam dekapan yang kuat namun menenangkan. Memberikan jeda bagi Ashel untuk mendengar detak jantung yang berada tepat di depan telinganya.

Lima detik berikutnya, Adel segera melepaskan pelukan itu dan menarik dirinya. Menjauh ke ujung pintu. "Aku keluar bentar deh, tiba-tiba kok panas di mobil." Katanya tiba-tiba salah tingkah.

Ashel menahan tawanya melihat wajah Adel dan mengangguk spontan.

"Kamu tunggu di mobil aja." Katanya tanpa melihat wajah Ashel dan segera keluar dari mobil, meninggalkan Ashel sendirian dan memilih untuk duduk sebentar di pinggir jalan.

Adel duduk di kursi yang ada di dekat penjual gerobak lantas tersenyum samar.

Jatuh cinta ternyata begini ya efeknya..

Cewek KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang