Part 25

9.5K 1K 25
                                    

Ashel mengernyit saat sambungan ponselnya ke Adel untuk kesekian kalinya tidak tersambung. Nomor Adel tidak aktif.

"Kenapa, Shel? Nggak aktif ? Mungkin lagi ke club bareng Aran dan lainnya. Kayak gak paham sama mereka aja." Zee sudah ada di sebelahnya entah sejak kapan. "Berhubung orang tua lo lagi pergi, Adel gak tau kemana, gimana kalau pulangnya gue anter?"

Ashel mendongak. "Sama Kak Zee?"

"Iya. Gue bawa mobil kok. Tenang aja, Shel."

"Tapi kan kita gak searah, Kak."

"Emangnya lo sama Adel rumahnya searah? Enggak kan? Lo kemana, dia kemana. Jadi gak ada alesan buat lo nolak niat baik gue."

"Aku bisa naik angkot, Kak."

"Mana ada angkot jam segini? Mau naik taksi? Mendingan duitnya di tabung buat beli jajan."

"Yaudah, deh." Ashel mengangguk karena tidak punya pilihan lain.

"Oke." Zee mengangguk.

Mereka berdua lalu berjalan ke parkiran, terlihat hanya ada satu mobil yang berada di lapangan. Mobil Zee.

Ashel masuk ke dalam mobil Zee. Aroma mobil Zee wanginya laki banget.

"Ini masih perawan lohh." Kata Zee tiba-tiba.

"Hah?? Maksutnya??" Ashel tampak kaget.

"Belum ada yang duduk di samping gue, baru lo doang."

Ashel memasang wajah bingungnya.

"Rumah lo ada di daerah Minimarket dekat Rumah makan padang, kan?"

"Tau darimana?"

"Baca biodata lo di daftar pengurus Osis. Zodiak lo Capricorn ya? Tau gak zodiak yang cocok buat Capricorn itu apa?"

"Enggak tau."

"Cewek Capricorn cocoknya sama cowok Taurus. Gue Taurus, nih."

Ashel menganggukkan kepalanya sambil membuang wajah ke jendela. Sama sekali tidak memikirkan kata-kata Zee.

"Laper gak? Makan yuk."

Ashel menoleh. "Laper. Tapi nanti mau makan di rumah."

"Orang tua lo kan lagi gak di rumah? Kebetulan gue udah laper banget, kita makan dulu aja ya." Zee memasuki kawasan tempat berdagang penjual makanan, mulai dari nasi goreng hingga pecel lele. "Yuk turun. Tenang aja gue yang bayarin sebagai traktiran karena lo udah kerja keras hari ini. Tapi jangan bilang ke yang lainnya ya, lo doang nih."

Zee turun dari mobil diikuti Ashel yang berada di belakangnya. Zee mengedarkan pandangannya untuk mencari kursi kosong. "Mau soto gak?"

"Ada yang lain?"

"Pecel lele?"

"Boleh deh." Ashel mengangguk.

"Tungg...." Zee mengangkat tangannya tiba-tiba. " Itu bukannya Adel?" Tunjuknya pada seseorang yang sedang duduk di salah satu kursi.

Ashel menyipitkan matanya, fokus pada telunjuk Zee. Dilihatnya Adel sedang makan di temani oleh Fiony.

"Bener, kan? Cewek itu siapa?" Akrab banget kayaknya. Gue samperin, deh."

"Enggak. Nggak usah! Aku kenal kok itu siapa. Dia Fiony, temen kecilnya Adel."

"Temen? Akrab gitu. Kalau temen biasanya jalan rame-rame, Shel. Berdua doang mah udah beda cerita. Apa pantes dibilang temen?"

"Aku baru inget Mama tadi udah masak  sebelum pergi. Sayang banget kalau nggak di makan. Nggak jadi makan deh, Kak. Kita pulang aja yuk." Ashel segera menarik tangan Zee, meskipun hatinya sekarang jadi was-was. Matanya tetap menatap Fiony yang mencubit pipi Adel gemas dan sukses membuat jantung Ashel mencelos.

Cewek KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang