Part 24

9.6K 1K 24
                                    

Hari pertama 48 Jakarta Cup.

Panitia yang bertanggung jawab dalam acara tersebut sudah datang sejak pagi. Mereka memakai kaos bewarna merah bertuliskan empat puluh depalan Jakarta di dada kiri dan tulisan panitia di belakang kaosnya.

Sholeh dan panitia lainnya sedang memindahkan kursi untuk duduk juri melakukan penilaian. Sementara Ashel bertugas di bagian tiket bersama Zee.

"Kak, Kak Gaby mana?" Tanya Ashel. Acara akan di mulai pukul sembilan, itu artinya kurang lebih lima belas menit lagi.

"Gatau gue, bentar__"

"Gaby barusan masuk UKS, sakit perut katanya." Zee baru saja hendak mencari Gaby namun sudah di kejutkan dengan kedatangan Sholeh yang tiba-tiba membawa sebuah kabar berita.

"Sakit perut? Kok bisa?"

"Dia punya asam lambung, lupa sarapan katanya. Biarin istirahat dulu daripada ntar kenapa-napa."

"Yaudah, bilangin suruh istirahat dulu biar gue sama Ashel yang handle bagian tiket."

Pukul sembilan Gerbang sudah di buka dan pengunjung mulai memasuki kawasan sekolah. Ashel memegang karcis sementara Zee memegang uang dan memegang cap. Pengunjung yang datang di wajibkan membayar karcis sebesar 2.000 rupiah, baik murid sekolah lain maupun murid sekolah 48 Jakarta sendiri. "Rame ya?" Tanya Zee. "Sekalian cuci mata siapa tau nemu yang cakep." Celetuknya tiba-tiba.

Ashel tersenyum samar.

"Tinggal pilih aja, Kak."

"Tapi belum nemu yang sreg."

"Itu tandanya suruh jaga tiket aja bukan liat yang cakep-cakep." Balas Ashel tertawa geli.

Pandangan Ashel beralih pada penampilan mencolok gerombolan Adel CS.

"Kan udah di bilangin Kalau dateng pakai seragam sekolah. Ini malah pake baju bebas." Zee mendengus melihat gerombolan tukang rusuh mulai memasuki sekolah. Mereka bersiul-siul menggoda anak-anak cewek dari SMA lain yang mulai muncul di gerbang. "Baru juga dateng udah berani goda-godain."

"Ohhh bayar ya?" Gracio berhenti di bagian tiket. "Ar, bayarin, Ar." Katanya menatap Aran yang hari ini beda. Pakai kemeja kotak-kotak warna merah dan rambut klimis serta luar biasa wanginya.

"Kok gue? Patungan lah."

"Satu orang dua ribu." Kata Zee. "Ada tiga orang berarti enam ribu."

"Adel mana?" Badrun menoleh ke belakang mencari sosok Adel yang tiba-tiba saja menghilang dari gerombolan.

Tak lama muncul Adel di gerbang sambil membawa sebuah plastik kecil putih khas minimarket.

Ashel ikut ternganga melihat penampilan Adel yang memakai hoodie biru dan celana panjang robek di lututnya serta rambut pendek yang terurai. Terlihat sangat ganteng.

Tatapan Adel tertuju pada Ashel yang berdiri di samping Zee.

"Del, lo darimana?"

"Beli minuman." Adel tiba-tiba menyerahkan plastik itu ke Ashel. Ada botol air minum manis di dalamnya.

Ashel menatap plastik itu dengan bingung. Tapi mau tidak mau tetap di ambilnya.

"Del, bayarin dong." Gracio merajuk. "Tawar dikit boleh lah ya, lima ribu kita berempat." Katanya menawar. "Bolehlahhhhh. Masa sama temen sendiri mahal-mahal."

Zee akhirnya mengangguk pasrah. "Hmmmm.. yaudah, kasih Shel."

Adel mengelurkan uang lima puluh ribuan. "Lima ribu buat bayar tiket, Empat puluh lima ribunya upah buat Ashel nemenin gue keliling bazar."

Cewek KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang