Part 9

11.7K 1.1K 55
                                    

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Kathrine dan Ashel baru saja keluar dari kelas melewati parkiran dan menuju gerbang. Lagi dan lagi, Ashel melihat rombongan tukang rusuh itu membuat kerusuhan lagi. Kini sasaran mereka adalah Sholeh, si cupu dari kelas X.1, yang memiliki ukuran lensa kacamata yang tebal. Entah apa yang salah dari cowok itu sampai akhirnya kacamata yang ia kenakan di ambil paksa oleh mereka. Alhasil, Sholeh jadi tidak bisa melihat sekitarnya. Kacamata itu mereka lempar secara bergiliran. Sementara, Adel yang berdiri di dekat tembok sedang di temani seorang cewek.

"Shel, lo mau tau ga?"

"Apa?"

"Itu yang namanya Kak Ella." Bisik Kathrine "jangan diliatin, bahaya."

"Dih, siapa juga yang ngeliatin." Ashel berpura-pura tidak peduli. Setelah berhasil melewati gerbang, Ashel sangat lega. Ashel menghembuskan nafas.

"Lah, bus gue udah dateng aja. Lo nunggu angkot sendirian ya? Gapapa kan?"

"Yaudah. Duluan aja."

"Seriusan?"

"Iya."

"Oke kalau begitu gue duluan ya. Lo hati-hati. Daah!" Kathrine melambaikan tangannya dan segera berlari menuju bus yang sedang berhenti di tepi jalan.

Ashel melirik gerbang. Dilihatnya Adel masih berdiri disana bersama dengan cewek tadi alias Ella. Ashel memtuskan untuk duduk di kursi halte. Ada beberapa anak kelas yang juga sedang menunggu angkot. Tapi tidak ada satupun yang Ashel kenal. "Mau gue anterin?" Ashel tersentak kaget saat dilihatnya Adel berada di sampingnya. Menyandarkan punggungnya di tiang besi halte.

"Enggak. Aku naik angkot aja."

"Bahaya nunggu sendirian disini." Adel lalu duduk di sebelah Ashel. berjarak dua jengkal. "Soal yang tadi jangan di dengerin. Lulu suka ngaco kalo ngomong."

"Iya."

"ADELLLL, kamu ngapain sih disini?? Aku tuh nyariin kamu tauuuuu." Teriakan super cempreng muncul di antara mereka. Membuat keduanya menoleh. Ada Ella yang berdiri disana dengan tatapan menyelidik.

Adel memutar bola matanya malas. "Gue mau duduk. Kenapa lo ngikutin gue mulu sih?"

"Gak papa doong. Kan calon pacar. Itu di sebelah kamu siapa?" Ella menatap Ashel dengan tatapan tidak suka.

"Aku duluan ya, angkotnya udah dateng." Dewi keberuntungan sepertinya sedang memihak pada Ashel. Angkot sudah berhenti di depan halte.

Adel bangkit dari duduknya, di tepuknya pundak Ashel dengan lembut. "Nanti malem gue chat." Tiba-tiba saja Adel sudah berdiri di belakangnya dan membisikkan sesuatu "Jangan lupa di bales." Lalu Adel menepuk lembut rambut Ashel, membuat Ashel terdiam termangu. Sempat membeku, mendapat perlakuan seperti itu. Hingga akhirnya tubuh tinggi Adel menghilang masuk ke dalam gerbang, bersamaan dengan kata-kata Adel terakhir yang di bisikkan lembut ke telinga Ashel.



****

Ashel baru saja selesai belajar serta mengerjakan PR Biologi yang di berikan oleh Bu Muthe sebagai balas dendam karena Deo membuat ulah di kelas. Akhirnya satu kelas semua kena imbasnya. Dia menutup buku cetaknya dan memasukan ke dalam tas ranselnya. Hingga tangannya menyentuh benda kecil. Ponselnya bergetar. Di keluarkannya ponsel itu dari tasnya.

Adel is calling.....

Yaallahh!

Ashel kaget melihat nama yang muncul di layar. Kemudian, tidak lama ponsel itu berhenti bergetar. Dan menampilan pemberitahuan:

12 panggilan tak terjawab.

3 detik setelahnya, muncul lagi nama Adel di ponselnya. Ashel segera mengangkatnya. Tidak tega karena Adel sudah menelponnya sejak 1 jam yang lalu.

"Halo? Maaf ya tadi hape-nya aku taro di tas terus nada deringnya aku silent, jadi gak denger." Belum mendengar sahutan dari Adel, Ashel sudah tancap gas memberi alasan.

"Gapapa. Gue gak marah kok."

"Eh?" Ashel mengedipkan matanya dua kali. Kata-kata Adel barusan singkat tapi penuh makna.

"Lagi apa?"

"Baru beres belajar."

"Oh" Terdengar suara air yang masuk ke kerongkongan. Sepertinya Adel menelepon Ashel sambil minum. "Gak nanya gue lagi apa?"

Ashel menelan ludah. Dengan ragu, akhirnya ia memberanikan diri untuk balik bertanya. "Yaudah, kamu lagi apa?"

"Lagi telponan sama bidadari surga."

Jantung Ashel seperti mau copot mendengar kata-kata Adel.

"Adel! Lo gausah cengar-cengir gitu dah, jijik tau!" Sebuah celetukan terdengar dari mulut Aran di samping Adel.

"Ganggu sih. Udah, awas!" Hening sebentar. "Sorry, ke ganggu. Emang suka rese mereka."

"Kamu lagi sama kak Aran ya?"

"Iya, ceweknya ultah. Jadi gue nemenin dia buat ngasih surprise."

"Adel doang yang jomblo, kasian ya? Cakep-cakep kok jones. Makanya buruan di halalin biar punya pacar." Entah suara siapa, tapi yang jelas Ashel bisa mendengarnya. "Eh iya iyaa, canda doang elahh. Gitu aja emosii."

"Yaudah gue tutup ya telfonnya. Disini rame."

"Del, yang romantis ngapa? Masa gitu doang? Apa perlu gue yang ngajarin biar lo lebih pro?" Suara Badrun terdengar nyeletuk tanpa cela. "Good night, Ashel. Met bobo yaa. Mimpi indah. Jangan lupa mimpiin gue! Gitu dooong! Eh.. iya iya, Del. Damai kita." kemudian tedengar suara tawa dari seberang. Tak lama telfon pun terputus. Adel langsung mematikan sambungannya supaya Ashel tidak mendengar lagi celotehan tidak jelas itu.

Ashel masih menempelkan ponselnya ke telinga. Walau hanya terdengar suara tutt tutt panjang. Kemudiam detik berikutnya tertawa geli memikirkan kata-kata Adel barusan.

***

Sebuah suara pluit panjang dari pak Oniel terdengar sampai ke kelas. Membuat para cewek-cewek yang sedang berganti pakaian dalam kelas mulai panik. "Gue belom selesai. Jangan di buka dulu pintunya!" Teriak Flora mewanti-wanti. Sementara ada beberapa siswi yang berjaga di jendela untuk menutupi horden. Masalahnya, anak cowok kelas XI IPA 2 tuh terkenal usil. Kalau tidak di jaga pasti ada dari mereka yang sengaja menyibak hordennya.

"Buruan ih. Gue mau naro seragam." Deo berteriak dari depan kelas. "Bisa-bisa gue nyelonong masuk nih."

"Woe Deo! Dasar bokep isi otak lo!!" Freya yang bertugas menjaga di depan kelas sebagai ketua kelas yang baik langsung melotot penuh emosi pada Deo. "Buruan gaes, pak Oniel udah nungguin."

"Iya, udah kok." Yang di dalam mulai berjalan keluar.

Mereka semua segera berlari ke arah lapangan. Sementara pluit pak Oniel sudah berisik daritadi. Pak Oniel termasuk tipe guru yang tidak suka melihat anak didiknya lelet. Selalu tegas.

"Cepat, cepatt. Lama kali kalian ini." Teriak pak Oniel. "Kalian langsung lari saja 6 putaran!" Kemudian seisi kelas segera mematuhi. Tidak ada yang bisa menolak.

"Kalian semua harus berkeringat. Biar sehat. Bagi yang tidak berkeringat, harus ulang lagi dari awal."

"Tuh kann. Sadis banget jadi guru." Celetuk salah satu anak cowok.

Disaat murid-murid kelas sebelas IPA 2 sedang berlari mengitari lapangan, saat putaran kedua semua pasang mata tertuju ke arah parkiran. Muncul wajah tanpa dosa masuk ke dalam sekolah memarkirkan motornya. "Shel, Adel Shel" Kathrine entah sejak kapan sudah berdiri di samping Ashel dan menyikut lengannya.

Ashel menoleh. Dilihatnya Adel baru turun dari motornya sambil memakai tas ransel hitam di punggungnya. Lalu cewek itu berlari masuk ke dalam sekolah. Edan! Pukul 8 pagi baru datang ke sekolah. Padahal bel masuk sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu. Ashel memperhatikan sejenak sampai teriakan pak Oniel memecah kembali kenyataan.

"Ashel, kamu liat apa? Ayo cepat lari!"

"I..iya, Pak!!"


***

Siapa yang udah TerAdel-Adel ?

Selamat membaca, kawannnddd.. izinin author tidur yaa. Besok update lagi kok sepulang ngantorr. Nyari cuan buat vc oshi wkwk 🖐️🖐️🖐️

Cewek KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang