Seperti yang sudah ia rencanakan semalam, hari ini Ashel akan mengintrogasi Kathrine detail sedetail sedetailnya. Semua teman sekelasnya tampak berkumpul, termasuk Deo yang mendapat julukan raja telat. Mereka berencana mengerjakan PR Matematika secara bergotong royong di kelas. Di tambah lagi pelajaran jam pertama adalah pelajaran bu Anin, guru Fisika yang notabennya terkenal galak. Beruntungnya, si Ashel sudah mengerjakan jauh-jauh hari.
"Pokoknya abis Flora, gue nyontek punya Shani." Teriak Indah sudah booking duluan. "Shel, lo udh ngerjain PR belum?"
Ashel tidak menjawab. Ia melengos begitu saja dan segera duduk di kursinya. Mukanya lecek, jutek, tidak seperti biasanya. "Lo kanapa dah? Gitu amat muka lo?"
"KATHRINE!!! Ashel teriak. Namun yang di panggil tidak menyahut, bahkan masih fokus dengan buku Matematika yang sedang ia salin. "Kathrine!!!" Ashel teriak lagi.
"Apaan dah? Gue lagi fokus nih. Sabar kek."
"Iyanih, lo lagi kenapa sih? Lagi dapet ya?"
"Gue lagi pengen makan orang!!" Ashel melotot ke Kathrine yang tidak bisa di ganggu gugat lagi.
"Woii, pinjem tip x doongss!" Teriak barisan tengah, kelompoknya Gito. "Urgent nihhh." Dalam kondisi seperti ini, tip x yang biasanya duduk nyaman di kotak pensil bisa raib dan mencar kemana mana. Dari depan bisa ke belakang, atau bahkan sebaliknya.
"Nah, selesai deh." Kathrine menutup buku tulisnya. "Lo mau ngomong apaan?"
"Kamu ngasih nomor aku ke Adel ya? Ngaku gak?"
"Bisa-bisanya. Siapa yang bilang?"
"Adel."
"Gabisa nyimpen rahasia banget tuh anak. Di bilangin jangan di kasih tau." Kathrine meringis. "He, ya abisnya dia neror gue kemarin. Ngejegat gue di depan gerbang waktu pulang sekolah. Gue kan pulang sendiri, terus ntar kalo gak gue kasih, gue nya dong yang di apa-apain."
"Kenapa kamu kasiiiihhhhhh??" Suara Ashel terdengar merengek.
"Mang iya Adel minta nomor lo? Buat apa?" Tanya Indah bingung. "Ohh atau jangan-jangan ada yang mau kenalan sama lo?"
"Enggakk. Dia nelfon gue semalem."
"APA??? Indah spontan teriak. "Demi apa??"
"Semua gara-gara kamu, jahat banget ngasih nomor aku ke orang asing."
"Orang asing gimana sih, Shel? Dia tuh Adel. Gak semua bisa dapet nomor dia tau. Lo termasuk orang beruntung yang bisa di telfon dia. Dia tuh bilang katanya takut lo kenapa-kenapa waktu pingsan kemaren. Soalnya kan lo pingsan gara-gara liat dia beratem. Itu tandanya dia gentle. Mau bertanggung jawab."
"Jadi, sekarang kamu ngorbanin temen kamu sendiri demi sebuah keselamatan diri kamu ? Gitu? Ga mungkin kan aku ganti nomor, semua temen-temen lama aku taunya aku pake nomor ini. Mama papa, semua nelfonnya ke nomor yang sekarang."
"Shel, percaya deh. Dia ga mungkin macem-macem sama lo. Kenapa ngeri gitu sih?"
"Tau ah, gue marah sama lo pokoknya."
"Yaudah, marah aja sono. Ntar lo gapunya temen."
Ashel mendengus kesal. Memang benar sih, di kelas XI IPA 2 dia hanya akrab dengan Kathrine dan juga Indah.
"Kan ada Indah. Ya nggak, Ndah?"
"Gue? Gue kan gak pro sama lo, Shel. Wkwkwk."
"Udah, Shel, lo ladenin aja. Kalo gue jadi elo sih bakalan seneng banget. Dia tuh keren, cool, cantik+ganteng, kaya, kalau di ajak jalan kayaknya gak malu-maluin, cuman sifat minusnya itu tuh yang mesti lo rubah. Biar jadi anak baik-baik dan hidup normal di sekolah"
