Part 26

8.4K 936 41
                                    

"Del, lo bego banget sih. Sumpah!" Aran menggelengkan kepala mendengar cerita Adel.

Malam ini, dia ditelepon Adel untuk menemaninya makan di restoran. Dengan embel-embel bakalan di traktir,alhasil Aran akhirnya mau setelah melewati jurus rayuan andalan untuk ibunya agar ia bisa keluar malam. Lagian mana ada anak cowok yang mau di pingit di dalam rumah.

"Lo kan cewek, harusnya taulah kata-kata yang bikin badmood. Apalagi nuduh punya perasaan ke orang lain. Sama aja kayak lo gak percaya sama dia. Padahal kepercayaan di sebuah hubungan itu ibarat pondasi. Kalau pondasinya gak bisa nahan otomatis bakalan runtuh, hancur, udah gak bisa berdiri tegak." Katanya sambil menghela nafas.

Adel mengaduk jus buah naga di mejanya. "Gue cuma mau mastiin aja."

"Tolol!! Gue gak nyangka ternyata gak di pelajaran aja lo gobloknya tapi di percintaan juga. Menurut gue, Ashel itu tipe cewek yang gengsi buat ngungkapin perasaan. Gue udah sering nemuin cewek yang tipenya kayak Ashel. Bukan karena gak cinta tapi malu buat ungkapin perasaan secara langsung."

"Langsung to the point aja, gausah pake kata-kata pengantar."

"Oke. Lo harus minta maaf ke dia. Jangan lewat Watsapp atau telfon. Tapi temuin dia secara langsung sambil bawa sesuatu yang dia suka. Bunga misalnya. Eh, jangan deh terlalu dramatis. Ashel sukanya apa?"

"Dia suka novel."

"Boleh tuh, lo bawain dia novel. Yah paling enggak bisa bikin dia luluh, lah."

"Oke." Adel mendorong jusnya menjauh, kemudian meraih kunci mobil. "Kalau gitu, gue langsung gerak cepat aja. Mumpung belum malem banget. Thanks, buat sarannya."

"Tapi gue ngasih saran gak gratis loh ini. Lo harus nepatin janji lo yang tadi."

"Apaan?"

"Gausah sok-sok lupa. Lo janji mau traktir gue makan. Tadi gue abis berantem sama nyokap gara-gara lo nih pasti besok uang jajan gue di potong atau bisa jadi gak di kasih sama sekali."

Adel mendengus. "Pesen aja ntar gue yang bayar."

Sesuai dengan saran Aran tadi, Adel akhirnya pergi ke toko buku untuk membelikan sesuatu buat Ashel. Novel?  Gila, ini sih pertama kalinya dia jalan ke toko buku sendirian. Adel bahkan harus bertanya kepada mbak-mbak di sampingnya untuk memberinya saran novel apa yang sedang booming dan di gandrungi anak muda.

"Buat pacarnya ya?" Mbak-mbak itu bertanya sok akrab. "Biasanya anak muda tuh sukanya yang genre romansa gitu."

"Bisa cariin novelnya gak?" Tanya Adel

"Mau beli berapa novel?"

"Beli dua aja, Mbak. Satunya bonus buat mbaknya." Karena iming-iming bonus, mbak mbak yang tadi sedikit sebal karena waktu membacanya terganggu mendadak jadi semangat. Akhirnya setelah memilah dan memilih, Adel mendapatkan novel.

Tanpa mengulur banyak waktu, Adel membawa novel itu ke kasir dan segera membayarnya.

Lima belas menit di perjalanan, Adel mempersiapkan kata-kata apa yang akan ia utarakan nanti. Mobil Adel masuk ke pekarangan rumah Ashel yang di buka oleh satpam. Dia menarik nafasnya panjang sebelum turun dari mobil. Grogi? Jelas. Padahal ini bukan pertama kalinya dia akan bertemu Ashel.

Adel membuka pintu mobilnya dan segera turun sambil membawa plastik isi buku. "Ehh, nak Adel.. ya ampunnn." Kebetulan mommy-nya Ashel sedang berada di taman depan rumah, menggunting dedaunan di pohon bonsai yang terlihat segar.

"Lagi ngapain, Tan?"

"Ini Tante lagi guntingin daunnya, kalau pagi gak sempet. Masuk dulu yuk."

"Ashel-nya ada, Tan?"

"Ashel belum pulang. Barusan telfon Tante, katanya lagi ada kerjaan di sekolah. Mungkin bentar lagi pulang. Tante buatin minum dulu ya?"

"Gausah repot-repot, Tan. Saya tunggu disini aja."

"Yasudah, tunggu disini ya. Mungkin bentar lagi Ashel dateng." Mommy Ashel masuk ke dalam, sementara Adel duduk di kursi yang ada di depan rumah sambil menggerakkan jari-jarinya di atas lutut.

Sampai pukul setengah sembilan malam, Ashel belum juga datang. Adel berniat untuk menelfon Ashel tapi segera di urungkan niatnya itu. Kalau dia kasih tau bukan kejutan dong namanya.

Adel melirik jamnya. Sudah setengah sembilan lewat tapi Ashel belum juga menampakkan batang hidungnya. "Kemana sih?" Tanyanya tidak sabar. Adel mengusap tengkuknya, terpikir lagi dengan kata-kata yang tadi di persiapkan di mobilnya. "Tadi gue mau ngomong apa ya? Kok bisa lupa gini." Adel menepuk keningnya, berharap ingatan itu kembali.

Sebuah klakson tiba-tiba terdengar di gerbang. Sebuah mobil sedan masuk ke dalam. Adel menyipitkan mata karena cahaya lampu depan mobil yang silau. Mobil itu berhenti dan Ashel turun dari mobil itu. Adel terdiam selama beberapa saat, menyadari siapa seseorang yang mengantar Ashel. Raut wajahnya berubah datar begitu mengetahui orang itu adalah... Zee.

"Mampir dulu, Kak." Ashel mengintip ke jendela yang terbuka.

"Thanks, Shel. Gue langsung aja. Titip salam buat orang tua lo."

"Oke deh. Makasih ya, Kak."

"Sama-sama. Yaudah gih masuk, istirahat biar besok gak capek. Harus dateng pagi-pagi loh, bantuin gue nyiapin acara."

"Siaappp, bosss Zee." Ashel memasang tangan hormat di keningnya sampai mobil itu hilang di balik gerbang. Ashel segera berbalik masuk kedalam rumahnya dan berhenti berjalan ketika ia melihat ada sebuah mobil.

Begitu Ashel berniat masuk ke dalam, matanya tertuju pada seseorang yang duduk di kursi depan rumahnya.

Ashel tersentak kaget melihat Adel duduk disana, dan sedang menatapnya datar. Ashel menggigit bibir bawahnya dan mengerjapkan mata tak percaya. "Adel?"

"Kenapa?" Adel bangun dari duduknya, berjalan mendekati Ashel. "Kaget ya liat aku disini terus liat kamu di anterin pulang sama Zee? Tadi udah di bilang kan yang kemarin itu terakhir?"

Ashel kehilangan kata-kata. "Itu tadi, aku... Aku mendadak pulang malem."

"Makan dulu? Jalan dulu? Pacaran dulu? Hebat ya. Jalan berduaan! Pasti menang banyak tuh orang."

"Kenapa, sih Del? Aku sama Kak Zee itu gak ada hubungan apa-apa, kita memang dari sekolah. Gak jalan maupun gak makan seperti tuduhan yang kamu bilang barusan. Kebetulan mommy gak bisa jemput karena mobilnya di bengkel. Aby juga pulang malem. Jadi terpaksa Kak Zee yang anter."

"Kenapa gak minta jemput aku? Bosen?"

"Cukup ya, Del kamu nuduh aku." Ashel melambaikan tangannya. "Udah malem, aku gak mau berantem. Capek. Pengen tidur."

"Aku sebenernya gak mau curiga, tapi kamu yang mulai duluan." Adel menggelengkan kepala. "Satu jam lebih aku nunggu disini, buang-buang waktu banget tau bakalan gini. Mending dirumah sekalian."

Ashel membeku di buatnya.

"Aku juga gak nyuruh kamu kesini." Padahal niat Ashel tidak mau menjawab, tapi melihat  Adel mulai emosi akhirnya ia ikut-ikutan tersulut.

"Shel." Adel menatapnya bingung.

"Udah malem, Del. Aku mau tidur." Ashel segera berlalu masuk ke dalam rumahnya, sementara Adel menatap kepergian cewek itu dengan sia-sia. Matanya berpaling ke plastik buku di tangannya.

"Sialan!!"





******

Ada yang punya foto Adel pake baju batik waktu bareng Ashel? Yang di share di pm? Boleh dong kirim ke authornya wkwk

Authornya cuma langganan Ashel 😔

Nanti lanjut part dehh hehe

Cewek KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang