24. Surat Kaleng

4K 894 49
                                    

Cantika tertawa dalam hati. Serasa kembali menjadi kanak-kanak jika Pahlevi mengajaknya berdebat. Ia hampir lupa usianya sendiri.

Mau serius atau tidak, Cantika tidak akan menanggapi meski debar di hati turut bersahutan ingin menguasai. Antara impian setiap wanita yang ingin merajut indahnya mahligai pernikahan, dengan sebongkah ketakutan takkan bisa membahagiakan orang-orang yang ia sayang.

"Jangan dekat-dekat dia. Sebentar lagi kamu jadi Nyonya Maharaja."

Cantika menggeleng dan bersuara lirih dalam langkah yang terhenti di keramaian tamu. Mencari sang keponakan dipimpin oleh pacar tak dianggap yang masih belum menyerah.

Beberapa mencuri pandang dua orang yang diam-diam bertahan menjadi hot topic di kalangan para pengusaha. Mereka, para borjuis—kalau masih ada kesempatan— akan menjodohkan anak-anak mereka dengan Rais, jika Cantika memilih mundur.

"Jangan."

Ya, jangan.

Cantika tidak ingin Maharaja Rais menanggung ketidaksempurnaannya. Meski beberapa patahan dalam alur hidup Cantika, Rais berperan besar di sana.

Seperti tak ada harapan. Tapi jerat di antara keduanya pun tak kunjung putus. Mereka selalu bertemu. Mereka saling terhubung. Satu sisi terus mendekati pihak yang ingin menjauh.

Tersisa di sana sejumput marah, setumpuk penyesalan, seserpih cinta, dan seonggok iba yang masih menyatukan.

Dari luar, Cantika memang ratu sejagad yang cantiknya sulit terkalahkan oleh wanita manapun. 

Di dalamnya? Cantika rusak. Cantika tak sempurna. Cantika pernah hancur. Cantika tidak mengantongi sedikitpun wife material dambaan pria dan mertua.

Ia amat cocok dijadikan pajangan, namun tak pantas dinobatkan sebagai sandaran hidup hingga akhir hayat. Apalagi, seorang ibu yang akan melahirkan keturunan bagi suaminya. Pikiran Cantika yang sempit. Sesempit hingga ia pun tak merasa pantas bersanding di sebelah Maharaja Rais, yang sebenarnya juga sama rusaknya.

Rais berbalik mendengar penolakan dari perempuan yang seharusnya ada dalam genggamannya hari ini. Ini bukan pesta Rais, tentu saja. Namun, karena berada dalam hotel yang sebagian besar sahamnya atas nama dirinya, apapun bisa pria itu maksimalkan demi mengamankan sang ratu dari mata para
pengintai berita. Bukan pengantin perempuan yang merupakan ratu sehari di sini. Tetapi, bagi Rais, Cantika Aasiya Sudjatmiko lah yang kini bertahta sebagai ratu baginya.

Ia akan melakukan segala cara.

"Kenapa? Aku butuh kamu, Tik. Dan kamu, kamu nggak mau nikah ya? Kamu butuh aku. Aku yang mau terima kamu apa adanya."

"Gue nggak butuh siapa-siapa."

Rais menyeringai lembut.

"Akan kubuat kamu membutuhkanku."

Benar, Rais akan melakukan segala cara. Melindungi ... sekaligus memiliki Cantika.

---------

Sepucuk surat kaleng mendarat di meja berlapis kaca kebesaran Profesor Doktor Sudjatmiko di Rumah Sakit Umum Pusat Samanhudi. Terlipat rapi dengan tambahan lima lembar foto yang kemudian menggetarkan tangan dingin ahli bedah onkologi tersebut.

Deretan potret hasil paparazzi terjatuh satu per satu dari genggaman.

Cantika tertangkap kamera sedang dalam keadaan rambut legamnya yang sedikit acak-acakan, juga tubuh tinggi semampai dalam balutan dress tanpa lengan itu sedang terhuyung lantaran alkohol. Ia memasuki hotel bersama seorang pria, yang sangat Papa Miko ketahui adalah Maharaja Rais.

(END) Senyummu Tampak Tak Baik-Baik SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang