Rasa sakit luar biasa seringnya muncul ketika Cantika mengalami masa menstruasinya. Ia bahkan bisa berguling-guling tanpa ampun jika obat yang dikonsumsi lupa diminum.
Endometriosis konon menyebabkan kemandulan pada sepertiga hingga setengah kasus. Artinya, masih ada kesempatan wanita itu untuk melahirkan penerus, bukan? Mengapa mudah sekali Cantika menghakimi diri sendiri mendahului takdir Allah? Jawaban tepatnya adalah, ia hanya tidak ingin memberi harapan lebih pada calon pasangannya.
"Udah enakan?"
Pahlevi menghela nafas lega usai menerima anggukan dari perempuan berkerudung merah hati tersebut.
Cantika sempat tidur selama 4 jam setelah mendapat suntikan antinyeri langsung di pos kesehatan balai desa. Pria itu menyusul bersama Shandy yang mendapat kabar dari Jessi. Pak Rahmat juga bergegas ke villa untuk mengambil obat Cantika.
"Beneran nggak mau ke rumah sakit?" Pahlevi mengecek ponsel beberapa saat, sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku anterin sama Jessi. Kalau udah dapat penanganan, aku izin balik ke sini lagi."
"Lo lanjutin aja tugas lo. Gue udah biasa."
Cantika menggeleng sembari mendorong lemah lengan Pahlevi agar pergi. Usaha Cantika dari brankar lipat tidak ada apa-apanya untuk mengusir Pahlevi dari bangku plastik warna biru di sampingnya.
Pos pengobatan ini hanya bertopang di bawah tenda barak TNI. Tenaga medisnya berasal dari Doctorcharity. Debu-debu tipis masih lolos lewat celah pintu yang hanya sebuah kain putih berlogo tanda palang merah.
Mereka tak sendiri. Beberapa dokter masih sibuk memeriksa pasien pengungsi yang kebanyakan mengalami diare, dan penyakit gangguan saluran pernapasan.
"Besok Papi ikut kunjungan Presiden ke sini. Udah tahu?"
Cantika mengangguk. Ia sudah mendengar agenda tersebut dari Jessi sejak tadi pagi.
"Sehat, ya? Aku udah bilang Papi, kamu minta waktu beliau sebentar."
Sebenarnya jika bukan lantaran tuntutan pekerjaan, sebisa mungkin Cantika menghindar dari Pahlevi dan circle-nya. Apa daya? Wawancara eksklusif dengan Bapak Menkes tidak boleh terlewat satu momen pun.
"Nanti malam, kalau nggak ada hujan dan udah terkendali, kami mau naik. Kalau kalian mau ikut."
Cantika spontan menegakkan tubuhnya. Tentu saja ia mau. Menjadi tim yang mendapat liputan eksklusif tepat setelah erupsi.
"Makanya, makan sama istirahat yang bener dulu sekarang."
---------
"Udah kuat emangnya?" tanya Pahlevi tepat ketika perempuan itu akan menginjakkan kaki di bagian penumpang mobil Jeep relawan. "Kalau masih sakit, mending nggak perlu. Daripada pingsan?"
"Segini aja. Sekadar informasi aja, tugas gue cuma liputan sama cuap-cuap."
Pahlevi melepas tangannya dari tepi Jeep dan membiarkan Cantika melaksanakan tugasnya.
Baik-baik saja.
Tentu saja itu balasan pertama yang Cantika lontarkan ketika kini, dia dengan jaket tebal merah mudanya, masker, topi, juga sepatu bot warna senada, bersama Shandy dan Jessi mengekor kemanapun tim evakuasi menyisir area dampak erupsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) Senyummu Tampak Tak Baik-Baik Saja
RomanceApakah kesempurnaan selalu jadi tolak ukur kesuksesan manusia? Tidak bagi Cantika. Seorang mantan finalis ratu sejagad, yang kesulitan menemukan pendamping di usia kelewat kepala empat. Petualangan cinta sebelumnya, tak bisa dijadikan acuan seseora...