30. Malam Pertama

5.3K 908 51
                                    

Malam petaka tiba. Untuk kesekian kali.

Bagi hampir seluruh pengantin baru di dunia, malam pertama adalah momen yang paling dinanti setelah lelah menggunung di siangnya. Suka cita menyambut ibadah bersama dalam kesyahduan. Keheningan malam mempererat jalinan hati yang tadi baru saja disatukan. Saling pandang tanpa seorang pun menginterupsi, menumbuhkan sebutir benih menjadi pohon rindang kasih sayang yang akan menjadi pemantik tenaga dalam menjalani hari-hari ke depan hingga tua.

"Kenapa? Kamu nggak kelihatan senang?"

Cantika berusaha tersenyum. Senyum paling manis yang ia pelajari selama masa karantina saat menjadi finalis Putri Indonesia kala itu. Senyum yang mampu membuat semua mata terpana melihatnya. Terutama, laki-laki.

Cantika masih berharap pada satu-satunya kesepakatan yang ia buat bersama dirinya sendiri. Berpasrah. Menjadi istri yang baik. Berbakti. Beribadah.

Cantika menghirup nafas dalam ketika Rais memeluknya dari belakang. Di ranjang ukuran king size sebuah hotel berbeda, yang Cantika pilih di daerah Jakarta Pusat. Ia tak ingin menginjakkan kaki di presidential suite milik suaminya. Mengingatkan kembali pada malam pertama Cantika yang sungguh tak ingin dikenang oleh ingatan.

"Senang. Kamu bahagia?"

Cantika balik bertanya. Rais menjawab dalam hati riang. Bagaimana tidak? Ia mendapat seorang anggota keluarga baru yang akan mendukungnya sekuat tenaga. Soal keteguhan hati, soal pendamping di sisi, soal keabsahan hitam di atas putih yang dikejar semua orang akhir-akhir ini. Dalam hal apapun.

"Tentu. Sangat bahagia, Cantikku. Makasih sudah menjadi istriku."

Cantika mengangguk. Rais menghadapkan sang istri agar memandangnya. Manik mereka saling bersitatap. Diperindah latar gemerlap malam ibu kota yang tak pernah padam. Rais berusaha amat keras untuk menarik perhatian Cantika. Hatinya benar berbunga. Ia menggenggam tangan kecil yang sedang kedinginan itu. Mendongakkan wajah lembut yang terus saja menunduk. Rais pikir istrinya malu. Ia belum tahu dalamnya hati Cantika. Ia takkan pernah tahu karena Cantika takkan pernah memberi tahu.

Rais menumpahkan segenap cinta yang ia punya dan persiapkan khusus untuk belahan hati, kala pasang mata lentik itu akhirnya memejam.

Selanjutnya, hanya ada prosesi primitif yang dijalani oleh dua insan yang kini berada dalam kehalalan sebuah hubungan. Dalam 2 rasa yang berbeda.

Seorang menaburi cinta kasih yang teramat banyak atas ucapan terimakasih pada sang Maha Pencipta, karena telah memberi pelengkap dalam hidupnya. Seorang lagi memejam. Tak pernah membuka mata, demi menahan air mata yang melesak ingin dikeluarkan. Ia juga tak ingin tiba-tiba hengkang dan ketahuan jika yang ada di depannya, adalah orang yang dulu mengambil kegadisannya secara hina. Lantas kini, terulang, dan akan terus terulang kembali.

Apa-apa yang nyatanya orang gaungkan sebagai kenikmatan hidup berumah tangga, bagi Cantika, ini semua adalah ... kesengsaraan sepanjang hayat.

'Apa aku akan sampai mati jadi istrimu?'

Pertanyaan terakhir yang ia gumamkan dalam hati yang patah.

----------

"Eh, pengantin baru. Gimana? Sukses?"

Rais tersenyum jumawa. Senyum palsu yang ia hadirkan untuk para sanak keluarga yang saling menyapa di depan tapi mendepak di belakang. 2 adik dari almarhumah ibu sambung Rais berkumpul untuk prosesi makan siang bersama. Sebagai upacara resmi penerimaan Cantika Aasiya menjadi bagian dari keluarga Maharaja. Cantika menggagalkan temu keluarga pertamanya. Kini, Ratu Tipu-tipu benar terjun dan terjebak di Keluarga Tipu-tipu.

(END) Senyummu Tampak Tak Baik-Baik SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang