19. Gara-gara Novel 2

12 2 0
                                    

Konnichiwa

"Halu aja selagi itu gratis, yah it's Okay"

Happy reading

Tara menghampiri bundanya yang duduk sendiri sambil baca buku. Sebagai anak yang baik sudah menjadi tugasnya untuk menemani bundanya tetapi akhir-akhir ini ia sering melupakan tugasnya karena terlalu sibuk dengan masalahnya.

"Udah lama ngga ngobrol sama bunda" batin Tara.

"Bunda?"panggil Tara yang langsung duduk disamping Mely.

"Iya sayang. Ada apa?"

Mely yang sementara membaca buku langsung menyimpannya dimeja kemudian memeluk anak semata wayangnya itu.

"Ngga ada kok bunda. Tara kangen aja sama bunda. Udah lama ngga cerita sama bunda" jelas Tara yang membuat Mely hanya tersenyum dengan tingkah anaknya ini.

"Ya udah mau bunda ceritain sesuatu ngga?" Tawar Mely yang membuat Tara mengangguk antusias.

"Ada dua orang bersaudara dan mereka itu sepupuan. Nah si kakak ini suka sama seorang laki-laki tapi laki-laki itu ngga suka sama dia.."

"Terus?"tanya Tara penasaran karena Mely berhenti sejenak.

"Dan ternyata laki-laki itu suka sama adiknya."

Tara baru menyadari kalau cerita itu mirip dengan kisah cinta antara Dia, Nayla dan Dirgan.

"Terus??"

"Nah setelah si kakak tahu kalau laki-laki itu suka sama adiknya dan bahkan sebaliknya, si kakak jadi marah bahkan ia tidak pernah mau menganggap adiknya itu. Ia bahkan membencinya seumur hidup"jelas Mely yang membuat Tara semakin takut. Bahkan pelukan yang tadinya kuat langsung melemah karena respon dari dalam tubuh yang melemah.

"Kalau menurut bunda, si adik itu salah ngga?"tanya Tara meminta pendapat bundanya. Sekalian sebagai jawaban untuk dirinya.

"Kalau menurut bunda ngga salah si, namanya juga perasaan ngga ada yang tahu kan. Datangnya tiba-tiba bahkan kita juga ngga tahu asalnya darimana? Iya ngga?"tanya Mely yang membuat Tara mengangguk penuh kemenangan karena itu menandakan bahwa ia masih dititik aman.

"Emang benar si, awalnya kan  gue ngga pernah ada rasa sama kak Dirgan tapi tiba-tiba aja udah suka bahkan jadian sama dia" renung Tara.

"Tapi..,terkadang kita juga harus bisa mengorbankan perasaan kita, karena dengan demikian kita tidak akan mendapatkan masalah. Iya ngga? Coba aja kalau si adik memutuskan untuk tidak berhubungan dengan laki-laki yang dicintai kakaknya, yang pasti si kakak ngga bakalan benci sama dirinya. Iya ngga?"tanya Mely kedua kali yang membuat Tara benar-benar merasa terpukul.

Senyuman kemenangan yang tadinya menggebu-gebu akhirnya memudar perlahan. Kata-kata Mely membuatnya kembali merenung. Tetapi sayangnya ia sudah mengambil keputusan dan itu artinya dia sendiri yang akan mempertanggung jawabkan semuanya.

Sementara merenung tiba-tiba ponsel Mely berbunyi pertanda ada panggilan masuk.

"Bentar yah sayang. Bunda angkat telpon dulu"

"Iya bunda"jawab Tara tersenyum lemah.

"Bunda pergi dulu yah sayang soalnya ada sedikit masalah dibutik"pamit Mely yang mendapat anggukan dari Tara.

"Hati-hati ya bun"

Perkataan Mely tadi membuat Tara hanya bisa memijat pelan keningnya. "Mumet amat hidup gue"batinnya.

T A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang