21. Salah Arah

12 3 0
                                    

Vina dan Zean sudah bersiap-siap untuk kekantor dan sudah menjadi kebiasaan mereka untuk selalu sarapan bersama Dirgan.  Sebenarnya hari ini Dirgan tidak ada kelas jadi dia stay dirumah saja tetapi karena rasa kesalnya dengan Vina membuatnya harus keluar untuk menenangkan diri.

"Kamu ngga ke kampus?"tanya Zean saat melihat Dirgan yang masih acak-acakan.

"Dirgan ngga ada kelas jadi hari ini dirumah aja pa"respon Dirgan dengan semangatnya.

"Jadi, bagaimana keputusan kamu Dir?"tanya Vina tiba-tiba dengan lesuhnya yang tengah mengunyah makanan.

Pertanyaan Vina membuat suasana makan yang tadinya biasa-biasa saja menjadi menegangkan.

"Bagaimana, apanya ma?"tanya Dirgan balik yang terlihat bingung dengan pertanyaan Vina.

"Ih kamu ah. Itu loh yang tentang perjodohan kamu sama Nayla. Gimana?" Jelas Vina kesal.

"Gimana ngejelasin nya yah? Dirgan ngga suka sama Nayla, jadi mau sampai kapanpun, Dirgan  ngga akan mau dijodohin dengan Nayla ma,pa"kata Dirgan dengan pastinya dicampur dengan rasa kesal karena selalu di pinta untuk menerima perjodohan ini.

Beberapa hari yang lalu, setelah Dirgan pulang dari kampus, Vina masih sempat-sempatnya untuk mengingatkan Dirgan mengenai keputusannya.

"Ma? Udah dong. Jangan paksa Dirgan ma. Lagian ini udah ngga zaman jodoh-jodohan ma. Dirgan bisa cari sendiri, maka dari itu mama harus kasih Dirgan kesempatan untuk membuktikan bahwa Dirgan bisa cari sendiri"kata Dirgan yang langsung bergegas pergi tanpa menyentuh kembali makanannya.

"Dirgan? Dengarin mama dulu. Pokoknya kamu harus mau menerima perjodohan ini titik."teriak Vina yang melihat Dirgan semakin menjauh menuju garasi rumah.

"Udah dong ma. Kasih dia waktu"kata Zean menenangkan istrinya.

"Tapi pa, aku ngga enak sama Nisa"jawab Vina

"Udah nanti kita pikirkan lagi, bagaimana caranya untuk kita bicara dengan keluarga Jerry, karena bagaimanapun kita tidak bisa memaksakan Dirgan karena itu akan membuatnya tertekan. Kita tunggu aja nanti akhirnya gimana?"kata Zean yang membuat Vina hanya mengangguk-angguk.

"Iya sih pa, tapi tetap aja ngga bisa. Dia harus mau. Emangnya Nayla kurang apa coba? dasar."

"Udah dong ma. Berangkat yuk, udah mau telat nih"kata Zean yang melihat jam di arloji branded miliknya.

"Sepertinya harus aku yang turun tangan langsung"batin Vina

"Ayo pa"

***

Sella sangat bingung dengan keputusan yang akan dia ambil. Dalam kondisi ibunya yang memburuk dan dirinya yang belum mendapat pekerjaan tambahan membuatnya benar-benar stress.

"Apa yang harus gue lakukan" tanya Sella dalam hati.

Hanya ada dua pilihan baginya. Dan pilihan itu benar-benar membuat Sella harus memikirkan matang-matang. Antara meminta tolong pada keluarga ibunya atau ia harus menjual semua aset dari ayahnya mulai dari transportasi dan beberapa saham yang diberikan ayahnya dari perusahaan.

Terlalu banyak memikirkan, membuat Sella ingin mencari udara segar sekalian untuk mencari jawabannya.

Suatu aktivitas mengganggu pikirannya, ketika ia melihat Risky yang berjalan kearah ruangan psikiater yang juga dekat dengan ruang rawat ibunya.

Merasa sangat penasaran karena bukan pertama kalinya Sella melihat hal itu, membuatnya memutuskan untuk mengikuti Risky dari belakang.

T A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang