Seven

236 34 1
                                    

Yeji turun dari mobil dibantu oleh Brian yang saat ini sudah menggendongnya. Ayahnya masih menunggu Hyunjin yang sampai saat ini belum sadar dan saat ini sudah dipindahkan ke ICU karena keadaannya yang sedikit memburuk kemarin.

"Ji, nanti Chaeryeong mau ke sini. Lo mau nitip apa?" tanya Lia ketika mereka sudah sampai di kamar Yeji.

"Apa aja," kata Yeji yang langsung menyamankan dirinya di ranjangnya.

"Oppa balik lagi ya ke kantor, nanti kalo butuh apa-apa langsung telepon aja ya. Jangan lupa obatnya di minum," kata Brian sambil mengusak rambut adik sepupunya itu.

"Makasih, Oppa."

"Yejinya dijagain ya. Dibantu kalo mau ke kamar mandi!"

"Iya. Bawel banget deh, kayaknya udah berkali-kali aku denger kalimat itu," jawab Lia kesal.

"Ya soalnya, kamu suka nggak dengerin kalo aku ngomong. Ya udah, aku pergi," kata Brian tak lupa untuk mencubit pipi gembil adiknya itu.

Lia yang sedang kesal dengan kakaknya pun hanya bisa merapalkan kalimat-kalimat kekesalannya saja, karena kakaknya itu sudah terlebih dahulu berlari keluar dari kamar Yeji.

"Li, boleh ambilin gue minum nggak?" tanya Yeji.

"Bentar," kata Lia yang langsung berjalan ke arah lemari penyimpanan minuman dan makanan kecil milik Yeji.

"Thank you."

"Ji, lo kenapa?"

"Gue? Kenapa?" tanya Yeji balik sambil memasang tampang bingung.

"Ya lo agak aneh dari kemarin."

"Aneh kenapa?"

"Lo lebih diem. Gue tahu kalo lo emang bukan orang yang sering banyak omong, tapi kali ini diem lo beda. Diem lo malah kelihatan lebih sedih. Lo nggak suka, kalo Hyunjin itu jadi saudara lo?"

Yeji terdiam dengan pertanyaan Lia barusan. Sebenarnya, ia juga tidak tahu kenapa ia tiba-tiba menjadi sedih. Padahal, akhirnya ia bisa bertemu dengan ibu dan kakaknya. Ia pikir, dengan kembalinya mereka akan membuat ayahnya menjadi lebih dekat lagi. Tapi, semua sepertinya hanya impiannya saja.

"Gue pikir, semua akan baik-baik aja, Li. Tapi kayaknya, appa gue masih belum bisa nerima gue. Apalagi, dia tahu kalau Hyunjin sampai sekarang belum sadar itu gara-gara gue. Gue masih ngerasa bukan anak appa.

"Nggak Ji, bokap nyokap lo cuma khawatir aja sama Hyunjin. Kalo lo kan udah baikan sekarang, jadi ada gue yang nemenin lo di sini."

"Gue nggak sebegitu berharganya ya, Li?" tanya Yeji lagi.

"Ck.. Siapa yang bilang lo nggak berharga? Lo berhargalah, buat kita semua. Udah, pokoknya lo jangan mikir yang macem-macem lagi. Sekarang kita pikirin, mau makan malem apa kita nanti?" tanya Lia sambil memamerkan senyum bulan sabitnya.

"Terserah lo deh, Li. Gue boleh tidur nggak? Gue ngantuk banget," tanya Yeji yang langsung dijawab anggukan dari Lia.

"Lo tidur aja, gue main komputer lo di sini ya. Kemarin udah gue minta Brian Oppa buat masang lagi kabel wifi lo."

Yeji hanya mengangguk lalu menarik selimutnya. Sepertinya, kepalanya memang butuh beristirahat dari suara-suara yang kini menggema lebih kencang dari biasanya.

🍀🍀🍀🍀

"Yeji," pangil suara lembut membangunkan Yeji dari tidurnya.

Antara sadar dan tak sadar, Yeji berusaha untuk membuka matanya dan menemukan sosok ibunya kini ada di hadapannya. Tersenyum sambil mengelus surai panjangnya.

Twins? || Hwang Hyunjin x Hwang Yeji ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang