(30) Istimewa

1.9K 372 213
                                    

Pasti pada nungguin ceritanya yaaa? 😁
Update nih ^Happy reading ❤️

***
.
.
.
.

"Kenapa kalian datang tanpa memberitahuku terlebih dahulu?!" Alex tampak marah.

Bryan menatap kakak tirinya dengan tatapan sinis. Dia tidak bisa menutupi perasaan cemburunya apalagi melihat posisi Alex dan Emily yang... sulit dijelaskan. Bryan ingin meninggalkan ruangan Alex. Dia ingin pergi, menghilang, lenyap entah ke mana. Tapi bukankah dia sudah kembali dengan Davina.

Thalia terlalu syok untuk bercerita. John menatap Emily seperti menatap wanita murahan padahal wanita di sampingnya lebih mengerikan daripada Emily dengan segala dukungannya terhadap John untuk menghancurkan hidup Emily.

"Marina bilang, Emily masuk ke ruangan Pak Alex tanpa ada Pak Alex di ruangan dan dia curiga Emily melakukan pencurian." Jelas Thalia.

Kedua daun bibir Emily terbuka lebar dan bersiap menelan kepada Marina.

Alex menatap tak percaya Marina. "Dia sekretaris saya dan dia tidak mungkin melakukan tindakan kriminal." Meskipun sangat kesal dengan tuduhan Marina terhadap istrinya tapi Alex berusaha setenang mungkin. Itulah sebabnya dia pantas menjadi pimpinan di perusahaan keluarga dibandingkan Bryan. Namun, dalam urusan bercinta dengan Emily sepertinya dia tidak bisa menahannya.

Meskipun ingin mengatakan kata-kata kotor untuk Emily yang menurut Marina, Emily berusaha menggoda Alex, tapi Marina hanya menelan kata-kata kotornya. Emily memang tidak mencuri apa pun dari Alex kecuali hatinya.

"Kalian keluar." Pinta Bryan pada Thalia, Chris, Marina dan John.

"Siapa kamu beraninya menyuruh kami pergi." Kata John tidak terima akan ucapan Bryan.

Bryan ingin sekali menonjok John tapi Alex mengatakan hal yang sama dengan Bryan. "Pergi semuanya kecuali Bryan. Dan soal tuduhan Emily yang berniat mencuri karena masuk ke ruanganku tanpa sepengetahuanku itu tidak benar. Emily wanita yang pekerja keras dan istimewa, jadi dia tidak mungkin melakukan hal konyol dengan mencuri."

Semua mata tertuju pada Alex. Emily tentu saja merasa terharu dengan ucapan Alex mengenai dirinya. Emily wanita yang pekerja keras dan istimewa.

Semua pergi, Thalia menatap Emily dengan tatapan menuntut penjelasan.

"Kamu juga pergi." Kata Alex padanya.

Emily mengangguk. Thalia menunggu Emily di luar pintu ruangan. Dia akan meminta Emily menjelaskan kebenaran yang terjadi antara dirinya dan Alex. Jangan-jangan kecurigaannya selama ini benar kalau Emily dan Alex memiliki hubungan.

Bryan menatap sengit Alex. Selama hidupnya, dia tidak pernah membenci Alex seperti saat ini. Kalaupun dia kesal itu hanya akan berlangsung beberapa hari saja dan mereka akan baikan lagi. Tapi, saat melihat Emily dengan posisi seperti itu, kebenciannya pada Alex menguat bahkan lebih besar daripada saat dia membenci Xavier.

Alex dengan santai memasang dasinya.

"Aku sangat marah padamu dan sangat membenci sikapmu pada Emily." Ujar Bryan.

"Intinya, kamu cemburu." Alex menatap adik tirinya. "Aku tahu, ini sulit diterima olehmu, Bryan. Tapi, aku dan Emily sudah menikah. Tidak ada pemaksaan saat aku menawari Emily untuk mengandung anakku nanti."

"Itu, yang aku benci darimu. Kenapa harus Emily? Kenapa harus dia? Kamu bisa meminta wanita mana pun asal jangan dia, Alex. Kamu tahu betapa aku menyukainya. Kamu tahu kan saat aku melihatnya di ruanganmu dan saat aku menceritakannya di apartemenmu, kamu tahu betapa aku..." Napas Bryan tersengal-sengal.

"Aku tidak suka kalau kita harus membahas masalah ini lagi. Lupakan Emily karena dia sekarang milikku."

"Kamu sangat kekanak-kanakan, Alex."

"Bukankah kamu yang kekanak-kanakan, Bryan. Kamu tahu kalau Emily memilihku dan memintamu untuk tidak ikut campur masalahnya tapi kamu masih saja bersikap konyol."

Mereka saling menatap dengan sengit.

Hening.

Hening lama.

"Aku akan bilang soal ini pada orang tua kita."

"Silakan. Aku sudah pernah bilang kan kalau kamu memberitahu mereka, mereka akan menyambut dengan bahagia dan menerima Emily sebagai menantu karena aku tidak menikahi Amanda."

Bryan merasa di posisi serba sulit. Dia ingin melindungi Emily tapi Emily tidak mau dilindunginya. Bukankah untuk saat ini Alexlah yang melindunginya. Melindunginya dari kekejaman John yang meninggalkan hutang padanya dengan rumah Emily sebagai jaminannya.

"Aku dengar Davina semalam menginap di apartemen Eva." Alex tersenyum tipis.

Bryan tidak berkata 'ya' atau 'tidak'. Dia memilih diam.

"Bagus. Aku senang kalau kamu mulai membuka kesempatan untuk wanita lain. Tapi, kenapa harus kembali ke mantan kekasihmu? Kamu tahu kalau Thalia menyukaimu kan. Apa kamu sama sekali tidak tertarik dengan Thalia? Bukankah kamu bilang kalau Davina pernah mengkhianatimu, Bryan." Alex menggeleng. Dia hanya menyesalkan sikap Bryan yang malah kembali pada Davina.

"Jangan ikut campur urusanku." kata Bryan.

"Nah," Alex menunjuk Bryan. "Kamu juga jangan ikut campur urusanku karena Emily sekarang adalah istriku dan aku berhak untuk melakukan kontak fisik apa pun dengannya. Yang perlu kamu lakukan hanyalah, menerima fakta kalau Emily tidak memiliki perasaan apa pun padamu. Tidak sulit bagimu. Kamu bisa memilih lebih dari lima wanita sekaligus, Bryan. Tidak ada yang bisa menolakmu kecuali istriku. Emily."

Bryan menatap kakaknya namun dia tetap memilih diam. Dia sudah kehabisan kata-kata. Alex benar, kalau dia tidak bisa mendapatkan Emily bukankah dia bisa mendapatkan banyak wanita. Mereka tidak akan menolaknya kan.

***

"Sungguh!" Emily mencoba mengarang dengan meyakinkan kalau apa yang dilihat Thalia hanyalah sebuah kebetulan saja. Meskipun Thalia sama sekali belum mempercayai penjelasan Emily dan rasanya dia tidak akan percaya pada Emily kalau Emily hanya bilang dia terjatuh dengan posisi seperti itu.

Thalia melihat dengan jelas kemeja Alex yang terbuka beberapa kancing di atasnya. Sekitar tiga kancing. Apalagi tangan pria itu yang sedang memegangi kaki Emily yang tepat terlentang di bawahnya.

"Katakan yang sebenarnya kalau kamu masih menganggapku sebagai sahabatmu." Desak Thalia.

Emily merasa bersalah kalau terus-terusan berbohong pada Thalia. Dia tidak punya siapa-siapa lagi selain sahabatnya, Thalia.

"Aku akan datang ke rumahmu nanti malam." Bisik Thalia.

Marina muncul bersama John. Emily merasa muak dengan pasangan kekasih itu.

"Jadi, ini caramu merayu Pak Alex?" Marina berkata dengan wajah dan nada sinis. Di kedalaman hatinya, wanita itu sebenarnya iri pada Emily. Entah benar atau tidak apa yang dilihatnya tadi baginya Emilylah yang salah karena Emily menggoda Alex. Dia hanya berkata sesuai dengan apa yang dipikirkannya.

"Terserah. Aku tidak sudah malas berurusan denganmu, Marina." Dia melirik John. "Dan kamu, John. Pergilah dan urusi hubungan percintaan kalian. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku."

"Setelah lepas dariku begitu ya tingkahmu, Emily. Kamu merayu Alex dan bodohnya dia malah meladenimu."

"Apa sih yang kalian bicarakan? Aku tidak merayu Alex sama sekali! Memangnya aku Marina yang suka merayu kekasih orang lain." Semburnya kesal.

"Kamu!" Marina menunjuk Emily dengan raut wajah murka padahal Emily mengatakan fakta.

"Berhentilah berkata kasar pada kekasihku, Emily." John membela Marina.

"Emily, aku rasa mereka berdua sudah sinting. Alangkah baiknya kalau kita meninggalkan mereka saja." Thalia menarik Emily menjauhi John dan Marina yang pikirannya semakin menjadi-jadi. Mereka seolah membenarkan pikirannya tentang Emily dan menyangkal kelakuan buruk mereka pada Emily.

***
Greget belum nih?
Apa pengen yang lebih greget lagi? 😂

My Boss My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang