"Aku tidak melakukan apa-apa dengan Alex. Amanda datang dan aku memilih pergi."
Bryan memikirkan jawaban Emily dan dia bersyukur karena Emily belum melakukan apa pun dengan Alex. Bryan berniat menemui Alex dan meminta kakaknya untuk menceraikan Emily. Dan uang Alex yang sudah Emily gunakan akan diganti olehnya. Sebelum menemui Alex, Bryan membuat kopi untuk Thalia.
"Bryan..." Thalia takjub melihat Bryan yang datang ke ruangannya dan mengantar kopinya.
"Pagi, Thalia. Silakan diminum kopinya." Bryan meletakkan cangkir kopi di atas meja Thalia.
"Terima kasih." Thalia menyesap kopi buatan Bryan. Kemudian dia menatap Bryan yang masih berdiri di depannya. "Soal semalam..."
"Ah, ya, terima kasih kamu sudah menemani aku minum dan mengantar aku pulang." Bryan tersenyum.
Thalia terdiam. Apa Bryan lupa kalau dia telah memberikan kehangatan di bibirnya semalam?
Bryan beranjak meninggalkan meja Thalia dan dia berpapasan dengan Davina. Mata mereka bertemu. Davina dengan bentuk wajah khas pemeran antagonis meraih tangan Bryan.
"Apa yang kamu lakukan?" Bryan berkata dengan tubuh mematung.
"Temui aku di jam istirahat nanti di lobby. Aku akan menunggumu."
Bryan mengibaskan tangannya. Dia meninggalkan Davina. Mata Thalia menangkap adegan itu dan wanita itu tersenyum. Dia berdeham saat Davina melewati mejanya.
"Ekhemm..."
Davina melirik tajam Thalia.
***
Alex melepas dasinya saat Bryan memasuki ruangannya. "Bagaimana pekerjaanmu sebagai pembuat kopi khusus untuk Emily dan Thalia. Beberapa office girl dan office boy protes pada supervisornya mengenai pekerjaanmu yang hanya melayani Emily. Dan soal Thalia, aku dengar kamu membuatkannya kopi karena diminta Emily."
Bryan duduk di sofa panjang, menyesap kopi milik Alex dan berbaring di sana. "Aku mau kamu menceraikan Emily. Aku akan mengganti semua uang yang kamu berikan pada Emily."
Alex berdiri. Dia membenamkan kedua tangannya di saku. "Aku bahkan belum mencoba tubuhnya sama sekali dan kamu menyuruhku untuk menceraikannya?"
"Alex!" Sontak Bryan berdiri. Dia menatap Alex dengan tatapan tajam setajam elang.
"Kenapa? Kamu bisa mencari wanita lain selain kakak iparmu kan."
Bryan ingin sekali memukul Alex. Dia teringat kalau mau bagaimana pun Alex adalah kakaknya meskipun dia hanya kakak tiri. Bukankah sebelum ada Emily hubungan mereka baik-baik saja meskipun Bryan memang tak pernah menghormati Alex sebagai kakaknya. Pria itu malah memperlakukan Alex seperti teman sebayanya.
"Aku akan bilang pada Dad dan Mom soal ini." Ancam Bryan sambil mendekati kakaknya.
"Aku tidak peduli."
Dahi Bryan mengernyit tebal. "Apa?"
"Bilang saja. Aku tidak peduli. Bukankah dengan menikahi Emily semua akan baik-baik saja. Mom akan setuju dibandingkan kalau aku akan menikah dengan Amanda." Sebelah alis Alex melengkung. Bibirnya tersenyum. Tatapannya kali ini bukan seperti tatapan Alex pada Bryan yang seperti biasanya. Tapi, seperti tatapan orang lain.
"Alex, kenapa kamu melakukan ini pada Emily?!" Bryan tak bisa menahan emosinya.
"Kenapa kamu harus marah. Kamu bukan kekasih Emily kan?"
"Ceraikan Emily!" Tuntutnya.
"Bryan!" Emily datang dengan wajah panik. "Apa yang kamu lakukan sih?" Emily menutup pintu ruangan Alex.
"Aku sedang membelamu."
"Hah?" Emily menatap Bryan kemudian dia menatap Alex. "Aku tidak perlu pembelaanmu."
"Kamu tidak perlu mengandung anak Alex lagi. Dia akan menceraikanmu." Kata Bryan masih menatap tajam Alex.
"Tanyakan saja pada Emily apa dia mau bercerai denganku?" Alex melirik Emily.
"Aku akan mengganti uangmu, Alex." Kata Bryan. "Kamu bisa mencari wanita lain yang mau mengandung anakmu. Banyak wanita di luar sana yang bisa melakukannya."
Alex mendekati Emily. "Apa kamu mau bercerai?" Alex bertanya dengan terus menatap Emily.
Emily menatap Alex agak lama. Kemudian tatapan matanya beralih ke arah Bryan. Emily tahu Bryan melakukan ini bukan karena Bryan ingin menolong Emily tapi, karena Bryan menyukai Emily dan pria itu juga sudah pasti berharap agar Emily menjadi miliknya sekarang atau nanti. Entah hanya dijadikan kekasih atau istrinya.
Bryan melakukan hal ini karena ada perasaan di sana. Di hatinya. Alex menikahinya karena dia ingin agar Emily mengandung anaknya yang kelak diakui sebagai anak Amanda. Mungkin lebih baik Emily memilih Bryan. Tapi, soal perasaan itu sampai kapan Bryan akan tetap menyukainya. Bisa saja karena satu kesalahan Emily, Bryan akan melepaskannya dan yang Emily takutkan adalah kalau sampai Bryan meminta agar semua pemberiannya dikembalikan. Dan lagi, Emily tidak memiliki perasaan apa pun pada Bryan. Dia hanya melihat Bryan sebagai pria tampan tapi tak ada ketertarikan di sana.
Emily kembali menatap Alex. Mata mereka bersitemu.
"Apa kamu mau bercerai, Emily?" Alex mengulangi pertanyaannya.
"Tidak." Jawab Emily tanpa mengalihkan tatapannya dari mata biru Alex.
Tangan Bryan terkepal. Pelipisnya berdenyut. Mendengar jawaban Emily membuat otaknya mendidih.
"Kamu dengar sendiri kan." Alex menggenggam tangan Emily di hadapan Bryan.
Bryan membuang wajahnya.
"Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu, Bryan. Tapi, ini sudah menjadi keputusanku. Aku harus melakukannya sampai..." Jeda sejenak. "Sampai akhir. Sampai aku bisa memberikan anak untuk Alex. Ini konsekuensi atas keputusan yang aku ambil."
Emily mendekati Bryan. Dia menepuk pelan bahu Bryan. "Jangan buang energimu untuk mengurusi urusan yang bukan urusanmu, Bryan."
Alex tersenyum tipis.
***
Kasihan nggak sih Mas Bryan?
Semoga Mas Bryan nggak dendam ya 🦉Mau kasih bonus foto Pak Alex yang baru nih? Mau nggak?
Fotonya Pak Alex nih aku beli di Shutterstock jadi berbayar gitu, demi membahagiakan visual reader My Boss My Husband 🤗❤️
Nanti ada foto Emily juga 😍
Tapi kalo semisal nggak cocok sama visual yang kalian bayangkan yaudah, Emilynya yang dibayangkan yang sesuai dengan visual kalian aja ya 😁Ketjup jauh dari aku 😘
Semoga hari-hari kalian selalu indah dan bahagia ❤️
Aku next lagi nih 100 komentar bisa nggak nih sampe nanti malam jam 9?
Aku tunggu ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Husband
Romansa"Aku bukan tipe orang yang suka berbasa-basi. Aku ingin menawarkan kontrak kerja sama sebagai pasangan suami-istri." Pupilku melebar. Apa tadi katanya? Apa aku tidak salah dengar? Aku merapatkan kedua tanganku karena mendadak aku merasa sangat din...