Keesokan paginya, Bryan terbangun dari sofa. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi dengannya semalam.
"Thalia..."
"Ya..."
Thalia tidak pernah merasakan jantungnya berdegup sekencang ini selama beberapa tahun ke belakang. Ini kali pertama dia tidak bisa mengendalikan jantung dan napasnya. Napasnya mendadak cepat.
"Kamu..." Tatapan Bryan turun ke arah bibir Thalia.
Bryan meraih bibir Thalia. Otak pria itu dikuasai oleh kekesalannya terhadap Emily yang sekarang sudah menjadi istri dari kakak tirinya. Bukankah Thalia memang menyukainya. Bryan tahu bagaimana sikap seorang wanita yang menyukainya. Tatapan dan cara Thalia berbicara bukan hanya mulutnya. Wanita itu berkata melalui hatinya.
Mata Thalia terbelalak saat merasakan kehangatan bibir Bryan.
Bryan memejamkan mata saat bibirnya memagut bibir Thalia.
"Ah, shit!" Umpatnya. "Apa aku sudah gila? Aku mencium bibir Thalia." Bryan menyentuh bibirnya.
***
Emily masih memikirkan kejadian kemarin malam. Mengenakan lingeria dan dilihat oleh dua pria membuatnya geli. Dia memeluk dirinya sendiri. Yang paling dibencinya adalah fakta kalau Bryan dan Alex memiliki ikatan saudara. Bagaimana bisa pria itu membohonginya dengan bekerja sebagai office boy?
"Semalam belum terjadi apa-apa. Aku masih bisa menghindari Alex, tapi bagaimana kalau malam-malam berikutnya dia memintaku datang ke apartemennya lagi? Apa aku masih bisa menghindarinya. Dan bagaimana rasanya saat kami berdua berada di atas ranjang yang sama?"
"Emily!" Pintu ruangannya terbuka. Thalia menatap tajam sahabatnya. Wajah kalem dan elegannya lenyap.
"Jelaskan siapa pacar kamu yang sekarang?"
"Apa?"
"Iya, pacar kamu yang sekarang. Bryan bilang kamu sudah memilih pria lain, siapa dia? Katakan!"
Emily mengerjap-ngerjapkan matanya. "Bryan bilang apa?"
"Aku agak lupa." salah satu kelemahan Thalia adalah ingatannya cukup payah meskipun Emily terkadang lebih payah dibandingkan dengan Thalia. Namun, soal ciuman hangat semalam, tentu Thalia tidak lupa.
"Intinya, kalau tidak salah, kamu sudah memiliki kekasih lain. Siapa?" Thalia menatap Emily tajam. Dia mendekati sahabatnya itu. Lebih dekat lagi hingga wajah mereka saling beradu.
"Kamu tidak menceritakan pacar barumu itu kepadaku, Emily. Kamu anggap aku ini apa? Aku sahabatmu kan?"
"Ten-tu." Emily tergagap. Thalia biasanya bersikap tenang tapi hari ini dia berbeda. Emily memutar otak mencari alasan yang tepat untuk jawaban dari pertanyaan Thalia. Dia mungkin beruntung karena Bryan tidak mengatakan soal pernikahannya dengan Alex.
"Begini, aku sedang menunggu waktu yang tepat untuk cerita, Thalia. Percayalah, kamu bahkan seperti adikku sendiri."
Thalia mengembuskan napas. "Oke, aku akan tunggu." Ekspresinya berubah datar. "Apa dia lebih dari John? Aku tidak mau kamu berpacaran dengan pria yang tidak lebih baik dari John. Segala-galanya harus di atas John." Thalia berkata seperti seseorang yang menuntut.
"Oh, itu sudah pasti." Emily tersenyum cemerlang seakan lupa kalau Alex dan dia bukanlah pasangan sungguhan.
"Sekarang, keluarlah dari ruanganku. Aku sedang sibuk sekali. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan." Emily berkata sembari mendorong Thalia mendekati pintu. Dia membukakan pintu untuk Thalia. "Silakan." ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Husband
Romansa"Aku bukan tipe orang yang suka berbasa-basi. Aku ingin menawarkan kontrak kerja sama sebagai pasangan suami-istri." Pupilku melebar. Apa tadi katanya? Apa aku tidak salah dengar? Aku merapatkan kedua tanganku karena mendadak aku merasa sangat din...