Aku menatap setiap pintu, jendela, gorden, kamar dan semua sudut rumahku. Bank memberikanku waktu seminggu untuk keluar dari rumah ini. Kalau dalam waktu seminggu aku tidak bisa membayar hutang mereka akan mengambil rumahku dan menjualnya. Aku sama sekali tidak punya tabungan. Kalaupun ada aku menyimpannya dalam bentuk deposito dan jumlah uang yang ada di deposito tidak cukup untuk membayar hutang si John sialan itu. Lagian mengambil deposito sebelum waktunya akan mendapatkan penalti.
Rumah ini berisi kenangan indah ibu dan ayahku. Di sinilah aku tumbuh besar dengan kasih sayang mereka sebelum Tuhan mengambil mereka. Aku meraih bingkai poto masa kecilku yang tersenyum ceria bersama dengan kedua orang tuaku.
Aku menggenggam bingkai foto itu erat. Aku tidak akan membiarkan rumah ini disita dan dijual oleh bank. Aku akan merasa sangat bersalah kalau hal ini sampai terjadi. Orang tuaku akan merasa sedih di sana. Tapi jumlah uang yang ada di deposito hanya dua puluh persen dari hutang John. Aku menggigit kukuku.
Ponselku berdering.
Sebuah pesan dari Alex.
Aku membuka pesan dari Alex.
Temui aku di apartemenku sekarang.
Pria dingin yang sombong itu mengirimiku pesan di luar jam kerja. Oke, dia memang selalu menggangguku. Tapi pesan berisi ajakan pertemuan di jam sepuluh malam di apartemennya rasanya sangat aneh dan mencurigakan. Bukankah semua pekerjaanku sudah beres?
***
Apartemen Alex berada di lantai paling atas. Lantai seratus dua puluh sembilan. Orang-orang mengenal nama apartemen ini dengan nama Luxury Place. Apartemen mewah yang hanya diisi orang-orang kaya raya. Aku merasa terintimidasi dengan tempat ini. Melihatnya saja sudah membuatku inferior.
Memasuki apartemen Alex membuatku takjub sekaligus bergidik ngeri. Interior mewah nan elegan membuat mataku kesulitan untuk berkedip. Rasanya aku ingin memelototi setiap sudut apartemen. Betapa bahagianya aku kalau sampai tinggal di sini dan menikmati kemewahan ini.
Alex hanya mengenakan kaus putih yang dipadukan kardigan warna abu-abu. Dia menatapku dengan tatapannya yang seakan ingin memperlihatkan betapa berkuasanya dia.
"Duduk." katanya.
Aku menuruti perintahnya. Duduk di sofa berwarna krem ini seperti duduk di sofa paling empuk yang pernah aku duduki seumur hidup.
"Ada apa ya, Pak Alex? Bukankah semua kerjaan saya sudah selesai. Apa ada yang salah lagi?"
"Tidak." Dia menatapku. Mata birunya seakan mengintimidasiku terus menerus dengan tatapannya yang menyebalkan seperti itu.
"Lalu?"
"Aku memiliki tawaran untukmu, Emily." nada bicaranya membuatku ngeri.
Tawaran? Tawaran apa?
"Apa maksud, Pak Alex?"
"Aku dengar John menjadikan rumahmu sebagai jaminan hutangnya. Dia tidak bisa membayarnya bukan? Dan rumahmu akan disita bank."
Kedua daun bibirku terbuka. "Pak Alex, tahu dari mana?"
"Tidak penting aku tahu dari mana."
Alex mungkin memiliki tim detektif atau dia John bertanya padanya. Ini membuatku sangat malu. Aku malu pada Alex. Aku... tidak ingin ada yang tahu betapa bodohnya diriku. Tapi sekarang atasanku saja bahkan tahu kalau aku bodoh.
"Aku bukan tipe orang yang suka berbasa-basi. Aku ingin menawarkan kontrak kerja sama sebagai pasangan suami-istri."
Pupilku melebar. Apa tadi katanya? Apa aku tidak salah dengar?
Aku merapatkan kedua tanganku karena mendadak aku merasa sangat dingin.
Keheningan menyelimuti atmosfer antara kami. Aku menatap Alex tidak percaya dan dia menatapku dengan tatapan khasnya yang meremehkanku.
"Aku tidak mengerti maksud, Pak Alex."
"Aku ingin kamu menikah denganku tanpa diketahui siapa pun. Pernikahan ini wajib dirahasiakan. Aku akan memberimu kompensasi setiap bulan sebesar tujuh puluh lima ribu dolar."
Kedua daun bibirku terbuka lebar. Tujuh puluh lima ribu dolar? Astaga? Aku bisa kaya mendadak dengan menjadi istrinya.
"Aku yang memiliki hak untuk memulai dan mengakhiri pernikahan kita."
Aku mulai cemas. Tanganku bergetar. Mendengar uang tujuh puluh lima ribu dolar saja membuat detak jantungku berdebar tak keruan.
"Aku hanya ingin meminjam rahimmu untuk mengandung anakku nanti."
Jantungku terasa jatuh begitu saja. "Ap-apa?"
"Bayangkan keuntungan yang kamu miliki sebagai istriku nanti. Kamu hanya perlu bekerja seperti biasa sampai kamu hamil. Setelah itu kamu bisa resign dan menikmati harta yang aku berikan. Kamu akan menjadi wanita yang sangat kaya dengan tunjangan uang tujuh puluh lima ribu dolar, Emily."
Mataku menyipit menatap mata birunya yang sombong itu. Aku meraih tasku dan berdiri. Mataku mulai memerah. "Anda pikir saya wanita seperti apa sampai Anda menawarkan hal paling kurang ajar yang pernah saya dengar. Apa Anda kira kehidupan saya bisa dibeli dengan uang Anda? Saya tidak tertarik. Lebih baik Anda cari wanita lain saja yang mau mengandung anak Anda."
***
Kira-kira Emily bakal ambil tawaran dari Alex nggak ya?
Next???
Boleh banget kok malem ini juga mau update lagi kalo komentarnya nyampe 100-an aja 😁 sampe jam 10 malem ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Husband
Storie d'amore"Aku bukan tipe orang yang suka berbasa-basi. Aku ingin menawarkan kontrak kerja sama sebagai pasangan suami-istri." Pupilku melebar. Apa tadi katanya? Apa aku tidak salah dengar? Aku merapatkan kedua tanganku karena mendadak aku merasa sangat din...