Thalia mencari dompetnya yang jatuh di bawah sofa. Dia terlalu terburu-buru pergi hingga tidak mengecek dompetnya. Dia panik saat melihat Alex datang ke rumah Emily. Dia sangat takut kalau Emily dihukum Alex. Dia berpapasan dengan Bryan dan Davina juga Chris yang mencari Alex.
Bryan sengaja datang ke rumah Emily dengan Davina untuk menunjukkan kalau dia tidak lemah. Dia sudah menjalin hubungan dengan wanita lain. Menjadikan Davina sebagai pelampiasannya setelah patah hatinya karena Emily. Perasaan Thalia tentu saja menyiut. Dia bahkan ingin segera lenyap dari sana tapi Chris mencegahnya.
"Aku perlu bertemu dengan Alex." kata Chris.
Dan lagi, bukankah dompetnya ketinggalan di rumah Emily.
Saat di depan pintu rumah Emily mereka mendengar suara desahan yang cukup keras. Suara itu membuat mereka saling pandang satu sama lain. Bryan tidak sabar untuk menunggu, dia membuka pintu Emily dengan keras dan mata mereka melebar melihat adegan panas itu.
Gerakan tubuh Emily di atas pangkuan Alex dan kepala wanita itu yang mendongak ke atas seakan menikmati apa yang dilakukan Alex pada tubuhnya.
"Apa yang tadi siang belum cukup, Lex?" Chris bertanya dengan terkekeh.
Wajah Emily memerah. Semerah buah stroberi. Kenapa dia tidak mengunci pintu terlebih dahulu?
Bryan—tentu saja dia kembali dibakar api cemburu. Bukannya memamerkan Davina sebagai kekasihnya tapi malah dia sendiri yang merasa kepanasan. Davina melirik Bryan. Melihat kecemburuan di sana. Dia menggenggam sebelah tangan Bryan, menunjukkan kalau dirinya ada di sana.
Thalia menyipit melihat Davina menggenggam tangan Bryan.
"Aku tidak tahu apa alasan Bryan membawaku ke sini." Davina berkata sembari menatap Emily.
Bryan menoleh pada Davina. "Aku hanya ingin memberitahu Emily dan Alex kalau sekarang Davina adalah kekasihku." Bryan mencoba bersikap romantis dengan mencium tangan Davina yang menggenggam tangannya.
"Urusannya denganku apa?" Emily membuang wajah melihat sikap Bryan yang menurutnya kekanak-kanakan.
"Apa sekarang sedang musim pamer kekasih?" Chris berceloteh.
"Sebaiknya kalian semua pulang dari sini. Kalian hanya mengganggu aku dan Emily saja." Alex dan Bryan saling bertatapan.
Thalia menemukan dompetnya dan memasukkannya ke dalam saku mantelnya. Dia menguncir rambut sebahunya. "Sebaiknya, aku pulang saja. Aku tidak mau mengganggu pasangan yang sedang kasmaran." Dia menatap Emily dan tersenyum.
"Kenapa senyummu begitu?"
"Kenapa? Sepertinya hubungan kalian sudah terekspose. Aku senang mendengarnya."
"Aku tidak mengizinkanmu pulang hai—wanita berambut sebahu." Ujar Chris. Dia tersenyum pada Thalia.
"Kenapa?"
"Karena aku akan mengantarkanmu pulang."
"Wah, kamu baik sekali! Tapi, aku bisa pulang sendiri."
"Thalia, jangan menolak orang yang punya niat baik padamu." Emily mengangguk pada Thalia.
"Bryan dan Davina, aku tidak ingin kalian berlama-lama di rumahku, mengerti." Emily melipat kedua tangannya di atas perut.
Davina mengernyit mendengar perkataan Emily. "Aku tidak mau tahu urusanmu, Bryan. Tidak usah memamerkan kekasih barumu padaku. Aku tidak peduli, sungguh."
Alex tersenyum mendengar perkataan Emily.
Chris terkekeh dan Thalia tersenyum lebar.
"Mulai dari sekarang jangan pernah datang ke rumahku lagi." Kata Emily tegas pada Bryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Husband
Romance"Aku bukan tipe orang yang suka berbasa-basi. Aku ingin menawarkan kontrak kerja sama sebagai pasangan suami-istri." Pupilku melebar. Apa tadi katanya? Apa aku tidak salah dengar? Aku merapatkan kedua tanganku karena mendadak aku merasa sangat din...