(48) Pengakuan Pernikahan

953 243 18
                                    


Alex meminta Emily untuk tinggal di apartemen mewahnya. Setelah pulang dari rumah orang tuanya, Alex dan Emily bergegas ke rumah Emily. Mengambil koper dan beberapa barang lainnya untuk dibawa ke apartemennya.

"Kamu suka kamar ini, Sayang?" Alex mendekati Emily. Mengecup pundak istrinya lembut setelah Emily memasuki kamar mereka di apartemen mewah Alex.

"Ini..." Emily menghela napas sejenak. "Terlalu mewah." Tatapan polosnya membuat Alex tertawa renyah.

"Ya, kamu tidak pernah tidur di kamar yang mewah ini bukan? Sekarang semua yang ada di apartemen kita adalah milikmu, Sayang."

Emily menatap Alex. Dia tersenyum nakal dan mengecup bibir Alex dengan liar. Napas mereka memburu, Emily seperti bukan Emily. Dia membuat Alex lemah tak berdaya.

***

Keesokan paginya saat Emily menunggu Alex di depan pintu apartemennya. Seorang wanita muda berparas cantik seperti super model dengan kaki jenjangnya berhenti tepat di depan Emily. Dia masih berusia dua puluh tahun.

"Nanti malam Nyonya Anderson mengadakan pesta dan mengundang Alex. Ini kartu undangannya." Dia menyerahkan kartu undangan pada Emily. Wanita muda itu melirik ke arah pintu apartemen.

"Kamu bermalam di sini?" Tanyanya menatap sinis Emily seperti menatap wanita yang bisa dipakai untuk mendapatkan uang.

"Ya."

"Bukankah kekasih Alex adalah Amanda? Apa kamu saudara Alex?" Dia bertanya tanpa basa-basi.

"Aku..." Emily bingung menjelaskan status dirinya pada wanita muda yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan mengintimidasi itu. Menatap lebih rendah Emily.

Pintu apartemen terbuka. Alex terlihat lebih tampan dari sebelumnya. Dia tersenyum pada wanita muda itu. "Hai, Alena."

Ini adalah pertama kalinya Alex menyapa, tersenyum dan menyebut namanya sehingga dia begitu terpesona pada Alex. "Hai." Dia melambaikan tangan pada Alex.

Tatapan sinisnya pada Emily lenyap digantikan tatapan terpesona pada Alex. Hal ini membuat Emily sedikit cemburu. Tapi, dia mencoba bersikap santai. Rasanya terlalu aneh kalau dia cemburu hanya karena wanita muda yang disebut—Alena itu tersenyum pada Alex.

"Perkenalkan, Emily, Istriku."

Entah bagaimana tatapan Alena berubah menjadi kecewa. "Oh." Hanya kata itu yang keluar dari kedua daun bibir tipisnya. "Nyonya Anderson mengundangmu ke pestanya malam ini. Ini undangan khusus VVIP." Alena memberikan undangan itu pada Alex.

"Oke, terima kasih, Alena."

Wanita itu pergi begitu saja.

"Siapa dia?" tanya Emily.

"Salah satu pemilik apartemen di sini. Tetangga Nyonya Anderson. Suaminya pengusaha batu bara di Asia."

"Kalau wanita itu?"

"Ah, dia penuh misteri. Mungkin dari keluarga kaya raya yang mencoba melarikan diri dan tinggal di sini. Aku tidak terlalu mengenalnya, Sayang. Ayo, kita pergi ke kantor dan memberitahu orang-orang di sana kalau kamu adalah istriku."

"Kamu mau mengumumkannya sekarang?"

"Kapan lagi? Tahun depan?"

Emily mendadak deg-degan dengan pengumuman yang akan diucapkan suaminya mengenai dirinya. Ini cukup gila! Bagaimana orang-orang nanti akan bersikap padanya? Dari sekretaris menjadi seorang istri.

***

Mata Alex menyapu seluruh karyawannya yang duduk melingkar. Ada John dan Marina yang duduk berdampingan. Emily duduk di samping Thalia. Dia menundukkan wajah. Thalia berbisik pada Emily kemudian Emily mengangkat wajah dan menatap suaminya yang berdiri seraya bersiap-siap memasang telinganya untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan suaminya itu.

"Oke, semuanya sudah ada di sini."

"Ada pengumuman penting apa, Pak?" Tanya pria berkacamata yang tampak ketakutan akan pengumuman penting dari Alex. "Apa ini soal PHK karyawan?"

Para karyawan saling berbisik, mereka meyakini pertanyaan pria berkacamata itu.

"Pak Alex akan mengadakan PHK besar-besaran, Pak? Kenapa, Pak? Bukankah beberapa tahun terakhir laba perusahaan kita terus meningkat." Kali ini wanita berdagu panjang yang bertanya. Dagu panjangnya adalah hasil operasi yang gagal serta campuran filler yang membuat dagunya makin panjang dan aneh.

"Saya tegaskan ini bukan soal PHK." Kata Alex tegas dengan sorot mata tajam. Dia kesal dengan pesimis karyawannya yang belum apa-apa sudah berpikir soal PHK.

Terdengar helaan napas lega para karyawan setelah Alex memberitahu pengumuman penting yang dimaksudnya bukanlah soal PHK. Termasuk John dan Marina.

"Saya tidak suka berbasa-basi tapi kalian perlu tahu kalau saya sangat mencintai seorang wanita saat ini yang sedang bersama kalian."

Semua mata tertuju pada Emily. Ya, gosip soal dirinya yang berada di ruang Alex dengan posisi sensual menyebar cepat.

"Aku rasa sudah banyak yang tahu soal ini." Bisik Thalia.

Bisikan Thalia makin membuat wajah Emily memerah.

John menatap Emily sembari berpikir, menerka-nerka dan menolak terkaannya lalu kembali menerka-nerka dan menolak terkaannya lagi. Kalau memang Emily yang dimaksud Alex, mungkinkah pengumuman ini adalah pemecatan dirinya dan Marina karena telah menghancurkan kehidupan Emily dan Emily balas dendam padanya dengan meminta Alex memecatnya. Wajah John memucat seketika.

"Saya ingin memperkenalkan istri saya..."

"Istri..." suara riuh para karyawan Alex yang terkejut dengan pernyataan Alex meskipun Alex belum menyebut nama istrinya.

"Pak Alex sudah memiliki istri dan istrinya sedang bersama kita? John, apa aku tidak salah dengar?"

"Tidak, Sayang."

"John..." Tiba-tiba Marina merasa khawatir. "Bagaimana kalau..."

Mengetahui ketakutan Marina yang sama dengan ketakutannya, John mencoba menenangkan kekasihnya itu. "Tidak, tidak mungkin dia."

"Saya tahu ini akan membuat kalian terkejut. Tapi, saya harap setelah saya mengumumkan identitas istri saya, kalian tidak lagi macam-macam dengannya." Mata Alex tertuju pada John.

"Istri yang paling saya cintai saat ini adalah... Emily."

***

My Boss My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang