BAB. 2 RUMAH SAKIT

6K 485 53
                                    

"Mungkin akan terasa berat melewati semua ini tanpamu namun aku harus bisa, Karena itu aku siap untuk melepasmu."

"Marsella_"

******†††******
.
.
.
.


Kasella perlahan membuka matanya yang terasa berat untuk dibuka. mengedip beberapa kali guna mensejajarkan pencahayaan yang masuk mengenai matanya.

Setelah pandangan matanya mulai bisa menangkap objek yang ada disekitarnya, kasella justru merasakan sakit yang mendadak menyerang kepalanya, pusing dan sakit bercampur jadi satu, terlebih tenggorokannya yang terasa serak dan kering mendakan perlu adanya cairan yang masuk.

Kasella bergidik ngeri begitu menyadari jika sedari tadi dia tengah berada dirumah sakit. Tempat yang selama ini selalu dibenci dan dihindari kasella seumur hidupnya, terlebih bau obat-batan yang menyeruak Indra penciumannya membuatnya sedikit mual.

Matanya melihat kesana kemari seakan mencari seseorang namun fokusnya terhenti pada satu objek. Tangannya, kenapa bisa dipasang infus dan diperban begini? Sebenarnya apa yang terjadi.

Kasella perlahan mengingat-ingat kenapa dia bisa sampai seperti ini? Kenapa dia bisa berada dirumah sakit? Dan kenapa tubuhnya terasa sakit dan mati rasa?

Kecelakaan.

Ingatan tentang kecelakaan yang dialaminya karena jatuh dari tangga di kamarnya karena dipanggil emaknya untuk membantu membuat kue pesanan pelanggan.

Kasella meringis, jantungnya tiba-tiba berdetak sangat cepat mengingat kejadian naas yang dialaminya. Ia memegang kepalanya yang mungkin saja bocor dan berlubang seperti rumah tikus.

Kasella sedikit merasa bersyukur karena kecelakaan yang dialaminya tidak membuatnya kehilangan nyawanya, akan sangat menyakitkan jika sampai dia harus kehilangan nyawa dan meninggalkan keluarga dan kakaknya.

Omong-omong mengenai keluarganya. Mereka pasti sangat ketakutan mengetahui ia yang jatoh dari tangga. "semoga emak baik-baik aja." monolognya dalam hati. Tapi, Kenapa sejak tadi dia tidak merasakan adanya kehidupan selain dirinya diruangan ini. Kemana keluarganya? Kemana emak sama kakaknya?

"Non Marsella! Alhamdulillah Gusti... Non sudah bangun?"

Kasella tersentak kaget mendengar suara itu. Ia mengucek matanya beberapa kali, mencoba mengenali siapa gerangan orang aneh yang ada didepannya saat ini.

"Sebentar non Marsella, saya akan panggilkan dokter."

Wanita asing itu berlari dengan tergesa-gesan, dan kembali lagi dengan membawa seorang dokter yang sialnya sangatlah tampan.

Dokter dan suster itupun bergegas menghampirinya dan memeriksa keadaannya. Setelah itu, dokter itu bemberikan beberapa pertanyaan untuknya.

"Marsella, apakah ada yang sakit."

Hah...siapa tadi yang dipanggil dokter barusan, Marsella? Siapa dia? Kenapa dokter didepannya ini memanggilnya dengan nama Marsella sedangkan namanya adalah kasella. Kasella ingin bertanya namun tenggorokannya benar-benar terasa kering dan serak. "Aa-air...."hanya itu yang bisa iya ucapkan, karena ia benar-benar merasa sakit di tenggorokannya karena kehausan.

Dengan sigap seorang suster langsung memberikannya minuman dan menuntunnya untuk minum perlahan.

"Bagaimana, Marsella apa yang kamu rasakan lagi. Dan bagaimana keadaanmu sekarang! Apakah ada yang terasa sakit." Dokter itu bertanya lagi dengan pertanyaannya yang beruntun namun masih terdengar sangat lembut. OMG Meleyot dedek bang.

"Kk...kepala saya sa-sakitt...." Kasella menjawabnya dengan sedikit terbata karena tenggorokannya masih sedikit sakit.

Dokter itu bernafas lega." Itu wajar saja, kepala kamu mengalami benturan yang sangat keras akibat terjatuh dari tangga, dan saya harap ini untuk yang terakhir kalinya saya melihat kamu seperti ini Marsella." Ucap dokteri itu terlihat sedih.

"Kenapa kamu melakukan ini lagi! Bukankah kamu sudah berjanji kepada saya untuk tidak melakukan tindakan bodoh ini lagi. Lihatlah yang kamu lakukan itu sangat berbahasa sella.

Jangan pernah kamu menyakiti diri kamu lagi, untung saja bi Mimin menghubungi saya, jika tidak kamu mungkin tidak akan selamat karena pendarahan yang terjadi ditangan kamu sangatlah banyak." Ucap dokter itu lagi dengan seskit emosi yang tertahan.

Hah....apa maksud dokter ini. Kenapa dia bersikap seakan mengenaliku. Siapa sebenarnya dia? Kenapa dia memanggilku dengan sebutan Marsella dan bukannya kasella? Terlebih dokter itu tadi bilang apa tanganku? Bukannya aku jatoh dari tangga tapi kenapa malah tanganku yang berdarah. "Aneh ... dokter ini pasti gila." Ucapku dalam hati

"Dokter, maaf sebelumnya tapi dokter siapa yah. Dokter tadi bilang lengan saya berdarah? Bukannya yang terluka itu kepala saya yah dok! Kan saya jatoh dari tangga." Ucapku pelan.

Apa yang kamu bicarakan Marsella. Kamu memang jatoh dari tangga! Tapi sebelum itu kamu sempat melukai tanganmu lagi dan berakhir kamu jatoh dari tangga. apakah kamu sudah lupa. Lihatlah perban dilenganmu ini." Ucap dokter sambil memberlihatkan lenganku yang dibalut dengan perban.

"A-apa...melukai diriku sendiri?"

Dokter itu melihat perempuan didepannya ini dengan pandangan aneh dan bingung." Iya, kamu tidak ingat?. Dokter kembali bertanya."Marsella kamu ingat siapa kamu?." Kasella merasakan jika dokter didepannya ini tengah menatapnya sangat lekat begitu juga dengan suster disampingnya.

Marsella? Kasella membisu. Lagi-lagi nama itu yang mereka katakan. Ekspresi gadis itu berubah sedikit bingung dan kaget, Seingatnya ia tidak pernah mempunyai kenalan bernama Marsella. Boro-boro kenalan teman aja nggak punya. Tapi rasanya nama itu terdengar tidak asing ditelinganya, seakan dia pernah mendengar nama itu disuatu tempat.

Marsella, Marsella, marse.... Mulut kasella terbuka lebar dengan mata yang melotot begitu mengingat nama yang diingatnya dengan perasaan tidak percaya sambil melihat sekitar. Tidak mungkin kan?. Ingin sekali rasanya kasella melompat dari lantai 12 kamarnya, saking takutnya dengan fikiran-fikiran aneh yang mungkin terjadi.

"Marsella?." Ucap dokter itu kembali menyebut nama itu membuat perasaan kasella menjadi takut dan was-was. "Apa kamu baik-baik saja?."

Dengan perasaan yang rumit kasella berusaha menahan rasa takutnya sambil sesekali menenangkan fikirannya.

"Marsella," ucap dokter itu lagi yang berhasil membuat fokus kasella kembali pulih.

"Iya?" Tanpa sadar kasella menyahut." A-aku baik..." Ucapku sedikit gugup.

Ingin sekali rasanya kasella memukul mulutnya yang saat ini benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Ingin sekali mulutnya berteriak dan mengatakan jika dia tidak baik-baik saja dan bilang jika dia bukanlah Marsella tapi kasella.

"Baiklah, jika kamu sudah tidak apa! Sebaiknya kamu istirahat." Ucap dokter sambil menghela nafas.

Akhirnya kasella bisa bernafas sedikit lega, melihat dokter dan suster itu keluar dari ruangannya.

When Kasella Becomes Marsella The Bullying Girl (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang