****††††*****
.
.
.
.Tidak bisa dipercara, laki-laki yang nyatanya adalah kakak dari pemilik tubuh ini berani main kasar bahkan memukul tanpa alasan yang jelas, begitu ringan tangan laki-laki yang bernama Stevan didepanku saat ini.
Bunyi tamparan yang begitu nyaring seakan menggema diruangan yang menjadi saksi sekencang apa tamparan itu.
Tatapan mataku seakan membola tidak percaya bercampur dengan perasaan sesak didada." Bagaimana bisa seorang kakak menyakiti adiknya. Bahkan rasa sakit didada ini kian nyeri mengalahkan rasa panas yang ada di pipiku saat ini." Sesalku dalam hati.
"Apa ini perasaan yang sering kamu rasakan setiap hari Mersella. Bahkan aku yang bukan siapa-siapa kamu saja begitu sesak kala melihat sikap orang-orang di sekitarmu." monologku dalam hati sambil merasa iba dengan tubuh yang sekarang menjadi miliku.
Perlahan bulir kristal membasahi pipiku yang kering. Penghuni kantin mendadak dibuat kaget sekaligus bungkam akan tindakan Stevan kepada sella, terlebih selama ini sella yang mereka kenal hampir tidak pernah menangis bahkan jika dibentak maupun ditampar saudaranya. Untuk pertama kalinya mereka merasa kasihan melihat kondisi sella yang sekarang.
Perlahan Marsella mengusap pipinya yang nampak berlinangan bulir kristal kian membasahi wajahnya yang kemudian berucap dengan nada yang seakan terluka.
"Andai ada sebutan predikat untuk saudar terburuk! Kupikir kalianlah juaranya. Aku menyesal akan tiga tahun waktu ku terbuang percuma hanya karena menunggu kasih sayang kedua saudara bajingan bodoh seperti kalian".
Degg....
" Perasaan apa ini? Kenapa hatiku begitu sakit mendengarnya? Apa yang telah kulakukan?." Monolog stevan dengan sorot mata uang mengarah pada pipi sella adiknya seakan menyesali perbuatannya.
"Aku sangat membencimu Stevan dan juga kau Vano. Yang satu ringan tangan dan emosian yang satunya sangat dingin dan tidak punya rasa empati. Kupikir kalian memang pasangan saudara Eliandra yang sempurna bahkan aku sangat membenci nama Eliandra." Ucapku penuh penekanan sambil berlalu pergi meninggalkan kantin.
"Stevan kamu keterlaluan dan kamu Ranti jangan pernah sok ikut campur jadi orang". Ucap Caca dengan mata yang seakan ingin menangis, hati mana yang bisa terima ketika melihat sahabatnya disakiti terlebih jika itu saudaranya sendiri.
"Nggak seharusnya Lo bersikap kasar kayak gitu kepada sella hanya karena wanita ini." Balas Sherly sambil menunjuk penuh kebencian kepada Ranti.
"Laki kok main kasar dasar banci. Kok gue ragu yah sama status Lo yang bilang kalau Lo itu saudaranya? Yakin Lo kakaknya? Gue sih enggak". Ucap Stevy dengan ucapannya yang menohok.
"Guys cabut ngapain masih disini bareng sampah yang ada ntar ketularan bau sampah." Lanjut Sherly mengajak sahabatnya unuyk pergi.
*******
Suasana kantin yang mulanya tegang perlahan kembali normal, anak-anak satu persatu meninggalkan kantin.
"Stevan Lo kok jadi gini sih. Kok lo kasar banget sama Sella, Lo itu kakaknya nggak seharusnya Lo nyakitin dia kayak gitu."ucap Dika tidak percaya dengan sikap sahabatnya.
"Gue nggak suka sama cara Lo Stevan. Gue kecewa." Ucap Maxs dingin sambil berlalu meninggalkan kantin.
"Seberanya, gue akuin sella mungkin sedikit kelewatan tapi cara Lo ke sella juga salah sorry stev gue nggak bisa Bella elo." Balas riky menimpali.
"Dan gue juga kecewa sama Lo Dimas, bukannya Lo itu tunangan sella tapi yang gue lihat Lo malah bersikap nggak selayaknya tunangan." Balas Riky lagi karena mulai kesal dengan sikap sahabatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/300029063-288-k986467.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When Kasella Becomes Marsella The Bullying Girl (Tamat)
Novela JuvenilDon't Repost 🙏❌❌ Bagaimana jadinya, jika seorang Kasella yang terkenal akan sikapnya yang bobrok, disayang keluarganya dan bad girl namun tidak mempunyai seorang teman mendadak bertransmigrasi ketubuh seorang cewek kaya, manja, suka membully, pemar...