"Gue udah ketemu sama dia, dia baru turun dari mobil Younghoon. Mukanya udah gue hapalin, mau kapan kita mulai aksinya?"
Seseorang disebrang sana tersenyum, memotret keberadaan Jihyo dan setelahnya mengirimnya pada grup chat.
"Sebentar lagi, gue penasaran gimana reaksi Younghoon kalau kesayangannya kita masukin ke dalam kerusuhan ini."
Orang yang tengah memperhatikan Jihyo ini mengangkat alisnya begitu melihat Younghoon turun dari dalam mobil memberikan sesuatu berwarna hitam.
"Pakai hoodienya. Banyak angin, kayaknya mau hujan. Inget kata-kata gue, lo harus buru-buru pulang," kata Younghoon, bahkan berniat memasangkan hoodie itu sebelum akhirnya hoodie berwarna hitam itu berhasil dia rebut kembali.
"Gue bisa sendiri. Buruan pergi, kasihan Naya."
Younghoon mengangguk, mengawasi keadaan sekitar dan mencubit pipi Jihyo. "Sampai kapan lo ada dibagian daftar tunggu? Semakin hari gue makin gak bisa lepasin lo."
Mereka saling bertatapan, Jihyo terheran-heran karena ucapan Younghoon.
"Apa maksud lo?" tanya Jihyo seraya memegang tangan Younghoon yang masih ada di pipinya.
"Wishlist."
Tatapan Younghoon kali ini teduh, tak seperti biasanya. Namun Jihyo tetap mencari kebenaran di sorot mata itu. Apa maksud laki-laki ini? Kenapa dia menjadi wishlist-nya?
Laki-laki jangkung itu menarik tangannya dari pipi Jihyo, berbalik dan berjalan untuk masuk ke dalam mobil kembali.
Rasanya darah Jihyo seperti tersengat listrik, Younghoon ternyata lumayan juga, jika melupakan semua sifat buruknya.
Plak.. plak.. plak..
Jihyo menampar dirinya sendiri berkali-kali, menahan senyumnya.
"Udah gila gue, mungkin karena kecapekan kali, ya?" Jihyo menduga-duga, dia mulai memakai hoodie kebesaran milik Younghoon itu.
Tapi Jihyo mengerutkan alisnya karena Younghoon yang belum juga menjalankan mobilnya, mungkin Naya sudah menangis karena kelamaan sekarang ini.
"Terserah lo, deh," gumam Jihyo kemudian berjalan lebih dulu. Younghoon memindahkan Naya ke jok disampingnya, menghapus air mata dipipi bocah perempuan itu.
"Tapi kenapa Mommy diturunin, Dad?" tanya Naya dengan wajah cemberutnya.
"Mommy lagi ada urusan, Nay. Ya udah, kita pulang ya," ucap Younghoon lalu mencium pipi sebelah kanan Naya.
Tapi seperkian detik kemudian Younghoon menyadari ucapannya, Mommy? Kenapa Younghoon jadi ikut-ikutan memanggil Jihyo dengan sebutan Mommy?
Sekilas Younghoon menoleh, melihat punggung Jihyo yang terus menjauh. Tangan perempuan itu tak terlihat karena lengan hoodienya yang kepanjangan.
Rasa malu tiba-tiba menghantam dirinya. Kenapa mulutnya asal tadi, bagaimana cara menghadapi Jihyo selanjutnya?
Tak mau tenggelam di dalam rasa malunya, Younghoon segera menjalankan mobilnya. Semoga perempuan itu baik-baik saja sampai ke Rumah.
Beberapa menit setelahnya, Jihyo sampai di depan Rumahnya, melihat Taeyong yang bersandar di pagarnya sambil memainkan ponselnya.
"Loh, kok gak telepon gue? Gue pikir lo belum sampai, makanya gue jalannya santai." Jihyo berlari kecil menghampiri Taeyong.
Laki-laki itu justru menatapnya aneh. "Gue pikir lo ketiduran. Lo habis dari mana jam segini? Mana masih pakai baju sekolah."
Jihyo menoleh ke kanan dan kiri. "Baru pulang, habis main sama temen," jawabnya. "Maaf, gue gak bisa ngajak lo masuk, nanti takut ada kabar burung dari tetangga."
Taeyong tersenyum dan mengangguk. "Yah, baru pulang. Padahal niatnya malam ini gue mau ngajak lo jalan ke taman kota."
Ah, coba saja kalau tadi tak usah ada acara foto itu! Pasti Jihyo bisa menikmati malam dengan laki-laki yang memakai jaket levis ini.
"Ehm, bisa aja, sih." Jihyo jelas tak mau melewatkan kesempatan.
"Lo pasti capek banget nanti, wajah lo aja sekarang udah kayak baju yang gak disetrika," ejek Taeyong sambil tertawa kecil. "Ngomong-ngomong, itu hoodie punya lo? Lo emang suka pakaian-pakaian big-size, ya?"
Jihyo merunduk, menatapi hoodie polos yang dipakainya ini.
"Gak apa-apa, lucu kok dipakai sama lo. Tambah gemesin." Taeyong kembali bersuara, Jihyo menampilkan senyumnya.
Laki-laki ini benar-benar pandai memuji.
"Ya udah, ini heels punya lo. Gue langsung balik aja, ya."
Taeyong menyodorkan paper-bag berwarna coklat itu.
"Eh lupa, gue beli martabak tadi. Martabak keju, sih. Gue gak tau lo suka atau enggak, tapi kalau suka jangan lupa dihabisin. Jangan diet-dietan, gue lebih suka kalau pipi lo tambah gembul."
JAGA KAKI JIHYO SEKARANG!
Sebelum dia terbang ke angkasa, tolong tahan Jihyo.
Demi Tuhan, jantungnya hari ini bekerja sangat keras. Saat dengan Younghoon, maupun dengan Taeyong. Kalau diteruskan, dia akan jatuh cinta dengan kedua laki-laki itu.
Jantung, tolong tenang sedikit. Jihyo akan sangat malu kalau degupannya terdengar oleh Taeyong. Ini laki-laki yang dia cari selama ini!
"Dia ketemu sama Taeyong, gue rasa ada cinta segitiga disini."
"Bagus, kita bisa tambah manasin suasana."
•••
"Lo lihat handphone gue?" tanya Younghoon ke Mingyu, soalnya dia ingat terakhir kali menaruh ponselnya di Gudang tempat biasa mereka berkumpul.
Mingyu biasanya bagian membereskan ponsel disana jika ada yang ketinggalan.
"Gue udah lihat-lihat, gak ada handphone disana. Lo tau kan pasti kalau ada udah gue bawa. Emang hilang?" tanyanya.
Younghoon langsung berlari keluar kelas, ekspresinya pucat pasi. Jangan sampai ada yang menemukan ponselnya, dia belum menghapus foto itu dari ponselnya.
Tidak perduli dengan dirinya, Jihyo akan sangat tertekan kalau sampai foto itu disebarkan oleh musuhnya.
"WOY! NYARI INI, YA?"
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Girl : Love Story Begins [END]
FanfictionYounghoon terdiam, pelan-pelan mengelap tangannya yang lecet-lecet setelah ribut dengan anak sekolah lain ke celana bahannya sendiri. Matanya lagi-lagi mengerjap, mencoba memastikan keadaan perempuan kecil yang tengah terduduk bersandar di bawah poh...