Younghoon menoleh pada Mingyu. "Sekarang," titahnya.
Jihyo menghapus air matanya, matanya melirik Taeyong yang terkapar tak berdaya dilantai penuh debu ini. Mingyu merangkulnya, menuntunnya untuk jalan dengan benar.
"Kalau Younghoon udah janji, dia akan tepatin janjinya." Mingyu mengeluarkan suara setelah dia menjalankan mobilnya, Jihyo masih terlihat gusar.
"Lo mau minum dulu?" tanyanya lagi.
Jihyo masih tak merespon ucapannya, bahkan terkesan tak mendengarkannya dengan baik. Pikirannya melayang kepada dua laki-laki itu.
Bagaimana dengan Younghoon? Apa laki-laki itu akan benar-benar berlutut atau memulai keributan? Bukankah hasilnya sudah jelas jika memulai keributan? Jelas Younghoon akan kalah karena sendirian. Tapi kalau berlutut untuk orang semacam Younghoon, Jihyo yakin itu tak akan mungkin dia lakukan.
Bagaimana juga dengan Taeyong? Apa laki-laki itu baik-baik saja? Atau dia tambah dihajar dengan kondisi yang sepertinya bahkan sudah tak kuat duduk.
"Gue takut," gumam Jihyo.
Sementara para lelaki yang tengah Jihyo khawatirkan ini masih saling berdiam diri. Younghoon akhirnya memutuskan untuk membantu Taeyong berdiri dan berjalan tertatih-tatih menuju pintu keluar.
Tapi tepat setelah berada di depan pintu, pintu itu ditutup.
Younghoon mendudukkan Taeyong tepat di depan pintu itu.
"Tinggalin gue aja," bisik Taeyong begitu Younghoon menunduk.
Kalau bisa pun Younghoon akan meninggalkannya, tapi gadis bernama Jihyo itu sudah pasti tak akan mengampuninya.
"Brengsek! Dari awal gue udah bilang kalau lo sama dia bisa jadi bom waktu, tapi ucapan gue cuman dijadiin angin lalu. Sekarang gue yang harus berkorban," geram Younghoon sambil tertawa pelan.
Bugh!
Balok kayu menghantam punggung Younghoon, dia diserang lebih dulu.
"Kelamaan lo pengecut!"
Ringisan pelan keluar dari bibir Younghoon, lantas berdiri dengan sempurna dan berbalik badan.
"Ini batas suci, kalian banci banget kalau sampai mukulin dia juga." Younghoon membuat sebuah lingkaran sekitaran pintu menjadi berbentuk busur, maksudnya wilayah dimana Taeyong terduduk.
Sejenak dia meregangkan tangannya, lalu mulai dengan memukul orang yang pertama kali memukulnya dengan balok kayu.
Perkelahian itu memakan banyak waktu, Younghoon benar-benar babak belur disekujur tubuhnya. Setelah empat puluh menit bahkan jalannya sudah terseok dan lemas karena kehabisan tenaga.
Kondisinya hampir menyerupai Taeyong karena pukulan secara langsung ataupun hantaman benda tumpul.
Taeyong menunduk, merasa bersalah karena tidak bisa membantu apapun, kakinya sendiri pun sudah susah untuk digerakkan karena diinjak-injak oleh mereka tadi.
Sebuah pertanyaan di sore itu saat bersama Jihyo kembali terngiang dikupingnya karena melihat Younghoon yang seperti ini.
"Lo lebih suka cowok yang nyari masalah atau yang kutu buku?" tanya Taeyong menoleh pada Jihyo yang sibuk meminum es teh karena kepedasan makan bakso ini.
"Yang suka cari masalah kayaknya seru, dulu gue lebih suka yang tipe baca buku dipojok kelas, sih. Sekarang setelah mengalami lika-liku, seru juga kalau ama orang yang agak miring."
Taeyong tertawa. "Kalau gitu lebih mendekati mana sama tipe lo? Yang kayak Younghoon atau kayak gue?"
"Kayaknya sih, lo aja deh. Younghoon gak banget, dia terlalu brutal," jawab Jihyo dengan senyuman simpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Girl : Love Story Begins [END]
FanfictionYounghoon terdiam, pelan-pelan mengelap tangannya yang lecet-lecet setelah ribut dengan anak sekolah lain ke celana bahannya sendiri. Matanya lagi-lagi mengerjap, mencoba memastikan keadaan perempuan kecil yang tengah terduduk bersandar di bawah poh...