Bab 21

285 88 45
                                    

Younghoon menghilang ke luar rumah Jihyo begitu selesai dengan urusan mandinya. Jihyo tak perduli, malah bagus kalau sekalian pulang.

Tapi memang yang namanya realita itu tak seindah ekspetasi. Padahal Jihyo berharap Younghoon benar-benar pulang dan menghilang dari rumahnya. Namun setelah Jihyo keluar dari kamar mandi, Younghoon malah dengan santai duduk di ruang tamu sambil menyalakan televisi.

Seolah-olah sudah lama mengenal tata letak rumah ini.

"Kenapa gak pulang? Masih ada bau alkohol juga dibaju lo." Jihyo berjalan menuju kamarnya untuk merias wajah dan rambutnya yang sekarang masih basah.

"Kita berangkat bareng."

Demi langit dan bumi, Jihyo berhenti berjalan karena terlalu terkejut. Apa-apaan berangkat bersama?

"Gak, gue gak mau. Sana pulang," usir Jihyo, menatap Younghoon dari jauh yang kini malah semakin menjadi-jadi dengan menaikkan kakinya diatas meja.

"Kenapa? Lo takut jadi berita utama yang kayak sering lo bikin?" tanya Younghoon, lagi-lagi mengejeknya. Jihyo rasanya semakin naik darah.

"Ini rumah gue, jadi gue punya hak untuk ngusir lo. Pergi! Sekarang juga!" perintah Jihyo dengan suara keras dan menggema diruangan ini.

Younghoon?

Sama sekali tak bergerak dari posisinya dan malah santai-santai mengganti channel televisi milik Jihyo dengan tangan kanannya.

"Kalau lo gak mau telat dan manjat tembok belakang, mending sekarang lo siap-siap daripada berharap bisa ngusir gue dan berakhir sia-sia," ucap Younghoon.

"Terserah! Gue mau naik motor gue daripada berangkat sama lo!" teriak Jihyo dan langsung masuk ke kamarnya. Sementara Younghoon hanya terkekeh, perempuan itu lucu juga kalau lagi marah.

Mata Younghoon kembali melihat sebuah foto keluarga yang terpasang di tembok tepat diatas televisi. Dia jadi teringat kalau selama setahun ini belum ada foto dia dan Naya yang terpasang di tembok rumahnya.

Memang selalu begitu, sejak dulu tak ada yang terpasang disana. Bahkan keluarganya tak pernah sekalipun mengunjunginya sejak beberapa tahun yang lalu.

"Gue mau makan! Habis selesai sama ritual cewek lo, buatin gue telur ceplok!" teriaknya tanpa dosa.

Dari dalam kamar Jihyo mengumpati laki-laki bernama Younghoon itu. "Iya sialan, gue kasih lo racun sekalian," gumamnya sambil menyisir rambutnya dengan kasar.

Beraninya Younghoon memerintah Jihyo, bahkan secara logika mereka belum berkenalan sejak awal pertemuan, selain hanya debat, debat, dan debat.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Jihyo keluar dari kamarnya dengan tas yang sudah tersampir disatu bahunya.

"Habis gue kasih makan, lo pulang, ya. Lo gak bawa tas apalagi bawa buku-"

"Gak perlu, gue ke Sekolah cuman mau di Rooftop," potong Younghoon.

Jihyo jadi tak habis pikir, sudah berapa banyak surat panggilan yang diterima laki-laki itu dari BK. Apa sudah memenuhi satu ruangan?

"Tapi gue tetep gak mau berangkat sama lo. Gue gak mau ketemu lo lagi habis ini, gue mau lo sama gue jadi orang yang gak pernah ketemu sebelumnya. Lagian lo orang asing Younghoon!" kesal Jihyo, dengan berani menyebut nama laki-laki itu.

Memang dasar Younghoon gila! Laki-laki itu hanya tertawa pelan menanggapi Jihyo. Sambil menghampiri Jihyo, Younghoon terlihat menyalakan ponselnya.

"Karena gue lihat makin kesini lo makin gak ada takutnya, gue udah siapin senjata buat lo." Younghoon menyodorkan ponselnya kearah Jihyo, memperlihatkan sebuah foto di galeri ponselnya.

"Kira-kira apa yang orang lain pikir tentang lo yang tidur bareng sama gue?" Younghoon kembali bersuara sementara Jihyo mematung karena foto dan ucapan Youunghoon.

"Wellcome to hell, Jihyo."

Kesabaran Jihyo habis dengan laki-laki terlampau kurang ajar ini. Jihyo menarik kerah kemeja Younghoon menatapnya dengan tatapan tajam yang pertama kali dia perlihatkan dihadapan laki-laki ini.

"Lo gak ngapa-ngapain gue, 'kan?" tanya Jihyo, suaranya lemah tapi memaksa.

Younghoon mendorong Jihyo menjauh. "Sekali lagi lo gak sopan dan bongkar ini itu soal gue atau temen-temen gue, gue pastiin foto ini kesebar di web sekolah."

Jihyo meremas rok seragamnya kuat.

"BILANG KE GUE LO GAK NGAPA-NGAPAIN GUE!" teriak Jihyo dengan nafas tersengal.

"Gue gak yakin," jawab Younghoon asal.

Plak!

"Harusnya dari awal, gue tau kalau lo sebrengsek ini." Jihyo berjalan lesu meninggalkan dapur dengan Younghoon yang kini hanya menatap punggungnya datar.

"Keluar dari sini tanpa persetujuan gue, gue bakal sebar foto ini ke temen-temen gue, atau mungkin temen-temen lo, ya?" tanya Younghoon menerka-nerka, bahkan setelah Jihyo menamparnya, laki-laki itu belum jera.

Jihyo berhenti berjalan. "Gue benci banget sama lo, Kim Younghoon."

Flashback on.

Younghoon meneguk minuman beralkohol ditangannya, matanya kembali melirik Jihyo yang sudah tertidur pulas di atas kasur.

Tiba-tiba sebuah ide licik muncul diotaknya.

Memotret sebuah foto yang akan membuat Jihyo bertekuk lutut untuknya.

"Lo salah milih lawan," ucap Younghoon seraya berjalan menuju ranjang itu kemudian duduk dipinggir kasur. Menarik selimut itu dan ikut merebahkan dirinya disamping Jihyo, lalu kembali menyelimuti diri mereka berdua.

Posisi yang cukup ambigu karena Younghoon menyelimuti badannya dan Jihyo sampai bagian leher.

Cekrek.

Setelah selesai memotretnya, Younghoon berniat segera pergi, takut-takut matanya akan menggelap seketika karena alkohol yang diteguknya sejak tadi. Berujung mereka benar-benar melakukan hal yang aneh malam ini.

Tapi Jihyo tiba-tiba berbalik kearahnya dan menaruh tangannya diatas Younghoon. Mau tak mau Younghoon menunduk dan melihat Jihyo yang masih tertidur pulas disana.

"Ternyata lo gatel juga kalau lagi tidur," ledek Younghoon pelan.

Flashback off.

Jadi semalam memang mereka tidak sepenuhnya tidak berbuat apa-apa, 'kan?

-TBC-

Satu kalinya lagi nanti antara jam 9-10, ya. Kemaren aku double up tapi kemaleman, ya? Maaf ya, gaes (T_T)

Little Girl : Love Story Begins [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang