Bab 27

324 92 63
                                    

"Abis dari mana lo?" tanya Mingyu yang jadi bolos sekolah karena motornya dibawa oleh Younghoon tadi. Sepertinya bisa aja kalau Mingyu pergi ke sekolah naik taksi atau yang lain, tapi Naya bagaimana?

Mingyu jadi seperti Ibu-ibu yang mengomeli anaknya karena pergi tanpa pamit dengan posisi tangan terlipat di depan dada.

"Nih." Bukannya membalas pertanyaan yang dilontarkan Mingyu, Younghoon malah melemparkan kunci motor milik temannya itu.

"Gue tanya habis dari mana lo?" tanya Mingyu sekali lagi, soalnya Mingyu takut Younghoon mencari Yuta dan memukulinya ditengah jalan dengan baju rumah sakit itu. Membayangkannya bahkan sudah mengerikan.

"Nganterin cewek itu, lah. Lo pikir kemana lagi?"

Sekarang Mingyu malah tambah bingung dan bahkan menaikkan satu alisnya.

"Lo aneh tau gak? Kenapa lo anterin?" tanya Mingyu, entah pertanyaan ke berapa yang sudah dia lontarkan sejak pagi ini.

"Aneh apaan? Gue cuman anterin dia ke sekolah karena udah mau masuk." Younghoon rebahan diranjang rumah sakit, bersiap-siap untuk tidur.

"Dia kan bisa bareng gue, lo mau rumor pacaran itu makin banyak bukti? Keren banget lo, sakit-sakit anterin cewek berangkat sekolah pakai baju kayak gitu lagi." Mingyu masih terheran-heran dengan jalan pikir Younghoon.

Sampai akhirnya Younghoon menatapnya tajam. "Bisa diem gak? Gue muak sama rasa penasaran lo."

Mingyu menghela nafasnya, dia menyerah. "Gue mau kasih tau lo kenapa gue kesini. Yang diatas ngadain acara kumpul-kumpul sama galaksi."

Ucapan Mingyu kali ini berhasil menarik perhatian Younghoon. "Maksud lo?"

"Gue gak tau harus nyebut sebagai acara kumpul atau acara gulat. Gue juga gak tau mereka gabut atau gimana, yang pasti Yugyeom denger kabar dari salah satu anggota atas."

"Gila," komentar Younghoon. "Kenapa gue gak tau apa-apa?"

"Lo udah keburu tepar kemarin," sahut Mingyu.

"Besok gue masuk, sekalian lo kumpulin anak-anak ditempat biasa. Kita punya hak buat nolak, alumni enak gak punya sangkut paut sama sekolah, masalahnya kita masih dilingkungan sekolah dan ini tahun akhir kita. Gue gak bodoh untuk buat keributan berskala besar kayak gitu dan berujung kita dikeluarin dari sekolah."

Mingyu menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Kalau bisa, kontak angkatan atas minta ketemuan nanti sore. Di tempat biasa pinggir kota. Sebelum mereka ngomong ke galaksi, kita harus lebih dulu berhentiin mereka."

Berbeda dengan pembahasan rumit Younghoon dan Mingyu ditambah Naya yang sedang menonton kartun di televisi dengan salad buahnya. Rosè, Eunha, Roa, dan Chaeyeon sedang menganga karena penjelasan Jihyo mengenai anak kecil bernama Naya itu.

"Wow... dipanggil Mommy? Gue rasa lo udah punya hubungan spesial sama keluarga kecil itu," kagum Eunha sambil geleng-geleng kepala.

Spesial apanya? Ini sama sekali tak seenak martabak spesial.

"Mata lo! Spesial enggak, sakit mental iya," sahut Jihyo sambil menepuk kepalanya.

"Tapi gue rasa kalau lo jadi sama Younghoon, itu bakal sempurna buat anak kecil itu." Roa mendramatisir dengan ekspresi sedihnya.

"Jujur gue juga dari awal malah lebih mikirin kemana Ibu dari anak kecil itu dibanding penasaran sama hubungan lo sama Younghoon. Soalnya menurut gue lo gak akan jadi sama dia."

Jihyo menganggukkan kepalanya setuju. "Ya memang gak akan jadi, gue gak mau punya cowok nakal kayak dia. Type yang gue banget itu ya Eunwoo," balasnya sambil menunjuk teman sekelasnya, Cha Eunwoo. Yang duduk sambil membaca buku disudut kelas.

Kalian tau scene di komik atau film romantis? Iya, dia kayak gitu sekarang. Tapi ada plus tentu ada minusnya, 'kan? Minusnya Eunwoo cuman satu, dia tak pandai berempati. Alias cuek dan tak perduli dengan semua hal.

"Jihyo, tapi disini masalah utamanya adalah lo harus menjauh dan jangan pernah lagi berhubungan sama Younghoon si anak nakal itu. Muka geng mereka itu muka-muka kriminal!" Chaeyeon melipat tangannya di depan dada, sambil berekspresi serius seolah sedang memperingati anak kecil tentang penculikan.

"Iya, Chae. Gue juga mau begitu, tapi harus gimana kalau gue..." Jihyo menghentikan suaranya sendiri, dia berpikir haruskah dia bercerita ke sahabat-sahabatnya kalau ada foto yang tidak mengenakkan tentang dirinya diponsel Younghoon?

Baik Rosè, Roa, Eunha, ataupun Chaeyeon sama-sama menunggu Jihyo untuk melanjutkan pembicaraannya.

"Apa? Kenapa?" tanya Eunha.

"Gue gak bisa kasih tau kalian." Jihyo menghembuskan nafasnya dan memijit keningnya.

Bagi Jihyo, ini opsi yang tepat. Daripada membahas sebuah foto aneh itu yang sampai sekarang Jihyo gak tau asal-usulnya.

Younghoon gak betul-betul melakukan hal yang tidak benar pada Jihyo, 'kan? Ya, menurut Jihyo, Younghoon gak sebajingan itu dalam urusan perempuan. Terbukti sampai hari ini Jihyo baik-baik aja, tanpa gejala mual atau yang lainnya.

Tapi, kalau Younghoon bukan bajingan, TENTUNYA GAK AKAN TERLAHIR BOCAH KECIL BERNAMA NAYA ITU!

•••

Hari ini Jihyo pulang sekolah terlambat, karena tadi ada kerja kelompok dadakan yang diadakan oleh teman-teman sekelompoknya di Sekolah.

Jihyo berdiri di depan gerbang sekolah sambil mencari ojek ataupun angkot yang lewat.

"Oy! Jihyo!"

Suara seseorang di sebelah kanannya membuat Jihyo menoleh, mendapati Taeyong yang tengah melambaikan tangan kearahnya.

Jihyo langsung menghampiri Taeyong. Minta diantar pulang oleh Taeyong seharusnya bukan masalah, 'kan?

"Kalau gue ikut, makin panjang masalahnya. Lo gak tau 'kan? Kalau Taeyong itu inti pasukan Sekolah Galaksi? Dia sama bahayanya kayak kita. Intinya, lo gak boleh deket-deket sama dia lagi setelah ini."

Terserah, lah. Lagipula kelihatannya Taeyong itu laki-laki yang baik, tak seperti Younghoon dan kawan-kawannya.

"Loh, kok lo di sini?" tanya Jihyo sambil menghampiri Taeyong.

"Mau ketemu lo, soalnya kangen." Dia tertawa dan menampilkan renteran gigi putihnya.

Setelahnya, Taeyong memberikan sebuah plastik hitam kepada Jihyo. "Gak cuman itu, sih. Gue kesini mau balikin sepatu lo. Udah lama, ya? Iya, gue gak sempet soalnya belakangan ini sibuk."

Jihyo tertawa kecil sambil melihat isi plastik hitam itu, ternyata ini heels-nya. Jihyo pikir heels ini sudah hilang di jalan.

"Kayaknya gue harus hati-hati sama lo deh mulai sekarang," kata Jihyo sambil menatap Taeyong. Taeyong berekspresi bingung. "Loh, kenapa? Gue gak jahat-"

"Kata-kata lo kayak buaya," komentar Jihyo sekaligus memotong ucapan Taeyong.

Mereka tertawa dan Taeyong tiba-tiba memberikan helm untuk Jihyo.

"Ayo pulang sama gue, udah ada firasat gue kalau lo pasti lagi nunggu taksi." Taeyong juga melepas jaket miliknya. "Ini iket dipinggang, biar cowok-cowok gak jelalatan lihat kaki lo."

Huh bagus, Jihyo gak perlu malu-malu meminta Taeyong mengantarnya. Karena laki-laki ini sudah mengajaknya.

"Makasih ya, Taeyong." Jihyo tersenyum dan selanjutnya mengikat lengan jaket Taeyong dipinggangnya.

"Bubu, bukan Taeyong," kata Taeyong sambil membantu Jihyo membenarkan posisi jaketnya.

Jihyo menatap Taeyong yang masih berdiri diatas motornya. "Loh, kok Bubu?" tanyanya, berhenti melakukan aktivitas membenarkan jaketnya dan membiarkan Taeyong yang melakukannya.

"Biar gemes aja kalau yang manggil lo."

Jihyo menahan senyumnya. Siapapun pasti lemah kalau dihadapkan laki-laki tampan semacam Taeyong.

"Udah, ayo naik," ucap Taeyong setelah memastikan jaketnya terpasang dengan benar.

-TBC-

Little Girl : Love Story Begins [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang