Bab 30

309 84 34
                                    

Younghoon melirik kaca spion yang memantulkan Jihyo di belakangnya sedang melihat pemandangan diarah kiri.

Ekspresi gadis itu masih sama kecutnya sejak awal bertemu Younghoon. Laki-laki itu jadi merasa kesal sampai sekarang karena perbedaan ekspresi Jihyo saat bersamanya dan saat bersama Taeyong.

Memang apa hebatnya laki-laki itu? Rasanya Younghoon lebih unggul dalam urusan segalanya dibanding dengan Taeyong.

"Besok gue jemput." Saat lampu merah, Younghoon menyadarkan Jihyo dari lamunannya. Buru-buru Jihyo menggeleng. "Gak usah, gue berangkat sama temen."

"Kalau gitu, pegangan. Kita bukan orang pacaran yang lagi ada masalah." Younghoon menoleh dan menarik salah satu tangan Jihyo sebelum akhirnya dia lingkarkan pada perutnya.

"Apaan, sih. Malu-maluin," decak Jihyo sambil menarik kembali tangannya.

Younghoon geleng-geleng kepala. "Apa? Malu-maluin? Harusnya gue yang ngomong gitu! Udah syukur lo sama gue, orang lain pengen di posisi lo sekarang," cibirnya.

Tepat setelah lampu lalu lintas berganti warna menjadi hijau, Younghoon kembali menarik tangan Jihyo dan tetap memegang salah satu tangan Jihyo diperutnya.

Sampai di depan rumahnya, Jihyo langsung turun dari motor milik Younghoon. Berniat tak mengucapkan terima kasih dan langsung pergi, Younghoon menghentikannya.

"Sebentar, ada coklat buat lo." Younghoon mengambil sesuatu dari sakunya, mengeluarkan coklat yang dibungkus bulat-bulat kecil yang sebenarnya tak sengaja terbawa sekaligus coklat kesukaan Naya.

"Gak usah, makasih," tolak Jihyo. Tapi sebelum pergi, Younghoon langsung menarik tangannya dan memberikan tiga buah coklat ditangannya. "Gak boleh nolak pemberian orang, gak sopan," tukasnya.

Jihyo berdecih, sejak kapan laki-laki ini belajar sopan santun?

"Ya udah, sana pulang," usir Jihyo.

Setelahnya Younghoon benar-benar pergi dari hadapannya, Jihyo langsung masuk ke dalam rumahnya dan ruangan pertama yang dia kunjungi adalah kamar tidurnya.

Meskipun hari ini banyak kejadian mengejutkan, hal yang paling membekas diotak Jihyo adalah kejadian pelukan tadi sore dengan Younghoon.

Rasanya aneh, bahagia karena Taeyong, tapi berdebar karena Younghoon.

Padahal kisah remaja klise seperti ini tak pernah sekalipun Jihyo harap masuk ke kehidupan datarnya. Wangi parfum laki-laki itu bahkan masih membekas di seragam sekolahnya.

"Wah, aneh banget hari ini."

Sementara itu Younghoon berhenti ditengah jalan karena dicegat oleh Taeyong yang ternyata sedari tadi mengikutinya.

"Menyingkir dari jalan gue, berani-beraninya lo nguntit gue ke rumah cewek itu. Kenapa? Lo gak tau rumah dia dimana, jadi pakai cara ngikutin gue? Cupu!" ejek Younghoon sambil turun dari motor miliknya.

"BEGO! BERHENTI RUSAK ACARA GUE SAMA JIHYO!" maki Taeyong, segera berlari dan menendang perut Younghoon.

Bahkan luka yang kemarin belum sembuh, memang Younghoon sepertinya sangat menyukai adegan seperti ini.

Taeyong memukuli pipinya berturut-turut, menyebabkan darah keluar dari mulutnya, tapi anehnya laki-laki yang terkapar ini tersenyum dengan darah menghiasi bibirnya.

"Lagi! Gue suka sensasi kemarahan lo karena cewek. Kenapa? Lo takut gak berhasil dapetin dia karena gue? Atau... takut dia malah suka sama gue?" tanya Younghoon, yang sengaja tak membalas pukulan Taeyong.

"BRENGSEK LO YOUNGHOON! MATI LO!" umpat Taeyong.

Tepat sebelum warga memisahkan mereka, Younghoon melayangkan tendangannya ke perut Taeyong yang sedari tadi memegang kendali pertarungan ini, agar menyingkir dari atasnya.

"Orang yang jatuh cinta, gampang tersulut emosi, ya. Apalagi kalau menyangkut orang yang disukai, ya kan Bubu?" ejek Younghoon.

Nyatanya bahkan tadi dia sendiri tersulut emosi karena Taeyong. Sepertinya Younghoon akan menjilat ludahnya sendiri, nanti.

•••

Flashback on.

"Naya, kamu tunggu disini ya. Buna punya urusan yang lebih penting. Sampai Buna datang, Naya nyanyi lagu bintang kecil biar gak bosan. Naya tau lagunya, 'kan?" tanya Nayeon, sambil mengelus rambut terurai milik anaknya ini.

"Iya. Aku tau, Buna."

Nayeon menahan tangisnya dengan melipat bibirnya. "Kalau gitu, Buna pergi, ya. Buna akan kangen sama Naya."

"Jangan pergi lama-lama ya, Bun? Naya takut sendirian," kata Naya sambil memasang wajah imutnya.

Hati Nayeon seperti teriris, bagaimana dia membalas ucapan polos Naya. Bagaimana nanti saat dia tak kembali?

"Iya," ucapan singkat itu mengakhiri semuanya. Nayeon memeluk gadis kecil itu dengan kuat sebelum akhirnya buru-buru berjalan meninggalkannya.

"Selamat tinggal, putri kecilnya Buna. Maaf, kamu harus tinggal sendiri di bumi ini. Kamu harus kuat." Nayeon meneteskan bulir bening dari matanya.

Ibu macam apa yang meninggalkan anaknya ditempat antah berantah untuk bunuh diri.

Naya terus menyanyikan lagu itu, sampai sepuluh kali belum ada juga tanda-tanda keberadaan datangnya Nayeon.

"Bun?"

Sampai akhirnya Naya menyadari kalau dia ditinggal sendirian disini.

Gadis kecil dengan gaun putih itu tetap menunggu disana walau sudah satu setengah jam waktu berjalan dan akhirnya menangis karena tak tau harus berbuat apa.

"Orang tua lo kemana?"

Dan akhirnya sebuah takdir tuhan menyapanya. Naya bertemu dengan laki-laki yang memiliki luka lebam di pipinya itu, tampilannya pun compang-camping, dan terkesan kotor.

Membuat Naya mundur beberapa langkah karena waspada.

Flashback off.

Laki-laki berpenampilan urakan sore itu bahkan kini menggandeng tangan Naya dengan erat, memasuki sebuah bioskop untuk menonton film anak-anak yang baru keluar kemarin.

Meski tak sempurna, Younghoon menjalankan peran seorang Ayah dengan baik, dia berhasil membuat Naya menganggapnya sebagai seorang Ayah.

"Daddy, harusnya ajak Mommy untuk nonton sama kita. Pasti Mommy juga belum nonton Film ini kan, Dad?"

"Belum, kayaknya. Lain kali kita ajak dia, ya," kata Younghoon, tapi langkahnya berhenti kala merasakan Naya yang berhenti berjalan.

Ternyata Naya berhenti karena melihat sebuah keluarga yang berfoto disamping koridor ini.

"Satu, dua, ti.. ga!"

Younghoon yang menyadari itu lantas menunduk, melihat ekspresi Naya yang ternyata sedang tersenyum.

"Naya mau juga? Ayo, sebentar ya. Kita minta bantuan orang-"

"Gak mau foto disini, Naya mau foto keluarga yang kayak ada rumah orang-orang, yang kayak di Rumah Mommy juga!" semangat Naya, dia juga baru ingat kalau tadi pagi dia melihat foto keluarga di Rumah Jihyo.

Younghoon mengerutkan alisnya. "Foto keluarga?"

Dari sekian banyaknya permintaan Naya sejak awal pertemuan mereka, kayaknya hanya permintaan ini yang membuat Younghoon mengerutkan alis.

-TBC-

Aku PJJ lagi, gaes. Jadi bisa update deh, tapi gak tau sampai kapan hehe.

Little Girl : Love Story Begins [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang