Bab 23

297 93 37
                                    

Berbagai macam cara dilakukan anak kelas Jihyo untuk memisahkan mereka. Tapi jelas tak ada yang berani memakai cara langsung menarik mereka, terutama dua laki-laki itu memang terkenal sebagai musuh bebuyutan.

Jihyo melipir melewati pinggir dan pergi keluar kelas, mencari Mingyu atau teman-teman satu kumpulan dengan Younghoon.

Dia mencari ke gudang belakang sekolah, syukur tebakannya benar karena ada Yugyeom dan Bangchan yang tengah bermain kartu entah apa.

"Lo ngapain kesini? Nyari Younghoon?" goda Yugyeom, Jihyo masih mengatur nafasnya yang menjadi tak teratur karena berlarian di sepanjang koridor.

"Dia tonjok-tojokkan di kelas gue," ucap Jihyo. "Pisahin mereka, sebelum guru lihat. Lagian mereka gak ada yang mau ngalah."

Mereka tampak santai-santai aja, bahkan sekarang tertawa.

"Biarin aja, namanya anak muda," kekeh Bangchan, kembali fokus pada kartu miliknya.

"Kalian kenal Yuta, 'kan? Dia ribut sama Yuta!" tegas Jihyo.

Dan setelah itu, mereka langsung meninggalkan permainan kartu mereka dan ikut pergi bersama Jihyo dengan berlari kecil.

"Kenapa bisa ada Yuta? Dia balik kesini? Si bangsat itu emang kayaknya gak pernah mau lihat Younghoon hidup tenang."

"Lo tau sendiri, Nyokapnya Yuta itu bisa dibilang awal hancurnya keluarga Younghoon. Jadi ya gak kaget kalau kelakuan Nyokapnya turun ke Yuta."

Sambil berjalan kearah kelasnya, Jihyo menguping ucapan mereka. Namun sebenarnya bukan salah Jihyo juga, toh mereka yang memberi clue pada Jihyo secara suka rela.

Sampai di kelas Jihyo, salah satu dari dua orang itu sudah terkapar, bahkan satu orang lainnya entah kemana. Tapi Jihyo belum bisa melihat siapa yang terkapar karena ramainya yang mengerumuni.

Tapi begitu Bangchan dan Yugyeom lewat, mereka semua membuka jalan dan Jihyo mengambil kesempatan untuk ikut melihat orang itu.

Jihyo meneguk salivanya susah payah, sementara Bangchan tampak menelepon seseorang dan Yugyeom yang kini menepuk-nepuk bahu Younghoon.

Ya, Younghoon yang tergeletak disana dengan berbagai luka hampir diseluruh bagian wajahnya. Yang parah dibagian kedua pipinya.

•••

"Lo diminta sama Younghoon ke Rumah sakit."

Bambam langsung menghadangnya begitu Jihyo keluar dari kelasnya untuk pulang. Jihyo menggeleng, sudah cukup dia berurusan dengan Younghoon dan lain-lain yang sehubungan dengan Younghoon.

"Gue gak bisa-"

"Gue rasa dia gak akan macem-macem sama lo, kok. Kayaknya dia minta lo kesana untuk ngurus Naya yang gak mau pulang dari rumah sakit. Paling lo disuruh bujuk anak kecil itu buat pulang."

Jihyo jelas bingung. Lagian apa hubungannya dengan Naya? Bahkan sebenarnya gadis kecil itu juga tak tau namanya dan sama sekali tidak dekat. Mereka hanya bertemu beberapa kali.

"Tapi gue rasa juga Naya gak akan mau nurutin gue. Gue bukan siapa-siapanya," ucap Jihyo pelan.

"Karena itu, mulai minggu lalu lo itu siapa-siapanya. Naya banyak nanya tentang lo dan nyariin lo bahkan tadi di Rumah sakit." Bambam meyakinkan Jihyo. "Gue janji setelah lo berhasil buat Naya pulang, gue akan langsung anter lo pulang."

Jihyo menyalakan ponselnya, melihat jam yang terpampang dilayar kunci. Jam empat lewat delapan menit.

"Ya udah, gue ikut." Jihyo pasrah dan berjalan lebih dulu dari Bambam.

"Ah gue gak jadi ikut, deh!" labil Jihyo. Bambam menggeleng. "Jawaban lo sebelumnya udah gue kunci!" balas Bambam dari belakang.

Dasar, mau ketua ataupun anggotanya-pun sama-sama penipu ulung.

Sampai di rumah sakit, Jihyo menenteng parsel ditangannya sambil berjalan di koridor lantai tiga, tempat dimana Younghoon beristirahat.

Klek.

Bambam membuka pintu ruangan Younghoon dan diikuti Jihyo yang ikut masuk ke dalam sana.

Mata Jihyo mengerjap tidak percaya. Kelihatannya Younghoon baik-baik saja, walaupun wajahnya hampir penuh dengan perban tapi Jihyo bisa melihat bagaimana Younghoon menggendong gadis kecil itu.

"Gue tinggal, ya." Bambam berpamitan dan langsung kembali keluar dari ruangan ini. Jihyo berniat ikut pergi sampai sebuah suara menghentikannya.

"Bawa parsel? Uang makan lo masih cukup sampai besok gak?" tanya Younghoon sambil mendudukkan Naya diatas ranjang rumah sakit dan menghampiri Jihyo.

Lihatkan bagaimana kurang ajar dan tak punya sopan santunnya laki-laki jangkung itu? Bukannya berterima kasih, malah merendahkan.

"Halo Mommy!" sapa Naya sambil tersenyum.

Jihyo meninggalkan Younghoon dan menaruh parsel itu diatas nakas, lalu mengelus puncak kepala gadis kecik itu.

"Hai, cantik. Naya pulang sama aku mau?" tanya Jihyo langsung ke intinya, agar dia segera pulang dari sini.

"Kenapa harus pulang? Naya mau disini sama Daddy. Di Rumah juga gak ada Kakak Yebin karena lagi pulang kampung. Naya gak punya temen di Rumah." Naya menggeleng kuat. Gadis kecil itu juga tampaknya keras kepala.

Jihyo memikirkan sesuatu. Hm, Rumahnya hanya ditinggali dirinya sendiri, jadi harusnya bukan masalah kan kalau Naya menginap di Rumahnya?

"Naya pulang ke Rumah aku aja, aku tinggal sendiri juga kayak Naya," kata Jihyo.

Younghoon ikut duduk di samping Naya dan melihat Jihyo yang tampak membujuk Naya dengan hati-hati.

"Kenapa bukan lo aja yang di Rumah gue? Rumah gue juga sepi, gak ada siapa-siapa yang bisa larang lo hancurin rumah gue," kata Younghoon asal.

Jihyo geleng-geleng kepala. Gimana bisa laki-laki ini bicara sembarangan di depan anak kecil yang masih polos ini.

"Aku mau sama Mommy. Boleh ya, Dad? Naya mau pulang ke Rumah Mommy." Naya memeluk lengan Younghoon.

"Hm, boleh," sahut Younghoon dan mengecup singkat kening Naya. Naya turun dari kasur rumah sakit dengan susah payah lalu berlari ke sofa untuk membereskan mainannya.

Jihyo berniat mengikuti Naya, namun tangan Younghoon lebih dulu mencekalnya.

"Besok pagi sebelum ke Sekolah lo kesini dulu anterin Naya." Younghoon menatapnya kemudian merapihkan rambut Jihyo. "Sampai gue balik, jangan pernah deket-deket sama Yuta sialan itu."

Jihyo memilih mengangguk dan setelahnya menghampiri Naya, menggandeng gadis kecil itu dan berjalan keluar ruangan ini, sebelum kembali menutup pintunya Jihyo menyembulkan kepalanya dan menatap Younghoon.

"Cepet sembuh, ya," kata Jihyo.

-TBC-

Karena daring plus cerita ini draftnya udah sampai end, aku update setiap hari ya.

Little Girl : Love Story Begins [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang