Chapter 1

1.5K 117 6
                                    

--Happy reading--

🌷🌷🌷

Jari kelingkingnya, yang diwarnai dengan warna pink pastel, menjentik tinggi saat ia mendekatkan cangkir teh mewah ke bibirnya. Sudut bibirnya ditarik dengan presisi yang sama, dan senyum di bibirnya menyembunyikan kebanggaan dan ambisi rahasia. Jubahnya yang halus menutupi kaki panjang yang disilangkan di bawah meja. Tidak ada sehelai rambut pun yang tidak pada tempatnya; Pansy Parkinson tampak rapi dan tenang, namun juga sangat kaku.

Setiap hari Minggu selama sebelas pekan berturut-turut belakangan ini, Pansy akan duduk di taman Malfoy Manor yang indah. Di sebelah kanannya duduk Mrs Malfoy, yang dengan sekali pandang pada cara duduk dan ketatnya sanggul rambutnya, bisa disalah artikan sebagai ibu Pansy. Di sebelah kiri Pansy adalah Draco Malfoy; satu-satunya dari tiga orang yang terlihat sangat tidak pada tempatnya di situasi ini. Draco tidak memasang senyum sopan seorang bangsawan yang tenang, tapi malah memasang cemberut kesal di wajahnya. Rambut bagian depannya tidak disisir dengan rapi, dibiarkan berantakan begitu saja di keningnya. Begitu pula jubahnya, meskipun secara intrinsik mahal dan mewah, tapi kini belum disetrika dan memperlihatkan banyak kerutan. Ia tidak memegang cangkir tehnya dengan jari kelingking dijentikkan, melainkan menggenggam gagangnya erat-erat dengan kelima jarinya dan meminumnya dengan tergesa-gesa.

Narcissa dan Pansy memperhatikan Draco dengan alis terangkat, tapi tidak ada yang mereka katakan. Mereka duduk dengan tenang, saat rona merah muda langit perlahan memudar dan semakin pudar, dan berubah menjadi biru tua.

"Draco, tidak sopan minum dengan cara menyeruput seperti itu," Narcissa Malfoy akhirnya menegur dengan tajam.

Draco mengedikkan bahu, lalu meletakkan cangkirnya di atas meja.

"Bukankah ini indah?" Pansy menyela. "Menyenangkan sekali menghabiskan sore seperti ini, bukan begitu, Draco? Aku sangat senang kau mengundangku lagi untuk minum teh denganmu dan ibumu."

"Aku tidak ingat pernah mengirimimu undangan untuk menghabiskan satu hari lagi di sini," gerutu Draco pelan. Memang, acara minum teh ini bukanlah bagian dari rencana Draco hari itu. Sebenarnya, ia telah berjanji pada Gregory Goyle, Ajax Bulstrode, dan Adrian Pucey bahwa ia akan bergabung dengan mereka di pub favorit di Knockturn Alley malam ini. Ia juga telah membuat rencana untuk bergabung dengan mereka di permainan Quidditch sebelum sore, namun Pansy merasa layak untuk menjadi alasan pembatalan rencana itu juga. Pansy jelas telah memutuskan sepihak bahwa Draco harus menemani gadis itu menjalankan daftar rutinitas yang membosankan, berbelanja, dan kemudian bergabung dengan gadis itu untuk minum teh di taman Draco sendiri.

Draco merasa sulit untuk menghapus cemberut dari wajahnya. Teman-temannya pasti sudah menyelesaikan permainan Quiddicth mereka sekarang dan kemungkinan besar menuju Willow's Tavern untuk bersenang-senang menghabiskan malam itu. Ketidakpuasannya, bagaimanapun juga, diabaikan oleh ibunya dan Pansy.

"Lihat, bukankah ini jauh lebih menyenangkan daripada permainan Quidditch konyol yang akan kau datangi?" Pansy memekik, mengunci lengannya ke lengan Draco dan meremasnya. "Lagipula, cuacanya sangat tidak bersahabat. Harimu akan sia-sia jika aku tidak membawamu ke Hogsmeade untuk membantuku memilih sapu tangan dan doilies baru."

Draco tidak menjawab, tapi menggumamkan beberapa kata yang tidak terdengar Pansy dan ibunya. Cuaca memang sama sekali tidak bersahabat; cuaca awal Mei yang khas dengan sinar matahari yang cerah saat siang dengan sedikit gerimis saat matahari terbenam. Cuaca Quidditch yang sempurna sebenarnya, pikir Draco getir.

"Pansy sayang, kau memang memiliki selera yang paling indah," kata Narcissa menyetujui. "Kuharap kau mengajari Draco satu atau dua hal itu."

Pansy terkikik dan meremas lengan Draco lagi, mencoba menyandarkan kepalanya di bahu Draco. Draco bergeser menjauh dengan tidak tertarik, yang tidak diperhatikan Pansy.

Simplicity | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang