--Happy reading--
🌷🌷🌷
Tidak dapat menahan air matanya, Draco langsung melangkah cepat menuju ke ruang kerja ayahnya. Tanpa repot-repot mengetuk, ia membuka pintu dengan keras.
Kedua orang tuanya menatap Draco dengan heran. "Draco, apa yang terjadi?" Lucius bertanya dengan tegas.
Draco melemparkan surat dan bingkisan itu ke meja ayahnya. "Baca!" Ia menggeram, "Dia sudah pergi sekarang, terima kasih!"
Lucius terdiam saat membaca surat Luna. Ketika ia selesai membaca, ia dengan tenang melipat perkamen itu. "Kurasa Luna lebih masuk akal daripada yang kukira," ucapnya.
Draco merasa sangat marah pada kenyataan bahwa ayahnya tidak peduli. "Dia pergi!" Ia berteriak. "Apa kau tidak punya kata-kata lain untuk dikatakan tentang ini?"
"Ini demi kebaikanmu," Narcissa menyela. "Kami tahu dia hanya memanfaatkanmu, sayang. Sekarang setelah dia pergi, kau bisa melupakannya."
"Dia tidak memanfaatkanku! Dia benar-benar peduli padaku, bukan tentang uang atau status darahku, tapi tentang aku! Dan aku juga peduli padanya. Kenapa kalian tidak bisa menerimanya?"
"Pansy juga peduli padamu," jawab Narcissa. "Dan dia sudah mengenalmu lebih lama daripada Luna."
"Tapi aku tidak peduli dengan Pansy! Aku bahkan tidak tahan berada di dekatnya! Satu-satunya alasan kau ingin aku menikahinya hanyalah karena kau tidak bisa melupakan kenyataan bahwa segala sesuatunya telah berubah, dan bahwa aku bukan anak kecil lagi." Wajah Draco mulai memerah.
Narcissa terkejut. "Apa maksudmu, Draco? Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya telah berubah."
"Semuanya telah berubah, Mother!" Draco berteriak. "Semuanya! Kau harus ingat bahwa kakakmu sudah mati, dan kita semua terus saja bertingkah seolah Bibi Bellatrix tidak pernah ada!"
Narcissa menangis, dan Lucius bangkit dari kursinya dengan marah. "Jangan bicara seperti itu pada ibumu!"
Draco mengabaikan ayahnya. Ada suatu masa ketika ayahnya memiliki kekuasaan atas dirinya, tapi masa itu telah berlalu. Sekarang ia tidak lagi memiliki Luna di hidupnya, jadi tidak ada lagi yang bisa diambil darinya.
"Sampai kapanpun aku tidak akan menikahi Pansy," kata Draco keras kepala. "Aku hanya mencintai Luna."
Lucius menghela napas frustrasi. "Kau hanya berpikir kau mencintainya. Kau hanya remaja, Draco."
"Tidak!" bentak Draco. "Aku bukan anak kecil lagi, dan kau harus berhenti memperlakukanku seperti itu!"
"Kau tidak tahu apa itu cinta!" Lucius menggeram. "Aku sudah menikah cukup lama untuk mengetahui apa itu cinta yang sebenarnya. Kau tidak bisa menikah dengan sembarang gadis yang kau pikir kau sukai!"
Draco terdiam beberapa saat, menghapus air matanya dengan kasar. Ibunya telah meninggalkan ruangan itu sekarang dan menangis di ruang tamu.
"Cincin itu," geram Draco. "Kau melihatnya tadi malam, kan. Tentunya kau tidak bisa menyuruhku untuk menikahi Pansy setelah semua yang kau ceritakan tentang cincin itu. Kau menyuruhku untuk memberikan cincin itu hanya pada gadis yang benar-benar aku cintai, dan tadi malam semua terbukti. Pansy dan aku tidak saling jatuh cinta."
"Jika cincinnya tidak pas, kita bisa mendapatkan yang baru," bentak Lucius. "Aku hanya menyuruhmu untuk tidak memberikan cincin itu pada seseorang yang tidak kau cintai. Aku tidak pernah mengatakan apapun tentang tidak menikahi orang itu."
Draco tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Kau tidak bisa selalu menikahi orang yang kau cintai," lanjut Lucius. "Beberapa orang beruntung, tapi kebanyakan orang tidak. Lupakan fantasi bodohmu ini dan fokuslah pada kenyataan bahwa kau akan menikahi gadis pureblood yang selevel dengan kita."

KAMU SEDANG MEMBACA
Simplicity | Druna | END✔
Fanfiction[LENGKAP] Hampir dua tahun setelah perang berakhir. Draco Malfoy telah menyelesaikan tahun ketujuhnya di Hogwarts dan sekarang bekerja di toko barunya. Hidupnya sudah tertata... sampai Luna Lovegood muncul, membawa kejutan tak terduga yang mungkin m...