--Happy reading--
🌷🌷🌷
"Draco, masuklah sekarang."
Draco mendengar ayahnya berbicara. Suara itu terdengar jauh. Draco tidak benar-benar di sini... pikiran dan jiwanya telah pergi bersama Luna.
Draco melangkah memasuki ruang kerja ayahnya, di mana Lucius tampak duduk dengan tenang di kursinya. Ibunya, Pansy, dan Mrs Parkinson duduk di depan meja ayahnya, raut wajah mereka tampak sangat masam dan marah.
Draco memaksakan dirinya untuk duduk.
"Kau berhutang permintaan maaf pada Mrs Parkinson dan Pansy," Lucius dengan tegas memberitahu putranya.
"Maaf," gumam Draco.
"Apa yang kau lakukan sangatlah salah. Aku tidak yakin apakah kekacauan yang kau sebabkan ini bisa diperbaiki. Tapi apa yang telah terjadi biarlah terjadi, dan kita tidak bisa membiarkan kesalahan bodoh seperti ini merusak masa depanmu. Mrs Parkinson telah dengan sangat murah hati memutuskan untuk melupakan masalah ini, dengan syarat tertentu."
Draco tidak begitu mengerti kemana arah pembicaraan ayahnya. "Jadi, apa yang akan dilakukan sekarang?"
Lucius masih tenang dalam menanggapi putranya. "Apa yang kita semua tahu akan dilakukan, yaitu Luna tidak akan lagi bekerja di toko kita. Aku sudah mengiriminya burung hantu—"
"Kau memecat Luna?" hardik Draco.
"Ya, kami semua merasa bahwa akan lebih baik bagimu untuk tidak pernah bertemu dengannya lagi. Kami tidak menyalahkanmu atas apa yang telah terjadi, kuharap kau mengerti ini. Kau memang membuat kesalahan yang sangat bodoh. Tapi jelas bahwa dialah yang pertama kali menggodamu. Begitu dia pergi dari hidupmu selamanya, semuanya akan kembali normal."
Draco tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia tidak ingin semuanya kembali normal! Ia tidak ingin kembali ke kehidupannya sebelumnya... ia tidak bisa kembali ke kehidupannya yang membosankan dan tidak berarti tanpa Luna. Ia tidak bisa menjadi budak Pansy lagi... ia bahkan muak untuk melihat gadis itu lagi!
"Tidak. Aku tidak bisa..." bisik Draco pelan.
Lucius mengabaikan putranya. "Sekarang, cincinnya."
"A-Apa?"
"Cincinnya, Draco," ucap ayahnya tidak sabar. "Jangan buang waktu lagi. Kita bisa menyelesaikan pertunangan di sini, lalu kita akan mengumumkannya di pesta. Kita sudah menyiapkan kue mewah untuk acara ini, yang akan dikeluarkan oleh peri rumah setelah pengumuman pertunanganmu."
Tubuh Draco gemetar. Ia merasa seperti anak kecil yang putus asa. "Tidak, tidak," gumamnya lemah. Ia mencengkeram cincin itu erat-erat di sakunya, tentu saja mereka tidak bisa memaksanya untuk melakukan ini!
Merasa semakin marah, Lucius bergumam, "Accio cincin!" Cincin itu terbang menjauh dari genggaman Draco dan jatuh ke tangan Lucius yang terulur. Semua orang berdiri, kecuali Draco.
Mrs Parkinson mengambil cincin itu dari tangan Lucius, mengagumi berlian di cincin itu. Ini pasti cincin yang sangat berharga, pikirnya. Kegembiraannya yang serakah tanpa malu-malu ditampilkan di wajahnya saat ia mengagumi berlian yang bersinar itu, terutama pada batu besar di tengahnya. "Bukankah ini menakjubkan, sayang?" Ia berbisik menahan napas. Pansy, yang masih marah pada Draco, tidak menjawab ibunya.
"Draco, pasangkan cincin itu di jari Pansy," perintah Lucius.
Draco hanya diam.
"Draco!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Simplicity | Druna | END✔
Fiksi Penggemar[LENGKAP] Hampir dua tahun setelah perang berakhir. Draco Malfoy telah menyelesaikan tahun ketujuhnya di Hogwarts dan sekarang bekerja di toko barunya. Hidupnya sudah tertata... sampai Luna Lovegood muncul, membawa kejutan tak terduga yang mungkin m...