Chapter 10

573 79 0
                                    

--Happy reading--

🌷🌷🌷

Kurang lebih lima belas menit mereka berjalan kaki singkat yang menyenangkan ke Florean Fortescue's Ice Cream Parlour. Luna belum pernah melihat wajah Draco secerah ini sejak ia mulai bekerja di toko pemuda itu. Luna melompat-lompat kecil di samping Draco, berhenti sesekali untuk mengagumi daun cantik atau kerikil berwarna-warni.

"Um, jadi kau tinggal dengan siapa selama ayahmu di St Mungo's?" Draco tiba-tiba bertanya dengan canggung.

"Aku hanya sendiri," jawab Luna pelan. "Tapi aku tinggal cukup dekat dengan keluarga Weasley, jadi Ginny mengunjungiku sesekali." Namun, ini tidak sepenuhnya benar; Luna sudah lama tidak berbicara dengan Ginny.

Draco mengangguk. "Dan Neville?"

"Dia pindah ke Wales. Tapi dia datang sesekali."

"Apa kau pernah mengunjunginya di Wales?" Draco bertanya dengan rasa ingin tahu.

"Tidak," jawab Luna, merasa canggung saat mengingat lamaran Neville. "Jujur saja, aku belum berbicara dengannya lagi sejak hari dia mengunjungi tokomu."

Pada titik ini mereka telah mencapai kedai es krim, dan Luna masuk saat Draco membukakan pintu untuknya. Fillip Fortescue berseri-seri saat melihat Luna masuk. "Bagaimana kabarmu hari ini, Luna?" Ia bertanya dengan ramah.

"Halo, Fillip," sapa Luna. Setelah perang berakhir, Fillip telah membuka kembali kedai es krim tua milik ayahnya yang telah disabotase ketika para Pelahap Maut menculik dan membunuh ayahnya.

"Biar kutebak. Satu sendok masing-masing nanas, alpukat, dan ceri dengan saus kelapa dan pistachio?"

Luna mengangguk senang saat Fillip menyerahkan sundae padanya. Draco tidak terlalu terkejut dengan rasa yang luar biasa itu, karena ia sudah terbiasa dengan selera aneh Luna sekarang.

"Dan apa yang bisa kuberikan untukmu—" Senyum Fillip memudar saat ia mengenali Draco. "Apa yang kau inginkan, Malfoy?" Tatapan marah melintas di wajahnya.

Draco memelototi Fortescue. "Tidak perlu, terima kasih." Ia berbalik singkat dan berjalan menuju pintu.

"Draco," protes Luna. "Kita punya kesepakatan."

"Aku berubah pikiran," kata Draco dingin. "Aku tidak lapar lagi."

Draco melirik Fortescue dengan pandangan menghina dan melangkah keluar dari kedai es krim. Luna segera membayar es krimnya dan bergegas mengejar Draco. "Tidak perlu seperti itu."

"Jika dia tidak bisa melepaskan dendam masa lalu, maka aku juga tidak bisa," jawab Draco keras kepala.

"Fillip bahkan tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya terkejut, itu saja. Ayahnya terbunuh, jadi kau tidak bisa menyalahkannya atas—"

"Bukan aku yang membunuhnya, kan?" hardik Draco. "Apa menurutmu aku belum cukup berurusan dengan omong kosong sejak perang? Hanya karena ayahku Pelahap Maut, orang-orang menganggapku seperti monster. Aku tidak melakukan apa-apa, aku tidak minta untuk memiliki orang tua Pelahap Maut! Perang bukanlah piknik bagiku, kau tahu."

"Aku tahu kau tidak melakukan apa-apa, tapi orang-orang mau tidak mau mengasosiasikanmu dengan para Pelahap Maut. Mereka tidak melihat seperti apa dirimu sebenarnya. Bagaimana bisa mereka melihat saat kau 'menyerang' mereka duluan sebelum mereka mendapat kesempatan mengenalmu lebih jauh?"

Draco diam-diam memikirkan apa yang Luna katakan, meskipun ia mau tidak mau tetap menjadi keras kepala. "Ini salah mereka karena menilaiku buruk sejak awal. Mau tak mau aku 'menyerang' ketika mereka memperlakukanku dengan penghinaan seperti itu."

Simplicity | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang