Tatap Lurus ke Depan

1.1K 177 29
                                    

Selamat malam, seperti biasa selalu mengingatkan untuk vote & comment buat para readers tercinta^^ enjoy!

°

"Bang Arka gak punya malu ya?"

San menoleh ke belakang, disaat Jongho datang baru saja keluar dari kamarnya. Bunda Dian langsung menghampiri anak keduanya itu, menyuruh Jongho untuk lebih lama menenangkan diri terlebih dahulu.

"Setelah menghamili anak orang, Bang Arka dan dia masih bisa datang ke sini? Mau hidup di rumah ini juga?  Mau merepotkan Bunda dan aku lagi?" Jongho bertanya sarkas, menatap San dan Wooyoung bergantian.

"Kakak juga, sama aja kayak Abang, gak tau malu. Semua orang kaya ternyata sama ya? Seenaknya sendiri, dengan mudahnya malah numpang di rumah kami setelah diusir keluarga,"

Wooyoung menautkan jari-jarinya, menunduk lesu setelah mendengar perkataan Jongho yang diperuntukkan padanya.

"JOVI!"

San cengkram kerah baju adiknya itu, ucapannya tak pantas diberikan pada Wooyoung, menatap tajam dengan sorot marah, tetapi hanya dibalas tatapan datar yang ditunjukkan Jongho.

"Apa? Bang Arka mau mukul aku? Silahkan,"

San menahan gejolak emosi di dalam dirinya, melapaskan cengkraman sebelum mengalihkan wajahnya dari Jongho.

"Kalau kamu kira kami bakal hidup di sini, kamu salah besar, aku dan Ares bakal pergi dari Jakarta setelah menikah," Ujar San, membuat langkah Jongho yang hendak pergi tadi, terhenti.

"Itu kan yang kamu mau?" Tanya San.

Jongho terdiam, cukup lama, hingga,"Bagus kalau begitu," Lalu lanjut melangkahkan kakinya, meninggalkan mereka yang masih berdiri di ruang tamu.

Bunda Dian tersenyum lesu menatap anak dan calon menantunya itu, sebelum ikut menyusul Jongho untuk bicara berdua padanya.

"Maaf ya Res," San menoleh pada Wooyoung yang masih tampak kikuk.

"Buat?" Wooyoung menyahut, ikut menoleh, hingga kedua netra yang terlihat lelah itu saling bertabrakan.

"Karena ucapan Jovi tadi, gak usah masukin ke hati," San mengelus punggung tangan Wooyoung, sebelum tangan itu berpindah menyentuh pipinya.

Dibalas senyum teduh oleh Wooyoung,"Gak masalah kok,"

°

Pernikahan mereka hanya dilangsungkan di KUA, mengurus berbagai persyaratan kemudian langsung melakukan pernikahan. Semua itu hanya berjalan setengah hari.

San dan Wooyoung, telah sah menjadi sepasang kekasih resmi dalam negara maupun agama.

Saling menggenggam erat tangan masing-masing yang telah terpaut cincin pernikahan, hari yang tak pernah Wooyoung bayangkan datang juga. Laki-laki yang berada di sebelahnya ini, San, telah resmi menjadi suaminya.

Bunda Dian kembali mengantarkan keduanya ke rumah, guna mengemasi berbagai barang-barang.

Ada rasa tak tega yang dirasakan wanita paruh baya itu, melepaskan anak sulungnya untuk membangun keluarga baru. Ia kira hal tersebut, masih lama datangnya, ternyata secepat ini, tak pernah mengira.

Satu koper milik Wooyoung dan satu tas tansel berukuran besar milik San telah siap diletakkan di teras rumah. Dengan pasangan yang baru saja resmi ini juga telah siap berdiri di sana menunggu taxi yang telah dipesan untuk menuju stasiun.

"Bunda, kami pamit dulu ya,"

Bunda Dian sebenarnya sudah dari tadi menahan diri untuk tidak menangis, tetapi tetap saja pertahanannya selalu runtuh.

Young Parents | WOOSAN (SANWOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang