Pikiran

1K 138 21
                                    

Met malam senin, vote + comment sangat berarti, enjoy!

°

"Makanan sebanyak ini, buat apa?"

Wooyoung menoleh, mendapati Sang Suami yang baru pulang, datang menghampirinya saat sedang beberes di dapur. 

"Ya ampun Ka, kaget tau, tiba-tiba nongol gak ada bilang apa-apa," Wooyoung yang sedang menyusun makanan sisa di kulkas bangkit menuju San hendak mengambil alih jarsey hijaunya untuk digantung di jemuran kain. 

"Habisnya kamu aku panggil-panggil gak nyahut," Balas San, kemudian duduk di kursi meja makan, mengambil satu bakwan yang tersaji di sana. 

Wooyoung kembali setelah menggantung jarsey suaminya,"Maaf, tadi benar-benar gak dengar,"

San menghela nafas berat,"Kamu hati-hati lho Res, kebiasaan banget pintu juga gak dikunci gitu, kalau ada maling yang masuk ke rumah gimana? Untung hari ini aku pulang gak terlalu larut," San tatap suami kecilnya yang kelihatannya merasa bersalah itu.

"Aku lupa Ka, maaf ya, besok-besok gak gitu la-"

"Itu sih udah kebiasaan kamu Res, hal-hal kecil kayak gini kamu kurang banget, tadi aku juga lihat teras rumah masih kotor sama daun-daun kering," Potong San cepat, padahal tadi pagi dia sudah berpesan pada Wooyoung untuk minta tolong dibersihkan teras dan pekarangan karena benar-benar kotor banget sama dedaunan kering yang jatuh dari pohon.

Wooyoung beneran gak ingat, seharian ini dirinya dengan Seonghwa berkutat terus di dapur,  ada acara arisan ibu-ibu komplek sebelah. Wooyoung dan Seonghwa diminta untuk membuat katering minimal tersaji tujuh jenis lauk. Usaha yang mereka geluti sekarang lumayan menghasilkan banyak, dan San belum tau akan hal ini. 

Si manis hanya diam, rasa bersalah semakin menjadi-jadi saat ditatapnya San yang kelihatan marah padanya. 

"Sifat malasmu itu, aku kira bakal hilang setelah kita menikah, ternyata sama aja, harusnya aku tau, anak yang berasal dari keluarga kaya kayak kamu Res, gak bakal berubah sifat manjanya mau sampai kapan pun," 

"Arka aku minta maaf,"

San berjalan menuju kulkas, dibukanya pintu kulkas itu, memperlihatkan banyak jenis makanan yang tersaji di sana.

"Terus aku mau tanya, makanan sebanyak ini buat apa?" Menatap Wooyoung menuntut jawaban.

"Kamu habisin banyak uang karena ini?" Lanjut San sebelum Wooyoung sempat memberi alasan. 

Gelengan keras San terima,"Ini sisa makanan dari usaha aku Ka,"

San menaikkan satu alisnya,"Usaha?"

Wooyoung mengangguk kecil,"Aku sama Mas Senja buka usaha katering, maaf karena gak bilang-bilang sama kamu karena aku tau kamu gak bisa ngizinin aku, aku cuma mau mengisi waktu selama kamu kerja aja kok Ka," 

San membanting pintu kulkas, cukup kuat hingga membuat Wooyoung terlonjak kaget karena suara bantingan tersebut.

"Kamu denger gak sih apa yang aku bilang waktu itu? Kamu gak perlu kerja, aku aja, apa bener uang aku gak cukup buat keseharian kamu yang terlampau mewah itu? Kalau gitu kenapa kamu mau menikah secepat ini denganku?" 

Wooyoung tercekat, tak percaya San akan bicara seperti itu padanya. Tentu saja hatinya sakit.

"Bukan gitu Arka! Kamu bisa gak sih jangan kebawa emosi gini?!" Wooyoung berseru, sorot matanya tampak lelah.

Lalu kedua tungkai dibawa pergi, meninggalkan San di dapur menuju kamar mereka. Pintu ditutup rapat, San dapat mendengar suara pintu kamar yang terkunci dari dalam. 

Young Parents | WOOSAN (SANWOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang