Di depan Mata

1.1K 181 20
                                    

Guys? Sepi banget lochhh😔☝️ Ramaikan dong, mengsedih ༎ຶ‿༎ຶ

Btw, Enjoy the chap!

°

"Jadi karena ini Bang Arka babak belur? Dihajar habis-habisan sama keluarga Kak Ares?"

San menoleh kearah Jongho, adiknya itu tampak santai, tapi tetap gak bisa bohong kalau raut wajahnya menunjukkan emosi yang mendalam.

Sama halnya dengan Sang Bunda yang tiba-tiba merasa lemas mendengar kabar dari San. Duduknya sedikit menjauh dari si sulung, dengan air muka yang terlihat kecewa berat. Ditambah dengan nafas tersengal.

Jongho yang menyadari hal tersebut segera membantu Bundanya agar tenang.

"Bunda gak tau mau ngomong apa lagi sama kamu Ka, kamu ini udah besar, Bunda kira hal-hal yang seperti ini gak bakal terjadi sama kamu,"

Mengambil nafas sebentar, Bunda Dian mulai membuka suara lagi.

"Bunda gak minta apa-apa sama anak-anak Bunda, Bunda cuma minta kalian tetap semangat buat gapai cita-cita, gak usah mikir apapun, biar Bunda yang berjuang. Hiks.. A-ayah kalian udah gak ada, jadi tolong Bunda, jangan ngelakuin hal macam-macam,"

Air mata mulai mengalir ditambah dengan isakan yang lolos, menatap San dengan sorot mata yang menunjukkan luka dalam. Tak bisa dipungkiri, San benar-benar terpukul mendengar suara Sang Bunda yang terdengar bergetar, sungguh menyayat hatinya.

Jongho mengelus pelan punggung Sang Bunda.

"Terus sekarang mau kamu apa Ka?"

San termangu cukup lama, mengepalkan tangannya, mulutnya kelu, seakan tak dapat bersuara lagi.

PLAK!!!

Jongho tersentak kaget, mendengar suara tamparan keras yang diberikan Bunda Dian kepada San. Dari tadi dia sudah menahan diri untuk tidak memberikan pelajaran kepada Sang Abang, tetapi Jongho malah dikejutkan dengan pergerakan Bundanya yang terlalu tiba-tiba ini.

San terdiam, sama sekali tak merespon perlakuan dari Bundanya, kepalanya terus menunduk, dengan helaian poni yang jatuh menutup wajah. Dia tahu, bahwa tamparan ini sakitnya tak seberapa dengan sakit yang Bundanya rasakan sekarang.

"Kamu tau kan, Bunda gak pernah nampar atau mukul kamu selama ini?"

San mengangguk.

"Jawab pertanyaan Bunda, Arka! Pakai mulut," Seruan itu mampu membuat San menggenggam erat tangan kanan Sang Bunda yang terasa dingin dan bergetar disaat bersamaan, setelah menamparnya barusan.

Tangannya ditepis, bahkan Bundanya tak ingin menyentuh.

"Arka bakal tanggung jawab Bun, Arka udah yakin dengan semua yang bakal terjadi, Arka bakal nikahin Ares," Ucap San, menatap kedua netra Bunda Dian dengan penuh keyakinan.

Lagi-lagi hanya isakan yang keluar dari mulut wanita yang telah merawat dan membesarkan San dari bayi hingga saat ini.

"Nikah gak segampang itu Ka, kamu tau kan... Punya keluarga, apalagi kalau anak kalian lahir, nanti-"

"Bunda, Arka mohon, ini semua sepenuhnya kesalahan Arka, Arka gak mau ngerepotin Bunda terus, jadi tolong izinkan Arka jadi laki-laki yang bertanggung jawab, yang gak lari dari masalah, setelah ini Arka janji gak bakal minta sesuatu lagi sama Bunda dan Jovi,"

Ucapan itu lolos juga San utarakan, menunggu Bunda Dian agar lebih tenang lagi sebelum dia membawa adik dan Bundanya itu untuk menemui keluarga Wooyoung.

Young Parents | WOOSAN (SANWOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang