Sulit

1.1K 147 27
                                    

Tidak bosan untuk selalu mengingatkan, vote & comment for me, enjoy ya!

°

"Lulusan SMP?"

San mengangguk, keringat dingin mengalir dari dahinya. Menunggu lanjutan ucapan yang keluar dari mulut wanita paruh baya di hadapannya kini.

"SMA-ne?" Masih bersikeras mengintrogasi San.

"Putus sekolah,"

Jawaban San yang tidak memuaskan atau karena hal lainnya, San tidak tahu, wanita di hadapannya ini hanya menghela nafas pelan dengan raut muka yang tidak bisa di baca.

"Putus sekolah karena ekonomi keluarga Bu," Lanjut San kemudian.

Ibu itu manggut-manggut tanda mengerti,"Kalo misal e saya taro awakmu ning bagian office boy, wes mau ta?"

San segera mengangguk,"Iya Bu, gak masalah,"

"Oke, silahkan pulang dulu, entar saya kabari keputusannya," Sahut Si Ibu final.

San bingung, dirinya pun bangkit lagi dari bangku yang telah dipersiapkan,"Ba- baik, saya permisi dulu, terima kasih Bu atas waktunya,"

Salah satu alasan yang termasuk penolakan lagi untuknya.

Ibu itu mengangguk, San pun pergi keluar dari kantor perusahaan. Berjalan menuju parkiran dengan badan letih dan pikiran yang kacau. Ini bukan perusahaan pertama baginya, hampir sepuluh kantor yang San datangi dari kemarin tidak menerima lowongan pekerjaan.

Apa yang dapat diharapkan dari anak yang putus sekolah seperti San ini?

Kepalanya udah pusing, di tengah terik matahari tidak ada satupun kabar gembira yang dirinya dapat. Mana saat ini dia belum mendapat orderan sekali pun.

Menghidupkan kembali motornya, San bangkit lagi untuk mencari tempat kerja lain. Mengelilingi kota berharap agar mendapatkan pekerjaan untuk dapat mencukupi kebutuhan keluarga kecilnya.

San terhenti di depan para pekerja bangunan di dekat perkampungan kecil. Di sana banyak orang-orang yang bekerja sebagai kuli. Cepat-cepat San turun dari motor menuju seorang yang sedang memantau para pekerja di seberangnya.

"Permisi Pak,"

Seorang pria dengan wajah sangar segera menoleh menatap San dari ujung rambut hingga ujung kaki. Satu alisnya terangkat.

"Anu, apa ada lowongan pekerjaan untuk menjadi kuli bangunan di sini Pak?" Tanya San hati-hati.

Bapak itu mematikan rokoknya, lalu membuang puntung rokok itu entah ke mana.

"Kowe sopo?"

"Nama saya Arka Pak, saya memang sedang mencari pekerjaan," Jawab San yang masih dibalas dengan keheningan oleh Si Bapak.

"Gak ada gak ada, pulang kamu, neng kene gak butuh pekerja yang masih muda koyo kamu," Tolak Si Bapak tajam menatap San.

San masih tak beranjak dari tempatnya, "Saya bisa bantu-bantu Pak, ngangkatin beban berat saya bisa  dan sudah terbiasa,"

"Kamu ra mudeng? Nduwe kuping ta? Sana balik, neng kene orang-orang lagi pada sibuk kerja, saya ra duwe wektu buat ladeni kamu,"

"Saya mohon Pak, saya butuh pekerjaan tetap buat keluarga saya," Ujar San dengan nada bicara yang terdengar bergetar.

Wajar, dari tadi dia hanya berkeliling mencari pekerjaan, belum mengisi perut yang mulai perih minta diisi makanan. Jangankan makan, minum saja dia tidak sempat.

"Pergi atau saya panggil satpam buat usir awakmu yang ganggu para pekerja?"

San menghela nafasnya berat, melangkah pergi dari tempat kontruksi kembali menuju motornya yang terparkir di bawah pohon rindang.

Young Parents | WOOSAN (SANWOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang