Setelah Kejujuran

2.1K 195 30
                                    

Vote sebelum baca, jangan lupa comment juga! Oke? Enjoy.

°

"Untuk tugasnya jangan lupa dikerjain, Ibu tutup pertemuan hari ini, sampai jumpa minggu depan,"

Wooyoung membereskan berbagai alat tulis untuk dimasukkan ke dalam ransel, San yang berada di sampingnya menunggu hingga cowok manis itu selesai dengan batang-barangnya.

"Hari ini kamu ada bimbel kan? Mau langsung aku anter-"

Wooyoung menggeleng sebelum San sempat melanjutkan ucapannya,"Hari ini aku mau izin bimbel dulu, kepalaku pusing,"

Ada rasa khawatir yang San rasakan saat Wooyoung mengatakan hal tersebut.

"Nanti sampai rumah istirahat ya? Kalau ada apa-apa hubungin aku," Ujar San yang langsung dibalas anggukan dari Wooyoung.

Mereka berdua jalan menuju parkiran, San menghidupkan motornya sebelum Wooyoung duduk di jok.

Selama di perjalanan Wooyoung hanya menyenderkan kepalanya pada pundak San, tangannya melingkar pada pinggang lelaki itu. Salah satu tangan San yang sedang pegang  kemudi motor, bergerak pindah menggenggam punggung tangan Wooyoung yang masih setia melingkar pada pinggangnya.

Posisi mereka tetap seperti itu hingga sampai di depan gerbang rumah Wooyoung.

"Jangan lupa makan," San membantu Wooyoung untuk melepas kait helmnya.

"Iya, kamu hati-hati,"

"Aku pulang dulu Res," Surai legam Wooyoung San usap, sebelum cowok itu mulai melajukan motornya keluar dari kawasan elit di mana menjadi kawasan tempat tinggal pacar manisnya itu.

San termenung, masih dengan melajukan motor maticnya di bawah kecepatan 40. Setelah kejadian mengejutkan saat istirahat siang tadi, tak ada lagi pembicaraan mengenai 'itu' diantara San dan Wooyoung.

Masing-masingnya hanya diam setelah San tidak ingin dulu membocorkan hal ini kepada siapapun. Wooyoung hanya bisa mengangguk sambil berusaha menahan tangisan dan menghapus air mata.

Otaknya kembali berputar mengingat kejadian sebulan yang lalu. Keseluruhannya murni karena kesalahan dirinya. Yah, jika sudah berdua, setan itu pasti datang, menggoda musuhnya.

Tiiiiiinnn!

San tersentak dari lamunan, mendadak mengerem motornya saat sebuah mobil pickup hampir saja menabraknya.

"Anjing! Kalau bawa motor jangan ngelamun!" Misuh supir itu kepada San yang saat ini berusaha mengucapkan kata maaf berkali-kali.

Sepertinya San harus mengistirahatkan badannya dahulu. Jiwa dan raganya hampir melayang karena kepikiran Wooyoung terus-menerus.

°

"Lho, Adek udah pulang? Gak bimbel?"

Wooyoung yang hendak menaiki anak tangga menuju kamarnya terhenti saat suara wanita paruh baya datang menghampiri.

"Maaf Mi, Ares izin bimbel hari ini ya, kurang enak badan," Jujur Wooyoung sebelum lanjut kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga ketiga.

Mami mendekati Wooyoung, punggung tangannya menempel pada dahi anak bungsunya.

"Gak demam sih, tapi iya wajahmu pucat, kita ke dokter aja ya sayang?" Tanya Mami dengan tatapan mata khawatir.

Wooyoung segera menggeleng,"Ga-gak usah Mi, Ares istirahat aja di kamar,"

Raut khawatir masih Mami tunjukkan sebelum wanita itu mengangguk,"Ya sudah kamu mandi air hangat, ganti baju, terus langsung tidur aja, nanti makan malamnya Mami suruh Mbak Ina anter ke kamarmu ya,"

Young Parents | WOOSAN (SANWOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang