Siang-siang, Taehyun lagi di toko bunga milik mama Naya. Ada Naya juga disana, dia menatap Taehyun heran.
"Bunga buat siapa?" Tanya Naya sambil mengikuti Taehyun yang masih memilih bunga.
"Mau tau aja, buat seseorang," jawab Taehyun.
"Lo punya seseorang spesial? Siapa? Kasi tau dong." Naya memelas.
"Kalo gue jawab bunda gue gimana?" Taehyun mengalihkan pandangannya dari bunga kearah Naya.
"Ga percaya."
"Kepo banget lo, Nay," sahut abangnya yang juga ada disana.
"Berisik, kerjain aja skripsi lo biar ga ditolak." Kesal Naya.
Taehyun sebagai teman Naya, sudah biasa dengan pemandangan itu. Bahkan dulu waktu kerja kelompok dirumah Naya, abang-adik itu pernah lempar-lemparan pensil tajam. Sadis memang.
Membiarkan Naya dan abangnya beradu mulut, Taehyun masih melanjutkan kegiatannya memilih bunga.
"Nay, gue mau yang ini." Taehyun menunjuk buket bunga mawar putih.
"Ini lo serius mau kasih buat bunda?" Tanya Naya sekali lagi.
"Gue ada bawa sup tadi dari bunda." Taehyun mengalihkan pembicaraan dan keluar mengambil sup nya.
"Jawab pertanyaan gue dong!" Naya menyusul Taehyun.
"Nih sup nya." Taehyun memberikannya pada Naya.
"Wah udah pake motor lagi ya lo." Naya menatap motor Taehyun.
"Gue bayar pake sup ya." Taehyun tertawa kecil.
"Enak aja." Kesal Naya.
"Santai Nay, gue bukan Kai."
"Kai aja ga pernah beli bunga disini, kasian jomblo." Naya terkekeh lalu masuk kedalam toko diiringi Taehyun.
Setelah pembayaran selesai, Taehyun pamit dan langsung bergegas pergi menuju rumah orang yang akan diberikan bunga.
Taehyun kerumah Nadine. Bawa sup bikinan bundanya sama buket bunga mawar putih yang dia beli. Taehyun lagi liatin Nadine yang lagi makan siang.
"Apa?" Tanya Nadine.
"Ga, cuma mau liatin lo," jawab Taehyun.
"Gue bosen," ucap Nadine.
"Sama."
"Gue kira lo ada solusi, kesel lah." Nadine mencuci piring bekas makan dan menyimpan sup nya.
Taehyun terkekeh, dia langsung keluar dari rumah Nadine duduk di teras. Nadine yang melihat itu langsung buru-buru keluar.
"Kemana?" Teriaknya.
"Kunci dulu rumah nya," suruh Taehyun, yang langsung Nadine lakukan.
"Udah."
"Ke taman depan, sekalian beli es krim, mau?" Tawar Taehyun.
"Mau!" Nadine berseru senang.
"Bunga yang tadi gue bawa di simpen, jangan sampe layu. Gue beli di toko Naya," jelas Taehyun.
"Dia tau?"
"Tau apa?"
"Kita pacaran." Nadine mengecilkan suaranya.
"Gue ga mau ada yang tau selain om Rafa dan bunda, Nadine." Taehyun mengusap rambut Nadine.
Nadine mengangguk dan memberikan senyum manis nya pada Taehyun, Taehyun menghidupkan mesin motornya. Nadine langsung menaiki motor Taehyun dan memeluk pinggang Taehyun erat.
Taehyun terkejut, "Nadine, gue lemah, gue loyo."
"Kenapa?" Tanya Nadine khawatir.
"Lo peluk, gue ga kuat nyetir motor nih." Taehyun terkekeh.
"Lebay lo! Jalan gak!" Suruh Nadine yang menyembunyikan wajah merahnya.
Nadine menyenderkan kepalanya di pundak Taehyun, wangi dari hoodie Taehyun benar-benar candu. Menikmati angin sepoi-sepoi yang mengusap wajah gadis itu. Siang ini hari tidak terlalu panas seperti biasanya, pergi ke taman memang cocok di suasana yang seperti ini.
Apalagi bersama Taehyun.
Entah sejak kapan, Nadine merasa Taehyun memacari nya bukan karena hasil taruhan itu. Walaupun kadang dia judes pada Taehyun.
Sesampainya di sana, mereka berdua langsung memilih es krim yang di mau. Keduanya sama-sama memilih es krim coklat.
Taehyun menggenggam tangan Nadine, mencari tempat duduk di taman.
"Romantis banget, lo ga curiga?"
"Gue sih curiga, makasih atas infonya."
"Sejak gue liat dia beli bunga, gue udah curiga."
"Mereka nyembunyikan sesuatu gitu?"
"Lo liat aja waktu tadi di jalan, Nadine meluk Taehyun."
"Itu hal yang ga biasa sih."
"Ga biasa, Nadine biasanya cuma pegangan bukan peluk."
Lain hal nya dengan dua manusia yang menikmati es krimnya masing-masing. Taehyun menatap Nadine yang sedang fokus pada es krimnya.
Taehyun tersenyum tipis, dia mengusap rambut Nadine hingga membuat Nadine menatap nya.
"Minggu depan liburan sama Kai, Naya, mau?" Tanya Taehyun.
"Mau, kemana?" Nadine mengangguk semangat.
"Bogor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival ; 𝗞. 𝗧𝗮𝗲𝗵𝘆𝘂𝗻 [✓]
FanficMereka bersaing untuk mendapatkan peringkat satu paralel, ketika sebuah rahasia terungkap, salah satunya memilih untuk mengalah dan membiarkan saingannya menjadi nomor satu di peringkat paralel. ⚠️ Violence, trauma, depression.