5 tahun kemudian.
Tepat di hari kelulusan Nadine, semuanya berbahagia. Kai, Naya dan Rafa mengikuti acara dari awal hingga selesai. Sekarang mereka ingin berkumpul lagi di lapangan kampus. Melewati gedung FH, fakultas hukum, dimana ada satu mimpi yang terkubur disana.
Kai berusaha untuk tidak menatap gedung itu, pandangannya tetap lurus sambil merangkul pundak Nadine dan Naya, memberikan kode untuk tidak memikirkan dia di hari yang bahagia.
Padahal sebelum ke kampus Nadine, mereka juga sempat pergi ketempat istirahat dia. Bahkan ada sedikit tangisan, lagi.
Dilapangan Nadine bersama teman kampusnya berfoto bersama dan juga dengan tiga orang tersayang nya, Kai sebagai fotografer hari ini. Sesudah selesai, mereka berbincang-bincang.
"Pah, Kai, Nay. Nanti kita misah aja ya pulang nya," ucap Nadine.
"Mau kesana?" Tanya Kai, Nadine mengangguk.
"Hati-hati Dine, oh iya lo bulan depan ulang tahun." Naya mengingatkan.
"Salah, lusa ulang tahun gue." Nadine menggeleng.
"Itu kalo dia yang ngucapin, lusa ulang tahun lo." Naya terkekeh, Nadine selalu saja menjadikan itu lelucon padahal dia mengerti lusa adalah hari yang paling Nadine benci. Tentunya dirinya juga membenci hari itu, sudah bertahun-tahun yang lalu entah mengapa sampai hari ini Naya masih saja menangisi nya.
Saat lusa nanti Nadine akan pergi kesana seharian penuh, tidak ada yang bisa menganggu. Kemudian harinya barulah Kai dan Naya berdua. Mereka berdua juga menghabiskan waktu seharian hanya untuk menceritakan suka duka dari kehidupan mereka.
"Kamu pergi nya naik apa?" Tanya Rafa.
"Iya tuh, ga mau gue anterin? Gue nanti tungguin di mobil aja, lo bebas deh," tawar Kai.
"Ya udah aku bareng Kai aja, papah anter Naya pulang, jagain ya pah." Nadine mengangguk.
"Gak om, aku di jemput pacar." Naya terkekeh kecil.
"Dasar anak muda, sebelah dua ratus sama Kai," balas Rafa.
"Sebelas dua belas dong om, emang Kai sama pacar Kai kaya Naya? Tentu tidak." Kai tidak setuju.
Nadine hanya tertawa melihatnya, Rafa selalu saja mengejek Kai dan Naya bersama pasangannya masing-masing. Sedikit menyakitkan untuk sadar bahwa hanya dirinya yang sendirian sekarang, padahal dulu dia orang pertama yang memiliki hubungan.
"Oh iya om, makasih ya udah ajarin Kai nyetir mobil." Kai terkekeh.
"Makasih juga, hari ini borong bunga Naya buat Nadine semua." Naya tertawa karena teringat wajah shock Nadine melihat bunga-bunga yang dibawa Rafa.
"Gampang itu, impian kalian udah terwujud kan? Sekarang relain dia."
"Untuk sekarang aku sih rela om, cuma luka nya masih basah."
"Bener kata Kai, masih basah."
"Basah-basah gitu kalian juga udah punya pasangan masing-masing yang bisa obatin!" Ejek Rafa.
Kai membuka kaca mobilnya, lalu Kai melambaikan tangannya pada Nadine, lalu melemparkan satu kotak tissue pada Nadine, tapi Nadine kembalikan.
"Loh, takut nangis! Tadi pagi aja nangis!" Ejek Kai.
"Berisik." Kesal Nadine.
Nadine berjalan meninggalkan Kai, didepannya sekarang adalah tempat dimana orang yang sangat dia sayangi berada.
"Mamah, Nadine udah lulus kuliah yey, udah jadi sarjana."
"Bulan depan udah dua puluh satu tahun, mah."
"Nadine ke Devan dulu ya, mah."
"Bye bye."
Nadine berpindah tempat, melihat namanya saja sudah membuat Nadine merasa sesak.
"Next month I will be twenty one years old, and you still be seventeen."
"Lusa juga udah dua puluh satu aku nya."
"Spesial banget ya aku? Sampe ulang tahun dua kali?"
"Gara-gara kamu."
"Aku udah lulus kuliah, Tae."
"Udah sarjana, kamu ga mau kasih aku buket bunga mawar putih?"
"Ngomongin buket bunga, bunga yang lima tahun lalu udah layu semua."
"Aku udah cerita ke kamu atau belum ya?"
"Hobak udah mati, dia mogok makan."
"Satu lagi, rumah di Bogor selalu aku, Kai dan Naya bersihin walaupun ga ada yang tinggal disana."
"Dan... Satu minggu sebelum hari kelulusan, Beomgyu nyatain perasaan nya."
"Should I?"
"I still love you, but i can't be like this anymore."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival ; 𝗞. 𝗧𝗮𝗲𝗵𝘆𝘂𝗻 [✓]
FanfictionMereka bersaing untuk mendapatkan peringkat satu paralel, ketika sebuah rahasia terungkap, salah satunya memilih untuk mengalah dan membiarkan saingannya menjadi nomor satu di peringkat paralel. ⚠️ Violence, trauma, depression.