Keesokan harinya. Kali ini Nadine yang mengajak, Taehyun sih apa saja iya. Nadine mengajak untuk jalan pagi.
Taehyun hanya diam sambil mendengarkan musik dari airpods yang hanya dia pakai sebelah, karena dia sambil mendengarkan cerita Nadine.
"Taehyun, ngerasa kalo kita di liatin orang ga?" Tanya Nadine tiba-tiba.
"Ga, Nadine," jawab Taehyun santai.
"Kenapa gue ngerasa ya? Dua kali berturut-turut." Nadine mengetuk dagu nya bingung.
"Masa? Emang siapa yang bakal ngikutin kita?" Tanya Taehyun balik.
"Beomgyu? Kai? Naya? Papah?" Tebak Nadine sembarang.
"Om Rafa ga segabut itu, Nadine." Taehyun terkekeh.
"Oh iya papah kan kerja." Nadine mengangguk setuju.
Taehyun melepaskan genggaman tangannya dan mengambil jalan disamping jalan raya, menggeser Nadine perlahan agar jauh dari jalanan. Setelah itu dia kembali menggenggam tangan Nadine.
Siapapun tolong Nadine. Dia mau meleleh.
"Pake!" Tegas Taehyun tiba-tiba memberikan kedua airpods nya.
"Kenapa?" Nadine menerima airpods itu.
Taehyun tidak menjawab, dia menarik Nadine cepat ke taman yang luas. Namun usaha nya terlambat. Nadine sudah melihatnya dan bahkan mendengarkan nya.
Genggaman tangan Nadine mengerat, membuat Taehyun sadar bahwa Nadine sudah menyadarinya. Segeralah Taehyun menarik Nadine kedalam dekapannya.
"Tutup telinga lo," bisik Taehyun.
"Mamah.." lirih Nadine.
"I'm here for you," bisik Taehyun sekali lagi.
Hal yang Nadine lihat itu adalah ambulans dan bunyi nya yang begitu nyaring terdengar. Nadine trauma akan hal itu, sejak kelas VI SD. Dimana mamah nya dibawa oleh mobil besar itu dan dipulangkan bersama mobil itu juga.
Terdengar isakan kecil, gadis yang hanya setinggi dagu Taehyun itu menangis. Taehyun mengusap perlahan rambut Nadine. Dia dan dua temannya tahu betul tentang trauma ini, makanya dia bertindak cepat walaupun kali ini gagal.
"Mau ketemu bunda?" Tawar Taehyun.
"Ya udah, kita pulang ya?" Ajak Taehyun karena tidak mendapat jawaban.
Sebelum memesan taksi online, Taehyun membuka room chat nya dengan bunda.
Sesampainya di rumah Taehyun, mereka langsung disambut oleh bunda. Lebih tepatnya Nadine yang disambut.
"Bunda.." Nadine langsung memeluknya.
"Kenapa nangis?" Tanya Arina to the point.
"Trauma ku, bun," jelas Nadine.
Arina mengajak Nadine keruangan tamu, dan Taehyun duduk di samping Nadine yang masih memeluk bunda nya.
Ada rasa iri tentunya. Taehyun menatap keduanya penuh rasa iri.
"Nadine mau masak bareng bunda ga?" Ajak Arina.
"Mau bun," jawab Nadine tersenyum.
"Nah gitu dong, senyum." Arina langsung membawa Nadine ke dapur.
Melihat keduanya yang pergi ke dapur, Taehyun mengikuti. Siapa tau dia bisa membantu. Taehyun duduk di meja makan.
Nadine mulai membagi tugas nya bersama bunda. Karena ini masih lumayan pagi, Nadine dan Taehyun juga sudah sarapan, maka dari itu mereka hanya memasak frozen food.
"Awas panas," tegur Taehyun.
"Ini kompornya juga belum di nyalain." Nadine menunjuk kompornya.
"Gue ngingetin."
"Gue bisa, Taehyun."
"Gue juga, Nadine."
Taehyun sekarang ingin ikut, dia memilih untuk ikut Nadine yaitu memasak frozen food. Sedangkan bunda lagi menyiapkan beberapa piring.
Taehyun mengambil alih perkompor-an, Nadine di suruhnya membuat makanan kedalam wajan.
"Berani ga?" Tanya Nadine
"Berani dia, Dine. Suka masak kok anak nya," sahut Arina.
"Oh iya bun, dia kan hobi masakin aku sama Kai sama Naya, lo mau masakin gue tiap hari?" Nadine menatap Taehyun.
"And if I do?" Balas Taehyun.
Balasan Taehyun dapat membuat Nadine terdiam, dan dia langsung pergi mengambil beberapa piring. Taehyun terkekeh kecil melihat tingkah lakunya.
Setelah semuanya sudah, Nadine memakan dengan semangat. Dia sudah terlupa dengan hal tadi. Ambulans maksudnya, kalau ucapan Taehyun masih terdengar ditelinga.
"Pelan-pelan," celetuk Taehyun.
"Iya Tae," jawab Nadine lalu berniat untuk menyuapi Taehyun.
Awalnya Taehyun tidak mau, tapi Nadine memaksa. Sekali lagi, Taehyun apa saja selalu iya. Dia membuka mulutnya dan memakan makanan itu dengan senyum terbaik kearah Nadine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival ; 𝗞. 𝗧𝗮𝗲𝗵𝘆𝘂𝗻 [✓]
FanfictionMereka bersaing untuk mendapatkan peringkat satu paralel, ketika sebuah rahasia terungkap, salah satunya memilih untuk mengalah dan membiarkan saingannya menjadi nomor satu di peringkat paralel. ⚠️ Violence, trauma, depression.