Chapter 29

1.4K 184 21
                                    

Lagi ada ide nih. Update dulu ah~

Yuk, komen yuk WKWKWK lihat kejutannya di chapter ini😌😌

💌💌💌

Mungkin sebagian dari kalian ada yang bingung kenapa Yuuhi bisa berada di Tokyo, bahkan sampai berpapasan dengan Toshiki. Long short story, Yuuhi diberikan libur yang cukup lama dan sebagai anak muda, tentu Yuuhi memanfaatkan moment ini untuk menjadi ajang liburan ke Tokyo. Manfaatkan waktu untuk liburan demi kebahagiaan diri sendiri adalah prinsip Yuuhi.

Sayangnya, dalam hidup manusia itu tidak selamanya semua keinginannya itu berjalan mulus. Kemarin, ketika sedang jalan-jalan, Yuuhi melihat seorang anak muda yang hendak bunuh diri dengan cara meloncat dari atas jembatan dan tentu tubuhnya spontan menarik anak itu untuk mencegah ia bunuh diri.

Kalau di logika orang pada umumnya, harusnya jembatan tempat yang anak muda itu mau bunuh diri itu tempat yang ramai, namun entah kenapa mendadak sepi seolah-olah mendukung aksi anak itu untuk bunuh diri.

Kesal karena aksinya dicegah oleh Yuuhi, anak muda itu tentu saja memberontak dan mencakar wajah Yuuhi agar Yuuhi melepaskannya, tapi sayangnya Yuuhi sama sekali tidak mau melepaskan anak itu dan untung saja ada orang yang melihat mereka dan menolongnya dengan memanggilkan pihak keamanan.

Ketika keamanan telah tiba, Yuuhi meminta mereka untuk membawa mereka ke klinik terdekat. Ini bukan perkara soal wajah Yuuhi yang terluka karena dicakar, tapi juga karena tubuh dari anak itu penuh luka.

Alhasil karena klinik terdekat adalah klinik pribadi seorang psikiater yang untung saja mereka mau menerima untuk menolong Yuuhi dan anak muda itu. Oleh karena itu, Yuuhi bisa bertemu dengan Toshiki yang baru saja menemui dan mendapatkan obat dari psikiater.

Tapi karena kondisi Toshiki yang tidak baik, Yuuhi memutuskan untuk tidak terlalu banyak bicara dengannya. Kesehatan Toshiki secara fisik dan mental adalah prioritas Toshiki saat itu, bukan meladeninya yang hanya senang bertemu dengan orang yang ia kenal.

"Semoga kau cepat sembuh," doa Yuuhi untuk Toshiki bersamaan dengan kakinya yang terus berjalan membawanya mengelilingi Tokyo.

💌💌💌

"Lama tidak berjumpa, Sagara. Bagaimana kabarmu?" Sapa sekaligus tanya Honda Hatori, psikolognya Sagara.

"Secara keseluruhan tidak terlalu baik." Sagara menjawab dengan jujur dan mencoba mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum bercerita dengan Hatori.

Sagara menceritakan semua hal yang menurutnya sangat menarik perhatiannya hingga membuat dirinya lelah secara psikis maupun fisik, dan tanpa ingin menyangkal, kondisi Himari juga menjadi salah satu sumber stressnya.

Iya, betul bahwa kondisi jantung Himari yang bisa membaik atau menurun itu semua di luar kendalinya Sagara, tapi permasalahannya, Sagara adalah dokter jantung yang bertanggung jawab atas kesehatan Himari, jadi secara tidak langsungpun kondisi Himari yang selalu naik turun ini juga berkontribusi dalam naiknya stress.

Sebagai dokter, Sagara memang sudah melakukan hal terbaik yang bisa ia lakukan untuk menolong bocah itu, sebagai dokter juga, dirinya sadar bahwa ada banyak hal yang berada di luar kendalinya yang bisa saja membuat kondisi pasien naik-turun. Tapi sekalipun sudah sadar dan melakukan aksi yang sekiranya sudah tepat, Sagara sebagai manusia, juga terkadang masih overthinking dan terlalu keras pada dirinya.

Hatori yang telah menjadi psikolog Sagara sejak Sagara masih berstatuskan dokter muda itu sebenarnya tersenyum bangga padanya. Setiap pertemuannya, Sagara sudah berkembang menjadi lebih baik dan Hatori yang melihat perkembangan itu tentu ikut bangga dan senang. Di mata Hatori sekarang, Sagara sudah lebih jauh bisa menerima realitas, lebih dewasa, lebih peduli, dan terus berproses menjadi lebih baik. Semua itu berkat proses yang Sagara alami selama ini dan berkat dirinya dulu yang mau mencari pertolongan untuk kebaikan dirinya sendiri.

Not so RomanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang